Kisah Perjalananku
Karya: Quratul Aini
Cerita perjalananku selama mengikuti PMM 3 ini dimulai sejak hari sebelum aku mendaftar hingga berakhirnya program ini. Aku pertama kali mendengar tentang program pertukaran mahasiswa merdeka ini saat PMM 2. Saat itu, aku terlambat mendapatkan informasi dan pendaftarannya telah ditutup.
Sejak saat itu, tekadku untuk mendaftar pada PMM 3 di tahun berikutnya semakin kuat. Ketika pendaftaran PMM 3 dibuka, aku mengajak teman-teman sekelas dan rekan-rekan dari kampusku untuk ikut mendaftar. Aku mulai mengurus administrasi pendaftaranku meski sedang sibuk dengan program kampus mengajarku. Namun, pihak kampus memberikan kemudahan dalam proses pendaftaran, sehingga semuanya terasa lebih mudah.
Meskipun awalnya agak kewalahan menyiapkan berkas-berkas karena kesibukan terakhir program kampus mengajarku, aku berhasil menyelesaikannya. Setelah kunci data, lanjut ke tahap survey kebhinekaan dan VCAT. Bersama Sarita dan Vina, kami berharap lulus bersama di universitas masing-masing yang menjadi tujuan kami. Kami memahami bahwa jika tidak berhasil, kami akan menerima dengan lapang dada. Bagi kami, mencoba adalah awal dari segala kemenangan; lebih baik mencoba daripada tidak pernah tahu hasilnya.
Waktu terus berjalan dan saat pengumuman tiba, aku bergegas mengambil laptop untuk melihat hasilnya. Saat itu, aku baru saja selesai membantu acara pernikahan kakakku. Ketika mencoba masuk ke akun PMM, situs web mengalami error karena terlalu banyak yang membuka pada saat yang sama. Namun, tekadku tidak goyah. Aku terus mencoba hingga akhirnya berhasil membukanya! Warna hijau dan tulisan “Selamat, kamu lulus di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur” memenuhi layar. Kebahagiaanku tidak terbendung. Aku langsung memberitahu seluruh keluargaku, dan mereka turut bersyukur atas kelulusanku. Tak lama, aku juga memberitahu Vina dan Sarita. Meski mereka mengalami kesulitan akses, aku membantu mereka membuka hasilnya. Sayangnya, Vina belum lulus, sementara Sarita berhasil di Institut Pertanian Bogor University.
Kami menyemangati Vina, mengingatkannya bahwa di PMM selanjutnya, ia masih memiliki kesempatan untuk mencoba lagi. Saat ini, ia tengah berjuang mendaftar PMM 4. Semoga Vina berhasil, ya! “
Setelah pengumuman, kegembiraanku bercampur aduk dengan rasa sedih untuk Vina. Namun, semangat kami semua tetap tak tergoyahkan. Kami memberikan dukungan penuh kepada Vina untuk tetap berjuang dan mencoba lagi di PMM berikutnya.
Saat ini, Vina sedang fokus dan berusaha keras untuk mendaftar PMM 4. Kami semua percaya bahwa kegigihan dan semangatnya akan membawa hasil yang lebih baik. Kami terus mendukung satu sama lain, menjaga semangat agar tetap terjaga dalam setiap langkah yang kami ambil.
Perjalanan kami saat pendaftaran PMM telah mengajarkan bahwa keberhasilan tak selalu datang pada percobaan pertama, namun semangat untuk terus mencoba adalah kunci utama. Pengalaman ini telah menguatkan ikatan persahabatan kami, membuat kami lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi perjalanan yang akan datang.
Kami berharap perjalanan PMM ini tidak hanya memberikan pengalaman akademis, tetapi juga mengukir banyak kenangan berharga serta membawa kami pada pertumbuhan pribadi yang lebih baik. Semoga setiap langkah yang kami ambil di PMM ini menjadi bagian dari perjalanan yang membentuk masa depan yang cerah bagi kami semua.
Tanggal 25 Agustus adalah waktu keberangkatanku dari Bandara Internasional Lombok bersama 6 rekan lainnya, 1 laki-laki dan 5 perempuan, menuju bandara djuanda,Surabaya. Ini adalah pengalaman pertamaku naik pesawat. Terdengar agak lebay mungkin, tapi ini betul-betul spesial bagiku. Selama ini, aku selalu melihat pesawat dari bawah, dan sekarang, akhirnya, aku akan berada di atasnya. Saat berpamitan kepada keluargaku—bapak, ibu, kakak, adik, serta sepupu—rasa sedih terlihat di pelupuk mataku. Namun, aku harus tegar. Aku tak ingin membuat mereka juga sedih.Bapakku berpesan, “Jaga dirimu di sana dan gali ilmu.”
Dan Kami pun berangkat. Di pesawat, aku tak bisa menahan kegembiraan,begini ia rasanya naik pesawat,aku tak lupa mengambil gambar dan video pemandangan dari atas sana. Sungguh, pemandangan dari ketinggian itu luar biasa, ciptaan Tuhan yang sungguh indah.
Setiba di Surabaya, langit mendung. Ternyata itu polusi udara.
bandara, kami disambut oleh pihak dosen UPN Veteran Jatim dan beberapa mentor. Kami menunggu yang lain untuk bersama-sama ke UPN. Sehari setelah aku di Surabaya, dosen modul Nusantara ku, Pak Kris dan mbak Hani sebagai mentor kelompok 12, mengumpulkan kami. Pertama kalinya kami bertemu, saling berkenalan dengan teman-teman dari berbagai almamater dengan warna-warni budaya, suku, dan bahasa. Kami membicarakan modul Nusantara selanjutnya dan diakhiri dengan makan pecel khas Madiun, yang ternyata benar-benar enak dengan peyek yang sangat renyah.
Minggu demi minggu berlalu, bulan berganti, dan sekarang hampir akhir dari kegiatan PMM ini. Sedih rasanya akan mengakhiri semuanya. Kemarin saja bertemu, sekarang harus berpisah. Tapi, sejujurnya, ada rasa ingin pulang juga. Selama PMM, aku mengunjungi banyak tempat, melakukan refleksi, mengikuti kelas inspiratif, dan berkontribusi sosial. Yang paling aku sukai adalah kunjungan ke Bromo, yang sudah lama jadi wish listku. Dan kontribusi sosial, menanam pohon mangrove. Ini pertama kalinya aku menanam pohon didalam lumpur. Biasanya, menanam pohon di tanah biasa tanpa lumpur. Senang sekali rasanya. Semoga pohon yang ku tanam tumbuh tinggi. Akan ku kunjungi nanti, pohonku.
Dan satu lagi, aku sudah ke kebun teh. Haha, selama ini aku ingin ke sana karena terinspirasi dari film My Heart. Melihat Rahel dan Farel bermain di kebun teh, dan sekarang sudah terwujud walaupun bukan ketempat maiinnya rahel dan farel.
Tapi, yang cukup memberatkan selama PMM ini adalah tugas kuliah dan quiz. Rasanya ingin kembali ke kampus asal karena di sana tidak sesulit di sini. Walaupun ada tugas sulit,Kami biasanya memecahkan masalah Bersama,aku rindu teman-teman kelasku. Tetapi, aku berusaha menyelesaikannya di sini dengan baik.
Tentu, perjalanan ini membuka pintu bagi perkembangan yang tak terduga dalam diriku. Interaksi dengan budaya dan latar belakang yang beragam di PMM membuatku semakin peka akan keberagaman. Setiap momen menjadi pelajaran berharga tentang menghargai perbedaan dan menerima keberagaman sebagai sumber kekayaan.
Awalnya, beradaptasi dengan lingkungan yang baru memang terasa sulit. Rasanya canggung, tapi seiring waktu, aku merasa semakin mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan baik di lingkungan yang asing.
Semakin lama di PMM, semakin kuat rasa cintaku pada Indonesia. Keunikan dan keindahan negeri ini semakin dalam terasa, membuat rasa tanggung jawabku terhadap masa depannya semakin menguat. Aku ingin berkontribusi, membawa pulang nilai-nilai positif yang kudapat dari PMM untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
tak hanya soal pencapaian akademis, tapi juga tentang perjalanan mendalam ke dalam diri. Aku merasa lebih terbuka, lebih siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang, dan lebih percaya pada potensi diriku sendiri. Ini bukan akhir dari perjalanan ini, tapi justru awal dari langkah-langkah yang membawa aku pada masa depan yang lebih baik.
Dan terakhir dikasihku ini ada rencana masa depanku yang dipenuhi dengan impian yang ingin kusentuh dalam rentang waktu beberapa tahun ke depan. Dalam kurun waktu 2 tahun mendatang, atau kurang aku akan wisuda. Kemudian, impianku untuk melanjutkan pendididkan magister di luar negeri. Ini adalah impian yang telah aku doakan dan usahakan.
Namun, tujuan sejati hidupku tidak hanya berkisar pada kesuksesan pribadi. Cita-citaku yang besar dalam kurun waktu 10 hingga 15 tahun ke depan adalah membangun rumah bunga. Aku ingin membangun tempat yang indah dan aman bagi para yatim piatu serta anak-anak yang membutuhkan tempat perlindungan. Mereka akan merasakan kehangatan keluarga dan kepedulian. Tujuanku adalah
memberikan mereka harapan, mendorong mereka untuk bermimpi besar, dan mencintai Indonesia sebagai tanah air yang membawa inspirasi.
Bayangkan saja, memikirkan rencana ini membuat hatiku penuh dengan kebahagiaan. Aku dilahirkan dalam keluarga yang bahagia, dan sekarang, aku ingin memperluas kebahagiaan itu ke lingkungan sekitar. Impian ini bukan hanya tentang meraih kesuksesan pribadi, tapi juga tentang memberikan arti pada kehidupan dan memberi kembali kepada masyarakat, membuat dunia menjadi tempat yang lebih indah bagi kita semua.