Menulis untuk Bumi
Karya: Ripan
Aariz Syah adalah seorang anak muda kelahiran Subang pada tahun 2004 dan memiliki cita-cita menjadi seorang penulis. Ia gemar membaca dan menulis berbagai jenis sastra, mulai dari puisi, cerpen, hingga novel. Namun, dia juga memiliki minat terhadap teknologi pertanian dan botani. Ia kerap mengikuti berbagai perlombaan yang berkaitan dengan kedua bidang tersebut, baik secara individu maupun tim. Di awal tahun 2023, Aariz selalu kebingungan saat dirinya ditanya oleh kedua orang tuanya setelah lulus SMA mau kuliah di mana, dan ambil jurusan apa. Ia tidak tahu, apakah dia harus memilih jurusan yang sesuai passion-nya di bidang sastra, atau mengembangkan potensi-nya di bidang teknologi pertanian dan botani. Ia selalu merasa takut jika dirinya salah dalam memilih jurusan dan akhirnya menyesal di kemudian hari.
Aariz pun sangat khawatir dirinya akan mengecewakan kedua orang tuanya dan teman-temannya yang sudah mendukungnya selama ini. Suatu hari, dia mendapatkan sebuah kesempatan untuk mengikuti sebuah program pertukaran pelajar ke luar negeri. Ia berangkat ke Belanda, salah satu negara yang terkenal dengan teknologi pertaniannya dan ilmu tanamannya (botani). Di sana, dia bertemu dengan berbagai orang yang memiliki latar belakang dan minat yang beragam, serta berkesempatan untuk mengunjungi berbagai tempat yang sangat menarik, seperti Perpustakaan, Perkebunan, Museum, dan Universitas.
Di Belanda, Aariz mendapatkan pencerahan yang selama ini dia cari. Ia menyadari bahwa dia tidak perlu membatasi dirinya dengan satu bidang saja. Ia juga dapat menggabungkan minat dan bakatnya di bidang sastra, teknologi pertanian, dan botani menjadi satu. Ia bisa menulis berbagai cerita yang dapat menginspirasi orang-orang tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengembangkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ia juga dapat berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan di bidang tersebut.
Aariz kembali ke Indonesia dengan hati yang sangat lega dan penuh semangat. Ia memutuskan untuk mendaftarkan dirinya ke Fakultas Pertanian (Faperta) dengan jurusan teknologi pertanian di salah satu universitas terkemuka di negaranya, yaitu Universitas Harmoni Teknologi Maju (UHTM). Ia tetap melanjutkan hobinya dalam menulis dan mengikuti perlombaan sastra. Ia merasa bahwa dirinya telah menemukan jalan hidup yang dia dambakan. Di jurusan teknologi pertanian, Aariz bertemu dengan para dosen dan mahasiswa yang memiliki visi dan misi yang sama dengan dirinya. Ia belajar banyak hal tentang teknologi pertanian dan botani, seperti hidroponik, rekayasa genetik, aeroponik, biokimia, irigasi, pemuliaan tanaman, bioteknologi, pestisida organik, dan lain-lain. Ia juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan berbagai praktikum dan penelitian di laboratorium kampus dan di lingkungan hidup. Ia merasa senang akan progresnya dan sangat tertantang akan materi yang dia pelajari.
Selain itu, Aariz juga masih sering membaca dan menulis karya-karya sastra, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk mengikuti perlombaan. Ia bergabung dengan komunitas sastra di kampusnya itu, yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai jurusan. Ia suka bertukar pikiran dengan teman-teman di komunitasnya tersebut untuk mendapatkan solusi dalam memecahkan masalah pada penelitian yang dilakukannya maupun karya tulisnya. Ia juga mendapatkan banyak inspirasi dari kehidupan perkuliahannya dan lingkungan sekitarnya. Aariz mulai menulis berbagai cerita yang menggabungkan antara sastra, dan teknologi pertanian. Ia menulis tentang berbagai topik, seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, teknologi terapan, pengaruh pH air terhadap lingkungan, biodiversitas, dan konservasi. Ia menulis cerita tersebut dengan gaya tulisan yang menarik dan informatif, sehingga pembaca bisa menikmati ceritanya sekaligus mendapat pengetahuan baru. Cerita-cerita tersebut ditulis dengan maksud untuk menyadarkan dan mengajak para pembaca untuk lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan dan dunia pertanian.
Cerita-cerita yang ditulis oleh Aariz, banyak mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai kalangan dan lembaga. Beberapa ceritanya pun ada yang dimuat di media massa, baik media cetak maupun media online. Ada juga yang diadaptasikan menjadi sebuah film, dan drama. Aariz merasa sangat bangga dan bersyukur dengan pencapaian yang telah dia raih. Ia juga merasa senang, karena ceritanya memberikan dampak positif bagi banyak orang. Aariz tidak berhenti belajar dan berkarya, dia terus mengasah kemampuan dan pengetahuannya di bidang sastra, teknologi pertanian, dan botani. Ia kerap melakukan eksplorasi terhadap hal-hal baru yang bisa dijadikan sumber inspirasi dan inovasi dalam karya-karyanya itu.
Selama empat tahun dibangku perkuliahan, Aariz banyak mengalami hal-hal yang tidak dia duga, seperti konflik saat dia melakukan observasi dikaki gunung, ditolaknya oleh masyarakat lokal saat melakukan penelitian, kekurangan data yang konkret saat menulis karya tulis ilmiah dan sebagainya. Hal-hal tersebutlah yang membentuk dirinya menjadi seorang penulis dan peneliti yang andal dan profesional. Aariz suka mengikuti berbagai mata kuliah yang menambah wawasan dan keterampilannya di bidang teknologi pertanian dan botani. Ia juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik, seperti seminar, workshop, lomba, pameran, dan lain-lain. Ia selalu menjalin hubungan yang baik dengan dosen, teman sejawat, dan mahasiswa lainnya.
Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Aariz adalah ketika dia terpilih untuk menjadi asisten dosen untuk mata kuliah teknologi pertanian. Ia diberikan tanggung jawab untuk membantu dosen dalam menyusun materi, memberikan tugas, mengoreksi pekerjaan, dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Ia juga beberapa kali diberikan kesempatan untuk mengajar dikelas. Hal tersebut, memberikan Aariz rasa senang dan bangga karena bisa berbagi ilmu dan pengalaman yang dia miliki kepada mahasiswa lainnya.
Di sela-sela waktu luangnya Aariz selalu menulis karya-karya sastranya dan selalu update terhadap perkembangan dunia sastra, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Lalu, dia sering berkomunikasi dengan para penulis lainnya, melalui media sosial, email, maupun telepon. Salah satu karya sastra yang ditulis oleh Aariz adalah sebuah novel yang berjudul “Tanaman Impian”. Novel ini menceritakan kisah seorang mahasiswa teknologi pertanian yang bercita-cita untuk menciptakan tanaman transgenik yang bisa mengatasi masalah kelaparan di dunia. Novel ini, menggabungkan antara fiksi ilmiah, drama, dan romansa. Novel ini pun banyak mendapatkan pujian dan kritik dari para pembaca dan pengamat sastra. Novel “Tanaman Impian” juga berhasil memenangkan beberapa penghargaan sastra, baik nasional maupun internasional.
Di semester terakhirnya, Aariz berhasil menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Pengembangan Tanaman Transgenik Tahan Hama dan Penyakit dengan Teknik CRISPR-Cas9”. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah Aariz lakukan selama dua tahun terakhir. Skripsi ini mendapat nilai A dari dosen pembimbing dan penguji. Setelah, sidang skripsi selesai Aariz bersujud syukur karena selama empat tahun dia banyak mendapatkan pengalaman yang berharga dan teman-teman yang bersinergi. Lalu, skripsinya pun di publikasikan di jurnal internasional.
Pada hari wisuda, Aariz mengenakan toga dan topi wisuda dengan bangga. Ia berdiri di atas panggung dan menyampaikan pidatonya yang bergelora sebagai perwakilan dari para wisudawan. Ia berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang luar biasa bagi para mahasiswa. Ia juga mengucapkan selamat kepada para wisudawan lainnya yang telah menyelesaikan studinya dengan baik. Ia pun memberikan motivasi dan harapan kepada para mahasiswa yang masih menempuh studinya. Lalu, dia berkata bahwa mereka adalah generasi muda yang memiliki tanggung jawab dan potensi besar untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia maupun dunia internasional.
Setelah pidato, Aariz menerima ijazah dan medali dari rektor. Ia tersenyum lebar dan menatap ke arah tribun, di mana keluarga, teman, dan dosen-nya berdiri dan bertepuk tangan untuk dirinya. Ia merasa sangat bahagia dan bangga, karena telah mewujudkan cita-citanya menjadi seorang sarjana teknologi pertanian dan seorang penulis yang bermanfaat bagi banyak orang. Ia merasa sangat puas telah menggabungkan minat dan bakatnya di bidang sastra, teknologi pertanian, dan botani menjadi satu. Di dalam hatinya dia berterima kasih kepada semua orang yang telah membantunya dan mendukungnya selama ini dan juga dia berjanji untuk terus belajar dan berkarya, serta memberikan yang terbaik bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat Indonesia maupun Internasional.
Setelah lulus dari jurusan teknologi pertanian, Aariz mendapatkan beasiswa S-2 dari sebuah lembaga penelitian di Belanda untuk melanjutkan studinya ke jenjang magister di sebuah Universitas di Belanda. Ia kembali ke negara yang pernah memberikan dirinya pencerahan dan pengalaman berharga. Lalu, dia melanjutkan penelitiannya di bidang teknologi pertanian dan botani, dengan fokus pada pengembangan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit. Aariz berharap bahwa penelitiannya ini dapat membantu petani di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panennya. Di Belanda, Aariz juga masih aktif menulis dan menerbitkan karya-karya sastranya, baik dalam bahasa Indonesia, Belanda maupun Inggris. Ia juga bergabung dengan beberapa organisasi dan komunitas sastra internasional, yang memberinya kesempatan untuk bertemu dan berkolaborasi dengan para penulis dari berbagai negara dan budaya. Aariz juga sering diundang untuk menjadi pembicara atau narasumber di berbagai acara dan seminar sastra, baik di Belanda maupun di negara-negara lainnya.
Aariz juga tidak pernah lupa dengan tanah airnya. Ia sering pulang ke Indonesia untuk mengunjungi keluarga dan teman-temannya. Ia juga sering berbagi ilmu dan pengalaman yang telah dia dapatkan di Belanda dengan para dosen, mahasiswa, peneliti, dan penulis di Indonesia. Ia juga kerap memberikan bantuan dan dukungan kepada para petani di Indonesia, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Aariz juga sering menyumbangkan sebagian dari hasil penjualan buku-bukunya untuk membantu program-program sosial yang berkaitan dengan lingkungan dan pertanian.
Aariz merasa bahagia dan puas dengan hidupnya yang sekarang, karena dia telah mewujudkan cita-citanya menjadi seorang penulis dan peneliti yang telah memberikan banyak manfaat bagi orang. Ia juga merasa bahwa dirinya telah menggabungkan minat dan bakatnya di bidang sastra, teknologi pertanian, dan botani menjadi satu. Ia pun berterima kasih kepada semua orang yang telah membantunya dan mendukungnya selama ini dan dia berjanji untuk terus memberikan banyak manfaat seperti mata air yang mengalir jernih.