Berdamai dengan Diri Sendiri – Cerpen Jodi Okta

Berdamai dengan Diri Sendiri

Berdamai dengan Diri Sendiri
Karya: Jodi Okta Pranaya Ramadan

Di luar sana banyak sekali orang-orang yang lebih dari diriku. Aku melihat mereka dan membandingkannya dengan diriku sendiri. Saat aku melakukannya, di benakku selalu saja muncul sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh diriku sendiri. Pertanyaan tentang mengapa dan mengapa, terus menghantuiku di setiap detik. Mengapa aku tidak bisa seperti dia? Mengapa penampilanku tidak seperti dia? Mengapa aku tidak cantik seperti dia? Mengapa aku tidak semenarik dia?

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benakku, selalu saja membuatku merasa kurang dengan keadaan diriku sendiri. Pertanyaan itu, menghantuiku di setiap detik dalam hidupku. Aku selalu saja terus-menerus membandingkan diriku dengan dirinya. Hingga aku merasa bahwa diriku ialah manusia yang tak punya kelebihan apa-apa. Cantik juga tidak, penampilan juga tidak menarik, sungguh aku ialah manusia yang gagal.

“Lihat dia ibu. Badannya besar sekali!”

“Tidak usah dilihat nak. Orang seperti itu pasti makannya sepuluh piring sehari.”

Kata-kata yang terucap dari orang-orang di sekitarmu, selalu saja membuatku merasa bahwa diriku tak lain hanyalah sebuah butiran debu, yang tak berharga dan yang tak berguna. Debu, sama sepertiku. Penampilannya, kecantikannya nyaris tak ada. Jika aku bisa memilih, aku akan memilih menjadi sekuntum bunga, daripada menjadi sebutir debu yang tak berguna nan berharga.

Sampai akhirnya aku memilih untuk tidak menampakkan diriku, ke khalayak ramai. Aku selalu saja menyembunyikan diriku. Di benakku selalu terlintas satu hal. Jika aku tidak diterima oleh lingkungan sekitarku, maka lebih baik aku tidak menampakkan diriku saja. Aku akan bersembunyi di tempat yang kusebut rumah. Di dalamnya aku bisa bebas dari kata-kata manusia yang menyakiti diriku.

Rumah, tempatku bisa bebas menjadi apa saja. Tempatku bisa merasa bahwa diriku tidak seburuk yang ku kira. Tempatku bisa bebas dari tusukan kata-kata yang menyakitkan. Tempatku menyembuhkan diri dari rasa sakit yang kupendam sendiri. Rasa sakit yang tidak akan bisa dijelaskan dengan kata-kata sekalipun.

Aku mulai membatasi diriku untuk bepergian ke luar, untuk belanja sehari-hari saja aku menggunakan jasa antar. Ketika seorang jasa antar tersebut tiba di rumahku, ia mengetuk pintu dengan perlahan. Kemudian aku membukanya, namun saat seorang tersebut melihatku ia kemudian kaget dan heran. Saat itu ia melihat, menatapku dengan tatapan yang sinis. Seorang laki-laki itu memberikan barang yang aku pesan, sembari memasang wajah yang seolah tak suka denganku.

“Ini barangnya ya mbak!”

“Terima kasih mas.” Balasku sambil tersenyum

“Oh iya, jangan banyak makan mbak, biar gak besar tuh badan!”

Aku hanya menanggapinya sembari tersenyum, setelah itu aku menutup pintu rumahku. Aku berjalan dari ruang tamu menuju kamarku, dengan langkah kaki yang gemetaran. Aku kemudian melihat diriku sendiri di kaca yang tertempel di dinding kamarku, sembari bertanya tentang mengapa diriku seperti ini? Mengapa diriku tidak secantik dan semenarik perempuan lainnya? Tanpa sadar saat pertanyaan itu muncul dari dalam benakku, setetes air mengalir dari mataku. Air itu membasahi pipiku, membasahi senyumku, lalu perlahan jatuh ke kakiku menghapus debu yang ada di lantai.

Saat itu aku tersadar, aku tersadar bahwa aku bukanlah sebutir debu, melainkan adalah setetes air. Setetes air yang keindahannya hanya bisa dilihat oleh mata-mata yang penuh perhatian, oleh mata-mata yang penuh dengan pengamatan, dan oleh mata-mata yang penuh cinta di dalamnya. Melalui setetes air mata yang menghapus sebutir debu, membuatku tersadar bahwa aku bisa menghapus semua rasa tak percaya dalam diriku. Aku mulai tersadar dan mulai membangun kehidupan baru. Kehidupan di mana aku tidak pernah lagi membandingkan diriku dengan dirinya.

Aku mulai tersadar bahwa semua manusia di dunia ini memiliki kekurangan dan lebihan pada masing-masing diri. Tugasku hanyalah mencari kelebihan itu, dan meminimalisir kekurangan ku. Sebab manusia merupakan makhluk yang tidak akan pernah bisa menjadi sempurna. Manusia tidak bisa menjadi sempurna agar satu sama lain bisa saling melengkapi dalam ketidaksempurnaan itu.

Tentang badanku yang bulat dan besar, aku sudah menerimanya. Aku akan menerima segala kekuranganku, dan akan berusaha untuk memperbaikinya sedikit demi sedikit walaupun aku tahu tiada yang sempurna di muka bumi ini. Seperti sebutir debu, dan setetes air mata. Kedua hal itu kelihatan tidak berguna, namun keduanya memiliki keindahan dan fungsi tersendiri.

Badanku besar dan bulat, agar aku bisa merasakan bagaimana menjadi seperti itu, dan bagaimana menjadi seorang yang langsing. Hari ini, di depan kaca ini. Di depan air mata yang mengalir ini, dan di depan butiran debu ini. Aku memutuskan untuk menerima diriku sendiri. Tak peduli seseorang akan berkata apa.


PENJELASAN:
Apa yang saya tuliskan di dalam cerita ialah gejala-gejala dari depresi. Apa sih gejalanya depresi? Nah pada cerita di atas saya menjabarkan 2 tanda, yang pertama ialah disfungsi sosial sedangkan yang kedua ialah kamu merasa kamu ingin keluar dari zona itu. Kamu ingin agar kamu tidak disfungsi sosial tapi kamu tak tahu harus apa dan berbuat bagaimana. Nah dalam cerita tersebut depresi disebabkan oleh insecure. Tokoh diatas mengalami insecure karena badannya yang besar dan wajahnya yang tak cantik. Karena ia merasa insecure kemudian ia menarik dirinya dari kehidupan sosial. Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial artinya tak dapat hidup tanpa orang lain. Nah di sini lah tanda yang kedua muncul. Yakni dalam insecurenya itu dan dalam perasaan rendah dirinya ia ingin keluar dari itu semua , ia ingin tidak disfungsi sosial , ia ingin memperbaiki dirinya sendiri namun ia tak tahu harus apa.

Lantas bagaimana sih cara menghadapi insecure? Terus apakah insecure itu sehat? Nah sebenarnya cara menghadapi insecure itu sangat mudah, yakni dengan cara memperbaiki diri sendiri. Misal ada seorang anak yang pintar MTK. Kamu merasa insecure mengapa sih ia bisa MTK, kenapa aku tidak bisa? Nah dalam perasaan itu seharusnya kamu memperbaiki dirimu sendiri mulai belajar MTK agar suatu saat kamu juga bisa MTK. Contoh di dalam cerita kamu insecure terhadap orang yang lebih langsing, maka yang harus kamu lakukan ialah memperbaiki dirimu sendiri. Memperbaiki dari yang sebelumnya gendut menjadi kurus. Namun kamu boleh tidak memperbaiki itu , dan menerima dirimu apa adanya DENGAN CATATAN KAMU BISA TETAP SEHAT DAN TIDAK MERUGIKAN DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Apabila kamu telah merugikan dirimu sendiri dan merugikan orang lain maka kamu harus berubah. Contohnya di dalam cerita si tokoh kan gendut. Nah gendut itu bisa mendatangkan berbagai penyakit, dan gendut itu sendiri disebabkan karena pola makan yang tidak sehat. Nah itukan merugikan dirimu sendiri. Maka mau tidak mau kamu harus berubah menjadi lebih baik lagi.

Insecure itu sebenarnya sehat. Setiap manusia memerlukan rasa insecure untuk bisa berubah menjadi lebih baik lagi.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *