Jenuh sekali suara di kota-kota, yang lapang hanya pikiran terbuka. Bahkan laut tak pernah
bicara ia luas. Dirimu adalah laut, dan puisi-puisiku memenuhimu sebagai air yang
berjatuhan dengan tergesa.
Jika kemarau mengisahkan duka sepanjang tahun, ia adalah rasa ingin memelukmu saat
kuyup. Di pipimu membentang rona yang berubah merah muda, aku tak ingin
melewatkannya dengan menunggu matahari terbenam. Di keningmu membelah belantara
yang belum dijelajah, ingin aku memasukinya dengan bekal seadanya.
Perasaan cerah tak pernah dinyanyikan saat sunyi, sedang sunyi bagiku adalah perayaan
megah paling meriah. tanpa bunyi, tanpa fragmen warna-warni. Di keheningan, kau
menjelma diam paling muram. Aku ingin menghiburmu dengan menyatakan bahwa aku tak
pernah mencintaimu. Karena, perasaan kehilangan adalah kekonyolan nomor dua setelah
jatuh cinta.
Ingin aku mati untukmu, sekali saja
Ingin aku tidur setelahmu, sekali saja
Ingin aku menulismu sebagai puisi, sekali saja-sudikah?
2025