CAHAYA DI UJUNG SENJA Puisi: Febryan Andinata, S.Si., M.Pd.

CAHAYA DI UJUNG SENJA Puisi: Febryan Andinata

CAHAYA DI UJUNG SENJA
Karya: Febryan Andinata, S.Si., M.Pd.

Di ruang sempit yang sering dilupakan,
Kau berdiri, tak gentar oleh keheningan.
Meja kayu usang, papan tulis kusam,
Namun bagimu, itu adalah medan perjuangan.

Gaji kecil yang kadang menyesakkan dada,
Tak pernah mampu memadamkan bara.
Setiap langkah kaki yang kau bimbing,
Adalah janji pada diri, bukan sekadar tugas yang terpatri.

Anak-anak datang dengan mata kosong,
Tak terbiasa bermimpi, karena kenyataan terlampau bising. Namun di sanalah, dalam tiap tatapan lugu,
Kau tanamkan benih harapan yang kau siram dengan waktu.

Kau tahu, mereka bukanlah anak-anak dari kemewahan,
Tapi di dalam hati mereka, tersimpan harapan yang dalam.
Kau ajari mereka cara merangkai kata,
Meski kau tahu, kata-kata itu mungkin tak akan segera membuahkan cinta.

Suka dan duka adalah teman setiamu,
Dalam setiap peluh yang jatuh, kau temukan nilai hidup.
Di tengah canda, tawa, dan tangis tak terduga,
Kau temukan alasan untuk tetap setia.

Dan di sanalah klimaks hidupmu berdiri,
Bukan pada pujian atau penghargaan gemerlap,
Tapi pada satu momen sunyi—
Saat seorang murid yang dulu diam,
Tiba-tiba melafalkan mimpi di depanmu dengan keyakinan penuh.

Tangismu tertahan, namun hatimu menangis bahagia,
Karena di balik perjuangan panjang yang sering terlupa,
Kau lihat sebuah kehidupan yang dulu redup,
Kini bersinar, menantang gelap.

Engkau tak butuh tepuk tangan,
Tak ada medali di akhir cerita ini.
Namun kau tahu, dalam diam,
Engkaulah cahaya di ujung senja,

Yang tak pernah padam,
Meski angin duka terus menerpa.

Kau adalah pahlawan tanpa nama,
Yang memilih mengabdi di tanah yang jarang dipuja.
Karena bagimu, mencintai bangsa tak perlu tanda,
Cukup hati yang kuat dan jiwa yang setia.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *