LANGIT MASIH MENYEBUT NAMAMU

Di setiap serpih reruntuhan dindingmu,
ada doa yang tak sempat bersuara.
Langitmu bukan hanya saksi,
ia adalah lembaran luka yang ditulis darah.

Anak-anakmu menggambar damai
dengan arang dan abu dari pagi yang hancur.
Tangan kecil mereka tetap menggapai
bulan, meski malam dicabik gemuruh peluru.

Kami tak bisa menahan peluru
atau mengembalikan rumah yang dirampas,
tapi cinta kami menjelma bisu
yang menolak lupa, menolak tunduk, menolak pupus.

Surat ini bukan surat belas kasihan,
tapi seruan bahwa nyawa tak boleh ditawar.
Bahwa tanah bukan sekadar milik
siapa yang kuat, tapi siapa yang bersabar.

Engkau bukan hanya peta di berita,
engkau luka yang kami warisi bersama.
Di setiap doa ibu kami,
ada namamu diselipkan dengan air mata.

Engkau berdiri bukan karena tak takut,
tapi karena harapan lebih keras dari meriam.
Engkau hidup karena cinta
yang tak bisa dibunuh oleh kehancuran.

Kami menulis untukmu,
bukan dengan tinta, tapi dengan kesadaran.
Bahwa perdamaian bukan hadiah,
melainkan hak yang harus ditegakkan dengan keberanian.

Palestina, di antara puing-puing dan pecahan,
kau tetap indah seperti awal penciptaan.
Dan surat ini akan terus ditulis,
selama langit masih biru, dan hati masih mampu berdegup.

SURAT CINTA UNTUK GAZA (SCUG)

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *