DIANTARA DEBU DAN DOA

Di antara debu dan doa,
ada napas yang tersisa,
tersengal di lorong sempit harapan,
di mana anak-anak belajar tersenyum di tengah reruntuhan.

Debu menari bersama bayang-bayang duka,
menyelimuti kota yang tak lagi bernama.
Tapi di dalam dada yang retak,
doa terus tumbuh seperti akar dalam tanah tandus.

Kami tak bisa menjangkau tanganmu, Gaza,
tapi dalam sujud, kami hadir bersamamu.
Di tiap helai sajadah dan gemetar bibir,
ada namamu — abadi di antara puing dan langit merah.

Doa bukan sekadar bisikan sunyi,
ia adalah pelindung tak kasat mata,
penjaga mimpi yang nyaris padam,
pelita kecil dalam pekat yang panjang.

Dan debu itu, Gaza,
akan kembali jadi saksi,
bahwa cinta tak pernah benar-benar mati,
selama doa masih berani hidup.

Di antara debu dan doa,
kau tetap berdiri,
bukan karena dunia, tapi karena jiwa-jiwa
yang menolak menyerah.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *