Dilema: Menyikapi Anak yang Ingin Menjadi YouTuber atau Gamer

Di era digital ini, muncul dua profesi yang semakin populer di kalangan anak-anak dan remaja, yaitu menjadi YouTuber atau gamer. Hal ini ditimbulkan oleh popularitas platform video seperti YouTube, Twitch, dan platform permainan yang semakin berkembang.

Sebagian orang tua mungkin akan mendukung cita-cita anak-anak mereka sebagai YouTuber atau gamer, mereka jelas melihat potensi positif dalam karier ini. Mereka mengakui bahwa dunia digital menyediakan peluang besar, baik dalam hal pendapatan maupun pengembangan keterampilan bagi anaknya. Sebagai contoh, seorang YouTuber dapat mengembangkan keterampilan video editing, komunikasi, dan branding pribadi. Seorang gamer yang serius dapat menjadi profesional e-sports dengan penghasilan yang substansial. Orang tua yang mendukung cita-cita ini melihatnya sebagai peluang bagi anak-anak mereka untuk meraih kesuksesan, dan mereka merasa bangga melihat anak-anak mereka berusaha mewujudkannya.

Namun ada satu hal yang perlu diingat, bahwa menjadi YouTuber atau gamer tidak semudah yang dibayangkan. Di balik layar kilau dan gemerlap, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh anak maupun orang tua. Tantangan-tantangan ini termasuk:

1. Pendidikan Anak Terabaikan
Salah satu tantangan utama dalam menjadi YouTuber atau gamer adalah persaingan yang sangat ketat. Setiap hari, ribuan video diunggah ke YouTube, dan jutaan jam konten gaming disiarkan secara langsung di Twitch. Bersaing dengan jutaan orang lain untuk menarik perhatian pemirsa bisa menjadi tugas yang sangat sulit. Anak harus memiliki ide kreatif dan kemampuan editing yang baik untuk bersaing di dunia YouTube. Di dunia gaming, anak perlu memiliki kemampuan yang unik dan keterampilan permainan yang tinggi agar menonjol di antara pemain lain. Upaya memenuhi persyaratan ini mungkin akan menghabiskan banyak waktu sehingga anak mengabaikan pendidikan formal mereka.

2. Perlu Modal yang Relatif Mahal untuk Bersaing
Menghasilkan konten berkualitas adalah kunci kesuksesan dalam dunia YouTube dan gaming. Menyunting video yang baik, membuat ilustrasi yang menarik, atau menyusun cerita yang memikat adalah tugas yang memakan waktu dan memerlukan keterampilan. Kualitas video dan gameplay harus selalu terjaga agar pemirsa terus datang kembali. Ini bisa memerlukan peralatan dan perangkat lunak yang mahal.

3. Rentan Terkena Cyber Bullying
Interaksi dengan pemirsa adalah elemen penting dalam membangun karier di platform seperti YouTube dan Twitch. Anak harus merespon komentar, berinteraksi di media sosial, dan merasa dekat dengan pemirsa. Membangun komunitas yang kuat memerlukan konsistensi dan dedikasi. Namun, dalam interaksi ini juga membuat anak rentan terkena perundungan secara daring. Risiko-risiko seperti cyberbullying, privasi yang terancam, atau konten yang tidak sesuai bagi usia anak ditakutkan akan merusak mental anak.

4. Kesehatan dan Keseimbangan Kehidupan
Menjadi YouTuber atau gamer profesional berarti anak akan menghabiskan berjam-jam di depan layar. Terlalu lama duduk di depan komputer atau konsol dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental mereka. Keseimbangan antara kehidupan online dan kehidupan nyata menjadi penting untuk menjaga kesehatan dan hubungan sosialnya.

5. Kegagalan dan Penghasilan yang Tidak Terjamin
Persaingan untuk menjadi YouTuber dan gamer sangatlah ketat, dan banyak anak muda yang bercita-cita untuk sukses di bidang ini mungkin mengalami kegagalan. Selain itu, pendapatan dari menjadi YouTuber atau gamer bisa tidak stabil. Anak mungkin menghasilkan uang dari iklan, sponsor, atau donasi pemirsa, tetapi itu tidak selalu konsisten. Karier di dunia ini seringkali penuh ketidakpastian, dan ini bisa menjadi sumber kekhawatiran finansial anak di kemudian hari, yang tentu berdampak pula pada orang tua.

Cita-cita anak adalah sesuatu yang selalu ingin diwujudkan oleh orang tua, namun mendapati fakta-fakta tentang risiko bagi anak yang bercita-cita menjadi YouTuber atau gamer yang begitu mengkhawatirkan tentu akan memunculkan perasaan dilematis bagi orang tua: Apakah perlu didukung? Atau dibatasi?

Dalam menghadapi dilema ini, orang tua harus mencari solusi yang seimbang. Mereka dapat mempertimbangkan pendekatan berikut:

1. Komunikasi Terbuka
Buka komunikasi yang sejujur mungkin dengan anak-anak Anda. Dengarkan dengan seksama mengapa mereka tertarik menjadi YouTuber atau gamer.

2. Pendidikan yang Tetap Prioritas
Pastikan anak-anak Anda tetap fokus pada pendidikan mereka. Ajarkan mereka tentang pentingnya pendidikan formal dan bagaimana menyeimbangkannya dengan hobi digital.

3. Kontrol dan Keamanan Online
Beri pendidikan tentang keselamatan online dan etika dalam penggunaan teknologi. Aktif dalam mengawasi aktivitas online anak-anak Anda.

4. Bimbing dan Dukung
Jika Anda merasa anak Anda memiliki potensi dalam dunia digital, bimbing dan dukung mereka. Bantu mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan dan cari peluang dalam pengembangan karier mereka.

5. Buka Peluang Lain
Ajak anak-anak Anda untuk menjelajahi berbagai hobi dan minat. Ini dapat membuka peluang alternatif selain menjadi YouTuber atau gamer.

Pada akhirnya, orang tua perlu menyadari bahwa mendukung cita-cita anak sebagai YouTuber atau gamer bukan berarti mengabaikan pendidikan atau risiko yang mungkin ada. Yang terpenting adalah menjalin komunikasi yang baik, memberikan dukungan, dan memastikan keseimbangan antara kehidupan online dan kehidupan nyata. Dengan pendekatan yang bijaksana, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengejar impian mereka sambil tetap menjaga keamanan dan keseimbangan dalam hidup mereka.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *