hey ril,
hey ril,
jika saja kau tahu saat ini aku berada tepat dimana kala itu kau sedang menyeruput kopi
pelacur yang ada di kepalamu juga sedang bercumbu didalam laptopku
hey ril,
bait Kerawang Bekasi
membawaku bertandang pada bangunan pabrik antara Tambun sampai Klari
belum sampai ku dipasar Jampang kerawang aku mendengar kau kembali meraung
bait-bait jalananmu menyapa angkara
hey ril,
kau lihat bintang Soraya itu
seraya menunggu lolonganmu
mengepak sayap disetiap lembar kehidupan
memberi jejak cakar tanda pacu landasmu
hey ril,
kenapa kau masih menghantui kami
sementara kau hanya diam melihat mereka memutar balik kata-kata
berkatalah kembali untuk kami
yang sedang tertindih
oleh batu bara dan tiwul
sementara olahan fermentasi dan opium mengesahkan kontrak kesepakatan.
hey ril,
jam berapa kau menulis tentang Tuhan kala itu?
berapa jam kau berperang dipelataran mesjid itu?
kau pun ragu mengukir kemakmuran bangsa ini jelang kemerdekaan
dan kini kami melihatnya
hey ril,
saat ini kami berharap dan menanti
kau hidup kembali
“bangkitkan kami dengan kesadaran
mencucuk menerangkan hingga berulang”
seperti dahulu kata itu kau teriakan.
IBS, Bekasi
22022025