Pendidikan karakter jelas bertujuan untuk mendidik watak, sikap, akal budi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Pendidikan karakter terkandung juga dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pendidikan karakter sejak zaman dulu telah berkembang dalam sastra lisan maupun tulisan.Ratna (2014:109) menjelaskan:
Ilmu sastra dianggap memiliki peran yang cukup besar dalam rangka pengembangan pendidikan karakter.Seperti diketahui, sastra dari akar kata sas+tra (Sansekerta), “sas” (mengarahkan, mengajar, member petunjuk) dan “tra” (alat). Secara luas sastra diartikan sebagai alat, sarana untuk member petunjuk, mengajar, dan mendidik, yaitu pendidikan karakter itu sendiri. Benar, pendidikan karakter dapat dilakukan melalui ilmu pengetahuan, dengan menggunakan teori dan metode tertentu, bahkan dengan menggunakan perlatan canggih seperti laboratorium, tetapi sastra memiliki kelebihan, cara-cara yang tersembunyi seperti metafora bahasa dan berbagai bentuk tak langsung lainnya, dan dengan sendirinya sarana estetis yang secara keseluruhan dianggap memiliki persamaan dengan hakikat kemanusiaan, sifat-sifat manusia sebagai sistem simbol.
Sastra memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan pendidikan karakter siswa. Karenanya minat siswa terhadap sastra harus ditingkatkan. Selain penuh dengan pendidikan karakter, minat siswa terhadap sastra pun akan meningkatkan keinginan mereka untuk membaca dan memproduksi sebuah teks.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Keterampilan menyimak dan berbicara diperoleh siswa sebelum memasuki usia sekolah sementara keterampilan membaca dan menulis biasanya diperoleh siswa pada saat mereka bersekolah.
Hodgson dalam Tarigan (2015:7) menjelaskan pengertian membaca sebagai berikut:
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Kemampuan membaca sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan Kurikulum 2013 yang berbasis teks, siswa dituntut untuk memahami wacana melalui proses membaca pemahaman. Karena dalam pendekatan saintifik langkah yang pertama, yaitu mengamati banyak dilakukan melalui proses membaca. Keterampilan membaca yang harus dimiliki oleh siswa salah satunya adalah keterampilan membaca pemahaman.
Tarigan (2015:58) menjelaskan tentang membaca pemahaman sebagai berikut.
Membaca pemahaman (atau reading for understanding) yang dimaksudkan di sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami ;
1. Standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards);
2. Resensi kritis (critical review);
3. Drama tulis (printed drama);
4. Pola-pola fiksi (patterns of fiction).
Dalam hal ini membaca pemahaman yang menjadi pusat perhatian peneliti adalah membaca pemahaman yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan dan pola-pola fiksi.
Selain keterampilan membaca yang harus dimiliki oleh siswa juga keterampilan atau kemampuan memproduksi teks atau menulis.
Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari tiga keterampilan lainnya.Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafalogi, struktur bahasa, dan kosa kata.Dari pernyataan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang melibatkan berbagai keterampilan.
Tarigan (2013:22) menjelaskan tentang menulis sebagai berikut:
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Keterampilan memproduksi teks atau menulis ini meliputi keterampilan menyusun pikiran tentang gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada pembaca dengan menggunakan kata-kata dalam susunan yang tepat berdasarkan pikiran, organisasi, diksi, struktur kalimat, menyusun paragraf sampai menjadi sebuah teks.