PAPAN TULIS DIGITAL, HATI TETAP MANUAL
Karya: Diana Erma, S.Pd.
Di depan layar, kurancang mimpi,
Papan tulis digital memancarkan visi.
Kata demi kata kuurai dengan hati,
Namun tetap kurindukan suara kapur berbisik sunyi.
Anak-anak hadir dengan beragam cerita,
Membawa dunia dalam genggaman maya.
Aku di sini, meniti garis antara realita,
Menyulam kasih dalam bahasa yang sederhana.
Bukan lagi hanya buku di tangan,
Tapi layar penuh warna dan harapan.
Meski teknologi menggema di ruang kelas,
Hati tetap menjadi penghubung tanpa batas.
Ada tawa yang lahir dari kesederhanaan,
Ada keluh yang terselip di antara pembaruan.
Namun tugas ini bukan sekadar pengajaran,
Ia adalah seni memberi makna pada perubahan.
Dalam diam, kutulis doa pada mereka,
Agar ilmu menjadi cahaya yang setia.
Dan meski zaman terus berputar,
Hati seorang guru takkan pernah pudar.
Papan tulis digital hanyalah alat,
Namun hati ini tetaplah pangkal syarat.
Di tengah kemajuan yang mengalir deras,
Aku tetap setia, mendidik dengan cinta yang tulus dan ikhlas.
Kini kusadari, tantangan makin bertambah,
Generasi muda berlari, aku tak boleh menyerah.
Dengan sabar kugenggam tangan mereka,
Menuntun langkah menuju masa depan yang cerah.
Kritik dan pujian silih berganti,
Namun semangat ini tak pernah mati.
Setiap kata yang terucap dari lisan,
Adalah warisan yang menembus zaman.
Dalam hati kecilku, ada harapan,
Bahwa pendidikan adalah perjuangan.
Tak peduli betapa canggihnya teknologi,
Cinta dan doa adalah inti filosofi.
Maka terus kujalani jalan ini dengan bangga,
Menjadi pelita dalam gelapnya raga.
Karena seorang guru tak hanya mengajar ilmu,
Tapi menghidupkan jiwa dan menanamkan kejujuran yang bermutu.