Di atas Gaza,
langit tak pernah benar-benar terpejam.
Selalu ada dentum,
selalu ada nama yang diteriakkan oleh seorang ibu.
Anak-anak di sana tak menghitung bintang,
mereka menghitung suara ledakan.
Tak ada dongeng tentang pangeran,
hanya ada kisah tentang Ayah yang tak pulang.
Gaza,
Kau bukan sekedar berita,
Kau adalah doa yang tak pernah reda.
Cintaku padamu bukan karena hebatmu bertahan,
tapi karena caramu mencintai langit meski bumi terus menusuk.
Aku ingin menjadi hujan yang kau tunggu,
atau secarik obat yang menenangkan luka.
Tapi aku hanya bisa menjadi suara kecil,
yang menyelipkan diantara ribuan doa.
Jika tangan ini tak bisa sampai,
biarlah kata-kata menjadi jembatan.
Izinkan aku memelukmu Gaza,
meskipun hanya lewat sepotong bait dan rindu.