Semua elemen dalam dunia pendidikan terus mengembangkan inovasi dan kreativitasnya hingga saat ini. Pendidikan terus menyesuaikan dengan keadaan zaman dan perkembangan sehingga selalu diupayakan tidak tertinggal dan terpinggirkan. Peradaban pada era global yang serba modern dan mayoritas berbasis digital membawa dampak positif juga disisi lain membawa dampak buruk bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Apakah kalian masih asing dengan istilah “Indonesia Emas atau Indonesia Cemas?”, saya rasa sudah sangat hafal sebab sering berseliweran di media sosial kita akhir-akhir ini. Hal tersebut berangkat dari kegelisahan melihat kenyataan pahit generasi penerus bangsa ini, yang semakin hari bukannya semakin cerdas tapi malah semakin tidak karuan. Bagaimana tidak, sekarang anak-anak kecil lebih suka main game daripada melestarikan permainan-permainan tradisional yang notabennya lebih membawa manfaat yang banyak. Disisi lain, mereka tidak hanya memanfaatkan kemajuan teknologi hanya untuk kegiatan yang berguna seperti sekolah. Namun, tidak jarang mereka menggunakannya untuk hal-hal yang buruk seperti menyebarkan berita hoax, menonton konten porno, melakukan bulliying dan judi online, hingga melakukan kejahatan online lainnya. Tentunya hal tersebut bukan semata-mata karena kesalahan mereka, namun pengaruh lingkungan juga lebih dominan serta didikan dari orang tua yang kurang sempurna. Karena orang tua adalah pendidikan pertama bagi anak, sedangkan lingkungan juga memberikan pengaruh yang sangat berdampak pada pertumbuhannya sehari-hari. Sekarang kita telah melihat sendiri, kebanyakan lingkungan tak lagi memberikan stimulus yang baik bagi anak-anak, tidak sedikit menjerumuskan mereka pada hal-hal yang buruk. Selain kejahatan yang terus meningkat akibat turunnya moral generasi muda, disisi lain Indonesia juga menghadapi serangan trend dunia barat yang semakin mempengaruhi gaya hidup anak-anak masa kini. Mulai dari tren Stecu, Velocity hingga konten-konten negatif lainnya yang tersebar melalui kanal tiktok, instagram, dan media sosial lainnya.
Berbicara mengenai perkembangan peradaban saat ini, perlu kita pilah dan pilih dalam pergaulan dan bijak dalam bersikap. Sebab banyak sekali perubahan signifikan yang terjadi diberbagai poros kehidupan akibat adanya globalisasi besar-besaran. Sehingga kita semua terkhusus pada anak muda harus memiliki kemampuan yang kuat untuk menghadapinya. realita dilapangan berkata, anak-anak masih relatif rendah potensinya dalam berkomunikasi atau bersosialisasi satu sama lain. Budaya tegur sapa dan bertukar pendapat perlahan mulai punah, karena mereka sibuk dengan gadgednya masing-masing. Dalam hal yang ringan seperti itu saja sulit dilakukan, pastinya kepekaan yang dimiliki tidak bisa diharapkan tinggi. Dan lebih parahnya lagi kepedulian atau rasa empati yang ada mulai dipertanyakan. Dapat kita lihat sendiri, dalam dunia sehari-hari mereka lebih suka menyendiri dengan game atau sosmednya dari pada memikirkan keadaan orang disekitarnya yang membutuhkan bantuan atau hanya sekedar main dolanan dipelataran rumah. Dalam menyongsong peradaban yang madani atau unggul maka kita juga harus mempersiapkan pemuda kita dengan baik salah satunya dengan membekali mereka dengan ilmu agama yang matang, juga mengembangkan keterampilan dalam segala bidang, serta memupuk rasa empati serta mengabdikan dirinya pada masyarakat (Imam Nahrawi : Tegaskan Potensi Cintai Negeri: Peran Pemuda Dalam Kehidupan Berbangsa, 60-62). Bagaimanapun caranya mereka harus sadar akan keadaan yang memprihatinkan ini, jangan dibiarkan mereka asyik dengan dunianya sendiri tanpa memperhatikan keadaan disekitarnya.
Untuk menyiapkan generasi emas yang hebat diera kedepan, tentunya harus segala aspek dari segi intelektual, moral, dan sikap sosialnya. Bukan berarti mereka tidak boleh mengikuti tren yang ada, tapi lebih pada selektif karena saat ini masih dalam tahap Industri 4.0 yang mana mengharuskan manusia menguasai teknologi dan memanfaatkan internet dan pula adanya bonus demografi sekali lagi harus dimanfaatkan dengan baik agar tidak menjadi ancaman bagi kehidupan bangsa ini. Tentunya generasi yang baik tidak hanya pintar dalam dunia akademik saja, namun yang lebih penting sadar akan siapa dirinya dan pandai menempatkan diri. Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam menggapai peradaban yang madani tidaklah sedikit dan singkat. Jadi perlu adanya kerja sama seluruh elemen baik masyarakat umum, pelajar, ataupun pemerintah. Sehingga pada akhirnya dapatlah tercapai kemajuan peradaban bangsa dalam menyongsong Civil Society. Sudah sepatutnya dizaman revolusi saat ini, berpegang pada prinsip “al-muhafadzah ‘ala al qadim ash-shahih, wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah yakni tetap memegang tradisi yang positif dan mengimbangi dengan mengambil hal-hal baru yang positif”. Prinsip inilah yang menjadi kelebihan utama jika mereka memahami konteks hidup di negara ini dengan pemahaman agama yang baik. Dengan prinsip tersebut maka, generasi muda akan lebih siap dalam menjaga keutuhan NKRI sekaligus dapat membentengi Indonesia dari serangan arus global.
Gambaran diatas menjadi bukti secuil potret generasi penerus bangsa ini, sehingga dari situ penting diadakan pembaharuan pada sistem pendidikan dalam hal ini. Tak terkecuali juga dalam hal agama yang mana penanaman nilai moral dan spiritual pendidikan agama sangatlah diperlukan, karena masalah yang sedang dihadapi Indonesia saat ini adalah berkaitan dengan turunnya moral generasi muda. Indonesia berpotensi untuk menjadi poros perubahan pada era digital ini dengan bonus demografi yang dimiliki tentunya banyak generasi muda yang memiliki potensi untuk membantu percepatan diera digital ini karena seperti yang kita ketahui bahwa digitalisasi adalah sangat erat hubungannya dengan generasi muda. Akses dan sumber daya yang kita miliki sudah bertumpah ruah, tinggal bagaimana kita bergandeng tangan untuk berbenah menuju Indonesia Emas 2045. Abraham Lincoln pernah berkata,”Jangan tanya apa yang telah diberikan negara kepada anda, tapi tanyalah apa yang telah anda berikan kepada negara”, maka jawablah dengan lantang, “Selama raga masih dikandung badan, akan saya berikan semuanya hanya untuk negara tercinta, Indonesia Raya!”
satu Respon
MORAL adalah satu2nya nilai yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. tetap semangat mewujudkan generasi yang bermoral sebagai bekal kehidupan