Di relung hati yang terdalam, Gaza, kau bersemayam,
Bukan sekadar garis peta, tapi napas dalam kelam.
Setiap puing, setiap luka, adalah lagu sendu,
Namun di matamu, api harapan tak pernah layu.
Anak-anak berlari di antara sisa reruntuhan,
Tawa mereka, melodi yang menembus kegelapan.
Mentari pagi dating, membisikkan janji kebangkitan,
Di atas duka, cinta kasih takkan pernah usang.
Dari kejauhan, kami kirimkan untaian doa tulus,
Pelukan hangat, walau raga tak mampu membalut.
Ketabahan, inspirasi yang takkan terputus,
Menyemai bibit kebebasan yang takkan larut.
Gaza, kau adalah mawar di padang gersang,
Mekarmu, simbol perlawanan yang tak terhalang.
Suaramu, gaung keadilan yang terus lantang,
Menuntut damai, tanpa henti, tanpa bergeming.
Semoga fajar segera menyapa, cerah dan nyata,
Membawa kedamaian yang selalu kau damba.
Dan surat cinta ini, janji yang tercurah,
Untuk Gaza, selamanya dalam ingatan dan asa.
Garut, 30 Mei 2025
Amalia Agustina, A.Md,M.,S.Ak.,M.Ak.