Namlea, senyummu seperti fajar
yang menembus jendela kayu sekolah kecilku,
menghangatkan pagi-pagi penuh doa
di antara tawa anak-anak yang haus ilmu.
Anginmu mengelus lembut hijabku
saat langkahku menapaki tanah merah itu,
di mana dedaunan berbisik
tentang rindu dan pengabdian yang tak pernah lelah.
Di balik bukit dan pesisir biru
aku temukan damai yang tak terucap,
ombakmu menghapus lelah
seperti pelukan ibu dari kejauhan.
Aku, guru muda dari jauh,
membawa semangat dan mimpi-mimpi kecil
menjadi nyala di tengah keterbatasan—
membaca masa depan di mata mereka
yang menyebutku “ibu” dengan cinta.
Namlea, kau bukan sekadar tempat singgah,
kau rumah yang membentukku jadi lebih bijak.
Dalam sunyimu, aku dengar suara Tuhan
menguatkan hati, meneguhkan langkah.
Dan bila suatu hari nanti aku pergi,
kenangan ini akan tetap hidup
di setiap bayang senja
dan wangi tanahmu yang selalu kutahu—
tempatku jatuh cinta
pada hidup yang sederhana namun bermakna.
Cianjur, 05 Mei 2025