Ilusi – Puisi Shuici Akai
Cahaya menembus masuk melalui jendela di sampingku. Aku bisa merasakan kehangatan dari cahaya ini. Hamparan hijau berkilauan terbentang luas sejauh mata memandang. Aku merenungi keindahan yang baru kusaksikan ini, apakah selama ini aku tidak bersyukur atas rasa cinta yang kau berikan kepadaku?
Layar kini berganti, manusia yang memiliki maksud dan tujuan melakukan kegiatan dengan tenaga yang terhimpun tadi malam. Ada sebuah ambulan terdiam tak jauh dari mereka, seakan bersiap akan segala sesuatu yang mungkin terjadi. Hamparan hijau kini terlihat kuning berkilau. Pertanda sudah habis waktu untuk mencinta. Aku tersadar betapa berharga sebongkah emas yang berkilauan, namun apakah ada yang lebih berharga dari keleluasaan bernapas?
Sepasang mata menatapku dari depan, memperhatikan dengan tajam sambil bertanya sedang apa, aku melihat sepasang mata kecil itu seakan mengajak ku melihat dunia darı sudut pandang yang berbeda, mungkin lebih menyenangkan dari yang selama ini aku alami.
Layar kembali berubah memperlihatkan bangunan abu-abu. Banyak pasang mata menatap kearahku, aku mulai lelah dengan perubahan drastis nan mendadak ını, akupun menutup mataku.