BELUM KUHAFAL PELAJARAN LUKA
Karya: Faidi Rizal Alief
Sebelum kututup dan kuakhiri pertemuan ini, hujan
Lebih dulu mendesak pintu, memaksakan masuk bagian-bagian
Paling kubenci: pertengkaran tadi pagi,
Uang saku anak-anak, dan belanja dapur esok pagi
Persis ke balik tulang dadaku yang ngilu oleh kebimbangan
Halaman menjelma danau keruh yang meluap ketika kututup
Pintu dan anak-anak berhambur di luar sebagai anak hujan
Sebagian dijemput oleh payung-payung kasing sayang
Sebagian yang lain harus membungkus seluruh dirinya dengan
Plastik seadanya –asal hasil tugas dan cinta guru tak
Basah di dalam hatinya
Kubuka layar ponsel, barangkali ada puisi yang perlahan
Menyala, bisa mendorong jauh awan-awan yang masih tebal
Di atas isi kepalaku yang penuh sesak dengan kemalangan
Dan harapan-harapan belaka, tetapi yang kutemukan justru
Sungai-sungai yang mengubah dirinya jadi ular raksasa
Melilit banyak kampung, menelan kemolekan taman kota,
Menghajar jalan raya, menumbangkan rencana-rencana
Pemerintah, menggali lubang-lubang kehancuran,
Awas! Ada proyek jembatan terbengkalai, swalayan-swalayan
Mendesak jalan kecamatan, kafe and resto yang menjamur
Di antara lalu-lalang kemewahan dan kemacetan uang jajan
Doaku kuyup setelah semalam mungkin tak bisa menembus
Kulit langit yang tebal, dadaku menggigil, cintaku bergetar
Mata anak-anak di depanku yang ceria mendadak jadi jalan
Pulang bagiku, tetapi sayang sekali keinginanku adalah
Payung yang robek dan gagangnya patah
Aku tetap terjebak di sini, di antara bangku dan kursi tunggu
Pohon-pohon yang gemetar, genteng yang bocor, pintu
Gerbang yang menganga, dan dadaku yang masih luka
Tanpa bisa beranjak ke mana-mana, bahkan sekadar untuk
Menjauhkan diriku dari kuyup oleh kehampaan dan kekosongan
Bandungan, 2025