Pemuda Harus Berinvestasi Kompetensi dalam Pendidikan

Pemuda atau generasi muda adalah potensi sekaligus aset bangsa yang besar. Sebetulnya siapa sajakah yang termasuk pemuda? Definisi pemuda berdasarkan usia menurut World Health Organization (WHO) secara internasional mengklasifikasikan pemuda atau “young people” dengan batas usia 10-24 tahun. Namun, selain daripada itu pemuda juga memiliki definisi lain yang lebih fleksibel, tetap pada intinya adalah generasi yang bisa memberikan pembaharuan dengan tenaga dan pikirannya yang dibantu penyesuaian perkembangan zaman.

Sebagai investasi generasi penerus, pemuda itu sendiri setidaknya harus memiliki modal dasar yaitu mampu menjadi agent of change atau agen perubahan. Perannya cukup berat dan dinamis untuk saat ini dan juga yang akan menggantikan generasi sebelumnya di masa depan. Salah satu penggalan dari pidato Ir.Soekarno presiden pertama Indonesia yang menegaskan betapa pentingnya peran pemuda yaitu “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangakan dunia.’’ sepatutnya selalu bisa menjadi pegangan motivasi. Meninjau sejarahnya dulu, pemuda Indonesia sudah memegang peran penting dalam momen krusial, pada kemerdekaan Indonesia salah satunya, itu semua tidak lepas dari hasil ide pemikiran, gagasan, strategi dan organisasi pergerakannya.

Lalu apakah bisa pemuda Indonesia masa kini untuk dapat andil berperan menjadi sosok yang berdampak, menginspirasi, dan berdaya saing global? Tentu saja bisa! Tapi memang tidak mudah. Mengapa demikian? Karena berbeda zaman, tentu berbeda pula tantangannya. Potensi yang dimiliki lebih besar, ternyata beriringan dengan tantangan yang lebih bervariasi pula. Kalau begitu, bagaimana cara yang harus dilakukan? Dengan mengikuti pola hasil tidak pernah mengkhianati usaha, jawabannya tentu saja dengan mempersiapkannya.

Era globalisasi merupakan proses mendunia untuk menjangkau segala urusan yang mencakup perkembangan zaman yaitu modernisasi yang terus meningkat (Januarharyono, 2019). Pada era persaingan globalsepertisaat ini sangat diperlukan kematangan persiapan sebagai upaya agar target dan tujuan dapat tepat sasaran. Maka dari itu, pemuda yang bisa mendobrak dunia bukanlah pemuda biasa biasa, artinya yang berdaya saing adalah mereka yang memiliki potensi lalu mencapai kompetensi baik saat ini ataupun di masa yang akan datang. Kompetensi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan individu untuk mencapai hasil yang diharapkan (International Organization for Standardization, 2012).

Potensi pemuda Indonesia untuk berkembang juga dapat ditingkatkan. Berdasarkan data dari Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Buleleng (2020) terdapat beberapa potensi yang dimiliki secara umum yaitu:

1. Jumlah pemuda Indonesia yang mencapai jumlah 37,8% dari total penduduk atau setara dengan 83,16 juta orang.
2. Jumlah organisasi kepemudaan di Indonesia yang sangat banyak untuk pembinaan kepemimpinan pemuda Indonesia.
3. Potensi intelektual (bakat dan minat) pemuda Indonesia yang memadai.
4. Motivasi atau semangat dan antusiasme pemuda Indonesia untuk maju sangat tinggi.
5. Sasaran pembangunan kepemudaan.

Oleh karena itu, pengoptimalan potensi yang disertai peningkatan skills dan kompetensinya harus selalu dilakukan. Hal tersebut juga harus dengan memperhatikan kebutuhan, apalagi tindakan untuk saat ini harus sekaligus mempersiapkan masa depan juga supaya tidak tergilas persaingan. Aspek dasar yang harus diperhatikan juga beragam, baik dalam lingkup ilmu pengetahuan, pendidikan, teknologi, etika, leadership, bahkan karakter, hal tersebut berkaitan dengan masa depan yang diupayakan lebih terjamin.

Namun, seperti manusia pada umumnya pemuda juga memiliki keterbatasan, sehingga tidak mungkin keseluruhan aspek tersebut diborong habis habisan. Oleh sebab itu, penting bagi pemuda untuk membuat spesifik fokus tujuan dan upaya, agar memaksimalkan potensi dan kompetensi itu sendiri. Sebutan yang biasa digunakan bagi mereka yang dapat memaksimalkan hal-hal tersebut “local heroes”, tak jarang karena itu membuat para pemuda menjadi sosok yang inspiratif, berdampak, bahkan berdaya saing global.

Sebetulnya isu paling penting yang dihadapi pemuda dari dulu sampai sekarang ini adalah mengenai pendidikan dan pekerjaan. Dalam posisi ini, pada jalan yang sedang saya dalami sekarang, upaya yang dilakukan yaitu memfokuskan diri pada bidang pendidikan, namun berdasarkan dua point of view, yaitu sebagai peserta didik (mahasiswi) sekaligus pendidik (guru). Berkesempatan terjun khususnya di bidang pendidikan adalah hal yang luar biasa, di samping itu, kita selaku “pelaku” setidaknya perlu memiliki dan juga investasi kompetensi, pada Framework 21st Century Skills salah satunya guna menjadi bagian agent of change di bidangnya. Kompetensi 4C ini terdiri dari Critical Thinking and Problem Solving, Communication, Collaboration and Creativity Thinking and Innovation.

Kompetensi “Critical Thinking” diperlukan baik bagi peserta didik maupun pendidik sebagai dasar berpikir rasional, kritis, terbuka untuk menganalisis sekaligus memecahkan masalah. Hal tersebut tentunya bukan hanya dipelajari d jam pelajaran saja, tapi juga sebagai upaya persiapan problem solving pada kehidupan sehari-hari bahkan persoalan di masa depan. Kompetensi yang kedua adalah “Communication”, kemampuan berkomunikasi yang baik dan mudah dipahami diperlukan dimana saja, kapan saja serta dengan siapa saja.

Pengembangan kemampuan komunikasi juga jelas sangat berpengaruh baik untuk saat ini maupun masa depan. Dengan komunikasi yang tepat, ekspresi terhadap ide dan gagasan akan tersampaikan dengan tepat pula. Di era globalisasi saat ini, kompetensi “Collaboration” juga sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang besar, maksimal dan luar biasa. Kompetensi yang terakhir yaitu “Creativity”, ini sangat relevan dengan generasi muda yang memiliki value lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. Kreatif bukan hanya mampu meproduksi sesuatu yang baru, memperbaiki atau meningkatkan sesuatu dari yang sebelumnya juga termasuk tindakan kreatif. Apalagi pemuda sangat memiliki nilai-nilai kreativitas yang tinggi, ini bisa diimplementasikan pada bidang apapun, akan menjadi nilai tambah jika memiliki jiwa inovatif juga. Intinya, keempat kompetensi tersebut diperlukan bukan hanya dapat diimplementasikan pada pendidikan, tapi justru meluas pada kehidupan.

Bidang pendidikan itu sendiri selalu memiliki cakupan yang sangat luas. Pengembangan potensi dan kompetensi ini sebaran implementasinya besar pula. Terdapat statement dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia mengatakan pada tahun 2021, Indonesia memiliki 84,4 juta penduduknya adalah anak-anak yang berada dibawah umur 18 tahun. Anak-anak tersebut diharapkan menjadi generasi Indonesia Emas Tahun 2045. Yang artinya diperlukan pentingnya peran generasi muda untuk mempunyai bekal investasi kompetensi khususnya di bidang pendidikan untuk berdaya saing, agar kelak dapat membantu generasi penerus selayaknya menjadi guru yang digugu dan ditiru. Dengan dibekali contoh sosok yang berkompenten, tentunya dapat memudahkan persuasif peningkatkan kualitas SDM dengan output berdaya saing bukan terasing di masa depan.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, peran pemuda yang bisa mendobrak dunia bukanlah dari pemuda yang biasa-biasa. Pemuda yang luar biasa adalah mereka yang mampu berdampak, inspiratif dan mampu berdaya saing sesuai dengan kompetensinya. Maka dari itu, saya sebagai peserta didik sekaligus pendidik sangat termotivasi untuk menjadi bagian pemuda luar biasa itu dengan kompetensi yang saya miliki di bidang pendidikan.

Dengan pengalaman saya terjun ke lapangan Pendidikan melalui program Kampus Mengajar dan Magang Guru Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menyadarkan
saya betapa krusialnya pengaruh pendidikan untuk berdaya saing di masa depan. Selain itu, sebab ditempatkan di daerah terpencil, ternyata menuai inspirasi tidak harus menjadi ternama dulu. Pada saat itu, murid-murid saya beserta orang tuanya di lingkungan itu terinspirasi untuk menjadikan dirinya menjadi lebih sadar untuk menghadapi perkembangan zaman melalui pendidikan yang lebih baik.

Mengapa bisa demikian, karena pendidikan merupakan suatu pondasi terkuat yang akan mempengaruhi keberhasilan. Sejak dahulu yang memengaruhi nilai kesuksesan biasa dilihat dari pendidikan atau pekerjaan. Maka dari itu, yang bisa kita lakukan adalah semangat dan aktif dalam kegiatan memberikan pendidikan yang bermutu untuk menciptakan kualitas lebih baik dari generasi penerusnya dalam usahanya membangun pendidikan yang lebih baik pula dari masa-masa sebelumnya. Sebagai fasilitator, jika melakukan upaya peningkatan pendidikan, kompetensi guru sekaligus muridnya akan sama-sama ter-upgrade.

Sebagai pendidik, ada anugerah dan peran penting yang lain yang juga yang dimiliki, yaitu menjadi pemimpin, Maka dari, itu kapabilitas dan jiwa kepemimpinan harus juga bisa mengantarkan pada kegiatan positif, produktif,
efektif dan inspiratif. Selain itu mempunyai karakter dan attitude yang baik sangat mendukung sehingga betul-betul bisa menjadi teladan bagi muridnya khususnya pada zaman sekarang ini. Selain itu, untuk menyesuaikan dengan generasi saat ini seorang pemimpin juga harus memiliki Sense of belonging (merasa ikut memiliki), Sense of participation (merasa ikut serta) dan Sense of responsibility (merasa ikut bertanggung jawab) (Ambarwati & Raharjo, 2018).

Pilihan jalan saya menjadi peserta didik sekaligus menjadi pendidik merupakan tugas yang sangat tidak mudah. Saya harus menempatkan tugas utama yaitu belajar, demi membekali diri investasi untuk masa depan melalui pendidikan. Kemudian menjadi guru juga bukan berarti menghentikan kewajiban saya untuk belajar, justru semakin meningkatkan kewajiban pencarian ilmu lebih daripada yang lainnya, serta menanggung amanah lebih dalam mempersiapkan kualitas generasi penerus. Dengan bekal-bekal yang diperoleh selama mengenyam pendidikan sekaligus pengalaman mengajar yang dilaksanakan, saya, kamu, kami, dan kita semua diharapkan bisa memainkan perannya sebagai agen perubahan, untuk memulihkan kondisi yang masih kurang baik serta mendukung yang sudah sesuai, dan menciptakan sesuatu yang lebih baik lagi.

Sebagai investasi masa depan, tentunya pemuda itu sendiri harus pandai menginvestasikan diri. Investasi hanya mengenai investasi saham atau sejenisnya yang kerap dilakukan di masa kini. Investasi yang berkenaan dengan kompetensi diri, upgrading skill, menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, memperbanyak jaringan dan sebagainya dapat menjadi modal lebih investasi di masa depan yang lebih terarah.

Menjadi Sumber Daya Manusia yang berkompeten akan menciptakan value tinggi sehingga mampu berdaya saing tinggi pula. Analoginya seperti “Nasi Goreng”. Nasi goreng yang dibuat oleh orang biasa, dengan kualitas serta penampilan yang biasa saja, akan menghasilkan produk dengan harga standar, pun valuenya. Berbeda dengan nasi goreng buatan koki ternama, lulusan dari sekolah bidang makanan yang tentunya membuat ilmunya lebih banyak, akan mampu memilih dan memproduksi makanan dengan bahan masakan berkualitas, penampilan yang unik dan kreatif serta mengikuti perkembangan zaman yang juga akan menghasilkan produk dengan harga yang mahal dan value tinggi.

Saya selalu tersentuh dan berpegang teguh pada motivasi saya untuk menjadi pemuda yang berdampak dan berdaya saing. Sebagai seorang guru yang ingin digugu dan ditiru, sehingga tindakan yang saya kerjakan harus positif, produktif dan inspiratif. Saya ingin membuktikan pada murid-murid saya bahwa saya mampu menginspirasi, memotivasi tanpa menjatuhkan dan membuat mereka terinspirasi untuk mencapai cita-citanya, bahkan melebihi dari pencapaian saya sendiri. Hal ini dirasa penting agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa depan yang semakin progres dan berdaya saing serta memiliki value tinggi secara global. Juga sekaligus meningkatkan kompetensi bagi generasi muda di Indonesia dan bisa menjadi orang yang dapat menginspirasi dalam hal baik, seperti lirik lagu Saudade, “jadi besar bestari dan manfaat tuk sekitar”.

Maka dari itu, agent of change yang sadar investasi kompetensi dan melek edukasi akan berdampak lebih positif, produktif serta inspiratif. Sebagai pemuda, selalu tuangkan ide pemikiran, gagasan, strategi dan organisasi pergerakannya untuk memberikan pembaharuan mengikuti perkembangan zaman.

Jangan terasing! Mari berdaya saing!

Tagar:

Bagikan postingan

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *