DI ANTARA SAMPIRAN MURID BARU

Pagi hari yang sangat hangat

Bersiap berangkat ke sekolah

 

Lihatlah, mentari menggenggam peluh langit

yang masih gugup di cakrawala,

sebaris doa melayang,

menyulam harap pada udara

yang belum sepenuhnya tenang.

Lihatlah, anak-anak mematut wajahnya

di depan cermin retak,

bukan untuk merapikan rambut,

tapi mencoba mengenali siapa dirinya,

di balik seragam dari jenjang sebelumnya.

 

Ia datang seperti rintik pertama hujan,

tak disambut payung, tapi juga tak dihindari.

Datang dengan nama-nama

yang asing bagi papan prestasi.

Datang dari bisik-bisik

bernama sekolah buangan.

“Kalau tak diterima di mana-mana,

ya di sinilah mereka berada.”

 

Aku menyapamu bukan dengan tepuk tangan,

melainkan dengan peluh

yang kusembunyikan di balik papan tulis.

Karena aku tahu,

kau datang bukan untuk dikagumi,

tapi untuk membuktikan

bahwa buangan pun bisa mekar

jika diberi ladang yang tak memaki akar.

 

Selamat datang,

di sekolah yang mereka anggap sisa.

Namun di dalamnya, mungkin pertama kali

kau benar-benar dianggap manusia.

Selamat datang,

tunas yang tak diminta.

Tapi kelak, akan tumbuh jadi pohon

yang mereka cari saat kehilangan arah pulang.

 

Jadi orang harus semangat

Jangan sampai mudah menyerah

 

Kutim, 19072025

Bionarasi
Sahari Nor Wakhid, lahir bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional tahun 1985. Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang ini telah menjadi guru di SMP Negeri 5 Sangatta Utara, Kutai Timur. Mulai menekuni dunia kepenulisan sejak tahun 2020. Telah menerbitkan 9 buku solo dan 43 antologi bersama. Buku paling mutakhirnya di tahun 2025 ini adalah Perempuan yang Menuju Dermaga (Novel), Selebrasi (Kumpulan Cerpen), dan Jeremba (Kumpulan Cerpen Remaja). Bisa dikontak melalui Instagram @saharienwe

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *