MENGGAPAI KESUKSESAN

Menggapai Kesuksesan

Asep merupakan anak dari keluarga yang kurang mampu, ayahnya telah meninggal dunia saat usia Asep 3 tahun, ia hanya tinggal bersama ibunya, karena ia merupakan anak tunggal. Saat menginjak usia sekolah ibunya sakit dan mengalami kelumpuhan dikakinya. Saat itu ia yang menjadi tulang punggug buat ibunya, ia berdagang jajanan tradisional yang resepnya diberi tahu oleh ibunya.
Waktu sepertiga malam telah tiba, terdengar detak jam dinding di rumah sederhana yang menunjukan pukul 02.00 pagi, Asep bangun dari tidurnya dan segera pergi ke kamar mandi yang berada di luar rumah untuk berwudhu lalu melaksanakan sholat sunah tahajud. Setelah itu ia mengambil kayu bakar untuk memasak nasi untuk ibunya, Asep juga memasak bahan dagangan untuk dibawa ke sekolah.
Waktu sudah menunjukan pukul 04.30 terdengar dari kejauhan suara adzan dari sepeker masjid, Asep pun besiap-siap untuk melaksanakan sholat subuh dan setelah itu ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ia pamit kepada ibunya untuk pergi ke sekolah, jarak dari rumah Asep ke sekolah sekitar 2 km dan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 2 jam untuk bisa sampai di sekolah.
Setibanya di sekolah Asep menitipkan dagangannya di warung dekat sekolah, lalu ia masuk ke kelas untuk melaksanakan piket. Hari itu hari senin, seperi biasa di sekolah selalu mengadakan upacara bendera, para guru dan juga para siswa-siswi berbaris di lapangan. Setiap upacara bendera Asep selalu dipercaya dan ditugaskan oleh para guru untuk menjadi pemimpin upacara, karena ia siswa satu-satunya yang berani untuk menjadi pemimpin upacara.
Upacara bendera telah selesai, Asep dan juga siswa-siswi yang lainnya masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh para guru. Di sekolahnya Asep merupakan sosok anak yang memiiki akhlak baik dan juga pintar, ia pernah membanggakan sekolah dalam lomba olimpiade Matematika tingkat provinsi dan mendapatkan juara ke satu dan ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP. Setelah SMP ia pun mendapatkan kembali beasiswa untuk bersekolah ke SMA dan begitupun setelah SMA ia mendapatkan lagi beasiswa untuk kuliah.
Beberapa tahun kemudian karena kegigihannya dalam belajar, kini cita-cita Asep terwujud yaitu menjadi seorang yang sukses dan bahkan ia menjabat sebagai kepala sekolah termuda disalah satu sekolah di kampungnya. Ia mengratiskan sekolah bagi anak-anak yang kurang mampu, selain menjadi kepala sekolah Asep juga mengajar ngaji anak-anak di mushola di kampungnya dan bahkan mengajar ngaji ke tempat-tempat lainnya. Kini Asep bisa membahagiakan ibunya dan membawa ibunya untuk berobat sampai akhirnya setelah 1 tahun berobat ibunya akhirnya sembuh dari lumpuh dan bisa berjalan kembali seperti semula.
Semua siswa-siswi menangis terharu saat Ibu Guru Siti menceritakan kisah ini di depan kelas.
“Kira-kira dari cerita yang telah ibu sampaikan, pesan apa yang bisa kita ambil?” Ibu Guru Siti bertanya.
Salah seorang siswa mengacungkan tangan.”Saya, Bu.”
“Iya silahkan Ucup” kata Ibu Guru Siti.
“Menurut saya cerita Asep yang telah ibu ceritakan kepada kami sangat mengispirasi, ia berjuang untuk tetap bersekolah walaupun dari keluaga yang kurang mampu, memiliki sifat yang gigih dan berusaha tanpa berputus asa, yang menjadikan ia kini sukses” kata Ucup.
“Bagus sekali Ucup, terimakasih atas jawabannya. Kisah ini menceritakan sebuah perjuangan seorang anak yang gigih dalam belajar tanpa adanya keputus asaan yang akan senantiasa membuat kesuksesan dikemudian hari. Untuk itu ibu harap kalian dapat mengambil pelajaran dari kisah ini dan jadikan sebagai tauladan. Walaupun belajar mencari ilmu tidak mudah dan membuat lelah tapi akan lebih tidak mudah dan lelah saat kita tidak memiliki ilmu” kata Ibu Guru Siti.
Salah seorang murid mengacungkan tangannya dan bertanya. “Bu, apakah saya bisa seperti Asep? yang bisa menggapai cita-cita dan sukses, sedangkan orang tua saya tidak mendukung saya untuk bersekolah ke tingkat selanjutnya.”
Lalu Ibu Guru Siti menjawab. “Bagus pertanyaannya, terkadang setiap orang tua memiliki kemauan yang berbeda untuk anak-anaknya. Tapi terlepas dari itu ketika orang tua tidak mendukung kita untuk melanjutkan sekolah, kita harus meyakinkan kepada ibu bapak kita bahwa pendidikan itu sangatah penting, ilmu tidak akan bisa di dapatkan kecuai dengan belajar. Setiap sesuatu itu ada imunya, kalau kita tidak tahu ilmunya apakah kita bisa untuk melakukannya?”
“Tidak bisa, Bu.” Jawaban dari beberapa siswa.
“Nah itu, untuk itu kita perlu untuk belajar dan proses dari pendidikan itu sangat penting untuk kehidupan kita kedepannya. Gapailah cita-cita kalian setinggi-tingginya dan wujudkanlah, jangan pernah menyerah walaupun dalam prosesnya terdapat rintangan bahkan adanya kegagalan, terus bangkit banggakan kedua orang tua kalian dan bahagiakanlah mereka.” Kata ibu guru.
Ibu Guru Siti pun bertanya “Ibu mau tahu, kira-kira apa cita-cita kalian sesudah dewasa nanti?”.
“Saya mau jadi dokter, saya mau jadi pilot, saya mau jadi polisi, saya mau jadi guru, saya mau jadi presiden” beberapa jawaban dari siswa-siswi di kelas itu.
“MasyaAllah cita-cita kalian sangat bagus-bagus ibu bangga kepada kalian, ibu harap kalian bersungguh-sungguh dalam belajar untuk bisa menggapai cita-cita kalian, ibu do’akan semoga cita-cita kalian dapat tercapai dan kalian menjadi orang yang sukses” kata Ibu Guru Siti.
“Aamiin yaa rabbal ‘alamiin” kata siswa-siswi.
Kring… kring… kring…kring…, bunyi bel pulang pun telah berbunyi. Akhirinya Ibu Guru Siti dan para siswa-siswi pun pulang dengan keadaan hati yang bahagia.
TAMAT

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *