Air Mata Keramat
Karya: Ivan Said Afnadi
Ada sesosok manusia bisa, yang paling berjasa dalam hidupmu.
Jika engkau hendak membalas jasanya dengan setumpuk dunia yang mati-matian engkau kumpulkan, atau lautan terima kasih yang terus menerus engkau curah-curahkan, tak akan membandingi sepersepuluh dari satu hela nafasnya saat melahirkanmu.
Ada sepasang bola mata, yang tak pernah berhenti memproduksi air mata.
Bahagia dan dukanya, diekspresikan dengan menangis.
Air matanya mendahului air matamu saat engkau terluka,
Lebih deras lagi tangisannya, saat engkau bahagia.
Air matanya keramat.
Dengan air mata itu, Ia terjaga saat gulita malam, khusyu berdoa untuk kebaikanmu.
Dia adalah ibumu, yang wajib baktimu untuknya.
Bahkan saat usiamu 40 tahun, dan usianya telah renta.
Kau punya kehidupan sendiri dengan keluargamu.
Dia masih terlibat transfer doa-doa untuk keberkahan keluargamu.
Beruntung jika engkau saat ini masih bisa mencium tangannya, dan meminta doa keramatnya.
Sementara aku, dalam keberuntungan yang lain.
Telah 100 hari kehilangan air mata keramat yang biasa membasahi sajadahnya.
Ia telah berpulang bersama pahala kesabaran mendidik delapan bintang yang selalu bercahaya dihatinya.
Air matanya telah kering membersamai suka duka perjalanan hidup kami.
Sekarang Ia telah diistirahatkan dari misi besar menjadi Madrasah Cinta.
Kini, Aku mencari keramatnya pada jiwa-jiwa yang sempat gulita karena
kehilangan sumbu.
Tapi mereka segera bangkit menyalakan cahayanya sendiri-sendiri.
Motivasi itu ada, bersama cita-cita mereka, memakaikan mahkota cahaya dan jubah kemuliaan untuk Sang Madrasah Cinta.
Cipanas, 04 Januari 2023