Di Balik Tirai yang Ditenun Abu

Gaza,

aku menulismu di sela-sela berita yang diabaikan,

saat dunia sibuk merayakan musim,

kau menghitung jenazah dengan tangan gemetar.

Di balik tirai yang ditenun dari abu,

ada negeri yang berbicara dengan cahaya,

namun dunia menulikan telinga

seakan gema tak pantas bersuara.

Kupahat aksara dari serpih sajadah,

yang terbakar sebelum sempat dilipat.

Doa-doa di sana bukan permintaan,

melainkan perlawanan dalam diam yang rapat

Kubaca wajahmu dari potret yang buram,

seorang ibu menggendong anak yang sudah diam,

sementara azan tetap berkumandang

seolah bumi enggan membiarkan langit kehilangan iman

Aku malu mencintaimu hanya lewat puisi,

sementara kau mencintai Allah dalam derita sejati.

Tapi izinkan aku menuliskan ini,

sebagai saksi bahwa hatiku tak pernah pergi.

Gaza, engkau bukan hanya ujian,

kau adalah ayat hidup tentang kekuatan.

Tak semua yang menderita itu lemah

sebab dalam gelapmu, kami melihat cahaya Allah.

Ini surat cinta dari tanah yang aman,

untukmu yang tetap berdiri di bawah hujan kehancuran.

Jika dunia menutup telinga dan mata,

biarlah doa-doa kami menjadi pelindung dari segala penjuru semesta.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *