KILASAN CERITA DARI RUANG RASA Puisi: Arie Yuni Kurnianingrum, S.Pd.

KILASAN CERITA DARI RUANG RASA Puisi: Arie Yuni Kurnianingrum

KILASAN CERITA DARI RUANG RASA
Karya: Arie Yuni Kurnianingrum, S.Pd.

Sebuah pagi yang temaram, dua nol dua empat,
Aku memasuki kelas,
Papan tulis itu—seperti cakrawala
Menunggu petir kata yang akan datang,
Menyisir angin yang belum sempat kuucapkan.


Anak-anak itu seperti teka-teki,
Duduk dalam diam yang rapat,
Tapi matanya,
Oh, matanya—seperti bintang yang tak sabar
Mengintip di balik awan
Untuk tahu
Kenapa air bisa memurnikan diri
Dari kotoran yang kita sebut hidup.


Dan aku terdiam,
Tak mampu menjawab,
Seperti pohon yang menunggu hujan
Untuk mengajarkan cara menumbuhkan akar.


Tapi ponsel mereka,
Ah, ponsel mereka—berdering
Seperti gemericik hujan yang datang tanpa izin,
Sementara aku mencoba menjelaskan
Tentang ekskresi tubuh yang
Terbawa angin, hilang.


Tahun yang berkelindan, tak bisa kupegang,
Karena semua teori itu melayang
Dalam tawa mereka yang berhamburan,
Seperti bunga yang jatuh tanpa peduli musim.
Pertanyaan mereka datang,
Tak terduga,
Seperti aliran sungai yang tak mengenal tepi.


Di ujung meja,
Di balik buku yang tertutup,
Aku tetap belajar,
Belajar tentang sabar,
Tentang menunggu waktu yang sempurna
Untuk menaburkan benih kata
Di tanah yang sering terlupakan.

Dan berharap, berharap
Mereka akan tumbuh,
Meski tak tertulis di lembar catatan mereka.

Tapi di akhir hari,
Ketika pintu ruang rasa tertutup pelan,
Akhirnya kusadari:
Dua nol dua empat, akan terus tinggal di dalam aku,
Karena tawa mereka
Adalah hujan yang membawa kenangan
Riuh tak akan pudar.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *