Liburan sekolah telah tiba, Syahla dan Hanif akan berlibur ke rumah Kakek dan Nenek di desa. Selama diperjalanan menuju rumah Kakek, suara tawa dan riang mengiringi perjalanan mereka. Mereka sangat merindukan suasana di kampung Kakek. Selain udara yang sejuk, Kakek memiliki kebun buah yang sangat luas. Banyak tanaman buah yang Kakek tanam. Ada pohon jambu, mangga, pisang, srikaya, kelengkeng bahkan durian.
Setibanya di sana, Kakek dan Nenek menyambut mereka dengan pelukan hangat. “Masyaa Allah cucu-cucu Nenek sudah besar! Nenek kangen Hanif dan Syahla!” seru Nenek.
Dengan berbalas pelukan, “Syahla juga kangen Nenek. Nek, besok kita jalan-jalan ke kebun ya? Syahla mau petik buah di kebun!” ucap Syahla dengan semangat.
“Boleh, insyaa Allah besok pagi kita petik buah di kebun” balas Nenek dan Kakek berbarengan
Pagi harinya, Kakek mengajak Syahla dan Hanif ke kebun buah, dengan membawa keranjang dan memakai topi mereka berangkat ke kebun buah dengan semangat.
“Ayo, kita petik buahnya, ambil yang sudah berwarna kuning saja ya!” seru Nenek.
“Loh, kenapa warna kuning saja Nek?” Tanya Hanif.
“Warna kuning atau orange itu artinya buahnya sudah matang dan siap di makan dek.” Jawab Syahla.
“Betul kata Kak Syahla, buah yang sudah berwarna kuning atau orange, artinya buah itu siap di makan dan rasanya manis. Kalau yang masih berwarna hijau rasanya asam” jelas Kakek kepada Hanif sambil mengusap kepala Hanif.
“oke, kita ambil buah mangga dulu saja ya Kek, itu ada yang sudah berwarna orange!” seru Hanif dengan semangat. Syahla, Kakek dan Nenek mulai mencari dan mengambil buah mangga yang sudah masak. Namun tiba-tiba suara rengekan Hanif mulai terdengar “Kakek, buah mangganya terlalu tinggi, Hanif tidak bisa mengambilnya” ujar Hanif dengan bersedih.
“Jagoan Kakek tidak usah bersedih, ayo Kakek gendong dan Hanif bisa mengambil mangga itu” ucap kakek sambil menggendong Hanif. Hanif mulai semangat kembali ketika dia berhasil mengambil beberapa buah mangga dengan bantuan Kakek. “Wah harum sekali buah mangganya Kek” ujar Hanif sambil mencium aroma buah mangga. “Ini namanya buah mangga harum manis, kalau sudah matang rasanya seperti madu loh” kata Kakek.
Mereka terus berkeliling kebun, sambil belajar mengenal tanaman buah-buahan yang ada di kebun Kakek. Mereka memetik buah jambu yang warnanya agak kemerahan dan banyak airnya. Merekapun memetik buah kelengkeng. Hingga akhirnya sampailah mereka di depan tanaman yang memiliki daun besar dan batang tinggi.
“Kakek itu pohon pisang ya?” tanya Hanif ketika mereka berada di kebun pisang Kakek. “Betul sekali itu pohon pisang” jawab Kakek. “Kita tidak usah ambil buah pisang ya Kek.” Ucap Hanif murung.
“Loh kenapa, itu buah pisangnya sudah ada yang masak?”tanya Kakek sambil menunjuk segepok buah pisang yang kuning warnanya.
“Hanif tidak suka buah pisang Kek” Syahla menjawab pertanyaan Kakek.
“Kenapa Hanif tidak suka buah pisang?”tanya Nenek. “Rasanya tidak enak Nek, waktu Mamah beli rasanya asam dan lengket. Hanif tidak suka Nek” jawab Hanif
“Pisang itu banyak jenisnya sayang, memang ada beberapa jenis pisang yang memiliki rasa manis dan sedikit asam namun kaya akan nutrisi misalnya pisang Ambon, walaupun rasanya sedikit asam namun pisang Ambon banyak mengandung vitamin C, kabrohidrat, serat, protein, kalsium, magnesium, folat dan lemak selain itu pisang Ambon juga kaya akan antioksidan, vitamin B6 dan provitamin A (beta karoten) yang baik untuk kulit kita. Nah, kalau pohon ini jenis pisang Raja, insyaa Allah rasanya manis. Hanif mau coba?” kata Nenek. Dengan sedikit ragu Hanif menganggukan kepalanya.
Sambil menunggu Kakek mengambil dan memetik buah pisang, Nenek, Syahla dan Hanif duduk beristirahat di bawah pohon. Tidak lama kemudian, Kakek mendekat sambil membawa buah pisang yang sudah berwarna kuning. Kemudian Kakek memberikan pisang yang sudah masak itu kepada Syahla, Nenek dan Hanif. “Ini buah pisangnya, coba kalian makan, buah pisang ini manis rasanya”ucap Kakek. Syahla dan Nenekpun langsung memakannya. “Maasyaa Allah, benar Kek, manis sekali Kek pisangnya. Rasanya beda dengan pisang yang Mamah beli di pasar.”ucap Syahla penuh rasa takjub.
“Rasa pisang yang sudah masak di pohon itu lebih manis, legit dan memiliki aroma yang lebih kuat dibandingkan dengan pisang yang dibiarkan matang di luar pohon atau setelah dipanen. Hal ini karena proses pematangan alami di pohon memungkinkan gula dan nutrisi lainnya berkembang secara sempurna, sedangkan pisang yang Mamah kalian beli di pasar biasanya itu pisang yang belum sepenuhnya matang atau baru setengah matang jadi rasanya masih sedikit asam.”ucap Kakek menjelaskan penyebab rasa pisang di pasar berbeda dengan pisang yang matang di pohon kepada Syahla.
“Ayo, Hanif sekarang coba dimakan pisangnya. Ini enak loh dan manis rasanya.” bujuk Kakek kepada Hanif. Dengan sedikit keraguan Hanif mulai memakan buah pisang tersebut. Gigitan pertama Hanif langsung berteriak. “Wah, manis sekali Kek pisangnya”. Merekapun merasa senang akhirnya Hanif mulai menyukai buah pisang. “Alhamdulillah, sekarang Hanif mulai menyukai buah pisang.” Ucap syukur Nenek melihat Hanif menghabiskan dua buah pisang dengan semangat.
Tak terasa langit semakin cerah dan mataharipun semakin panas. Kakek dan Nenek mengajak Syahla dan Hanif untuk segera kembali ke rumah. “Hari sudah mulai panas ayo kita kembali ke rumah. Insyaa Allah lain waktu akan Kakek ajak kalian menanam tanaman.” Ajak Kakek kepada Syahla dan Hanif. Mereka pun kembali ke rumah dengan riang dan membawa hasil panen yang mereka dapatkan. Dari pengalaman ini Syahla dan Hanif belajar bersyukur akan nikmat yang Allah berikan berupa bermacam-macam buah-buahan yang tumbuh di kebun Kakek
2 Responses
Maa Syaa Alloh Baarokallohufiikum Bu Yuhani, S.Pd. Tulisannya sangat cocok untuk media pembelajaran anak², dari struktur kata/kalimat yang di pilih ini sangat menyesuaikan sekali serta susunan kata per kata, kalimat per kalimat sudah terstruktur dengan rapih. Dan tak kalah penting adalah nasehat yang terkandung dalam tulisan tersebut. Semoga terus menginspirasi.❤️❤️❤️❤️❤️🌟🌟🌟🌟🌟
MaasyaAllah kereen, menginspirasi sekali