Oleh: Luthfi Azizan
Sleman, 10 Oktober 2025 — Di bawah langit pagi Sleman yang masih malu-malu menyambut musim hujan, sebuah perayaan sederhana namun sarat makna berlangsung. Bukan di balairung megah berkarpet tebal, bukan juga di bawah terop mewah pernikahan, melainkan di Aula Pondok Pesantren Al-Mubaarok, Turi, Sleman. Di tempat yang wangi petuah dan kesahajaan itu, Sekolah Tinggi Ekonomi Bisnis Islam (STEBI) Al-Muhsin Yogyakarta mengukuhkan 60 sarjana terbaiknya dalam Rapat Senat Terbuka Wisuda Sarjana S1 ke-IV.
Enam puluh pasang mata itu, sebagian besar adalah pemuda-pemudi yang datang dari berpuluh-puluh kampung nun jauh di seberang pulau, kini duduk tegak, siap menerima gelar yang telah mereka genggam dengan kerja keras.
Prosesi yang begitu sederhana, nyaris tanpa hiruk-pikuk gemerlap, justru menorehkan keharuan yang mendalam. Setelah jajaran senat selesai menunaikan tugas suci pemindahan tali toga—sebuah isyarat bahwa masa menanti telah usai dan masa mengabdi telah tiba—tibalah saatnya untaian kata bijak ditaburkan.
Dengan suara yang menahan haru sekaligus bangga, Ibu Rektor Dr. St. Habibah, S. Ag, M. Hum, MA menyampaikan sambutan yang luar biasa:
“Alhamdulillah, ini bukan semata hasil kerja keras individu, tapi merupakan kontribusi nyata dari anak-anakku sekalian, dan jerih payah para orang tua di kampung. Semoga momen ini menjadi amal jariyah kolektif untuk kita semua, sebuah pahala yang akan terus mengalir bahkan ketika kita tak lagi di sini.”
Beliau berhenti sejenak, menatap deretan wajah-wajah baru yang telah resmi menyandang gelar sarjana. Ucapan terima kasih itu terasa tulus, bukan hanya retorika panggung, melainkan pengakuan jujur bahwa keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah cerminan dari pengorbanan kolektif, dari keringat para mahasiswa yang kini menjadi sarjana, hingga air mata bahagia yang diseka oleh orang tua di sudut ruangan.
Baca Juga: Jubah Toga dan Aritmetika Tuan Rektor
Keheningan seketika menyelimuti aula ketika Sekretaris Kopertais Wilayah 3 Yogyakarta berdiri, Bapak Dr. Ahmad Arifi M. Ag membawa pesan yang lebih berat dari sekadar ucapan selamat. Beliau menitipkan amanah yang menyentuh inti ajaran yang telah mereka pelajari.
“Pesan dari kami amatlah sederhana: tolong amalkan ilmu ekonomi syariahnya di berbagai lini pekerjaan, khususnya di bidang ekonomi. Dunia di luar sana merindukan kejujuran dan keberkahan,” ujarnya dengan tatapan lurus.”
“Menjaga agama-Nya, artinya kita berbisnis, menjalankan ekonomi dengan betul-betul menjaga nilai-nilai agama sesuai asas muamalah. Ini adalah misi, bukan sekadar profesi.” lanjutnya, menekankan esensi tugas seorang sarjana ekonomi Islam
Pesan itu terasa menusuk, sebuah pengingat bahwa ijazah yang mereka pegang adalah janji kesucian akad bisnis. Di tengah gemuruh kapitalisme yang sering abai pada etika, lulusan STEBI Al-Muhsin diharapkan menjadi lentera. Kesungguhan nada Kopertais seolah menahbiskan mereka sebagai duta muamalah yang sejati,
Baca Juga: Mengapa Absensi Bukanlah Nilai Akhir?
Gema harapan juga datang dari Pemerintah Daerah. Dalam sambutannya, Bupati Sleman menaruh kepercayaan penuh pada generasi baru ini.
“Saya harap, anak didik kita dapat bekerja dengan bekal soft skill dan hard skill yang mumpuni di bidang ekonomi syariah, agar di tengah masyarakat mereka bisa menjadi oase di padang pasir—menawarkan solusi berbasis nilai kebenaran,” pinta beliau.
Pesan dari pemimpin daerah ini seakan menutup triad harapan: dari spiritualitas rektor, etika dari Kopertais, hingga kebutuhan nyata akan implementasi dari pemerintah. Ini adalah panggilan terakhir bagi keenam puluh sarjana itu untuk turun ke gelanggang, memadukan ilmu agama dan ilmu bisnis demi kemaslahatan masyarakat. Ijazah Sejati di Rimba Nasib
Acara yang sangat-sangat sederhana itu—sebagaimana janji kesahajaan yang selalu dipegang Yayasan STEBI AL-MUHSIN—akhirnya ditutup dengan keriaan dan kilatan cahaya kamera. Seluruh wisudawan, rektor, jajaran dosen, dan staf berkumpul dalam satu bingkai foto. Di belakang mereka, tembok Aula Ponpes Al-Mubaarok menjadi saksi bisu 60 alumni STEBI Al-Muhsin yang kini siap melangkah, membawa bekal ekonomi syariah mereka ke penjuru Nusantara, menyebarkan harum keberkahan dari sebuah kampus sederhana di Turi, Sleman.
Subang, 20 Oktober 2025








