Perjuangan Masuk Perguruan Tinggi, Membawa Masa Depan yang Aku Impikan – Cerpen Nadia Nur Fitriyani

puisi guru

Perjuangan Masuk Perguruan Tinggi, Membawa Masa Depan yang Aku Impikan
Karya:  Nadia Nur Fitriyani

Aku Nadia Nur Fitriyani, anak seorang buruh harian lepas dan guru honorer. Seorang Mahasiswa yang dengan kesabaran dan ridho Allah SWT, lolos menjadi salah satu penerima beasiswa KIP Kuliah di program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Ahmad Dahlan.

Kisah perjuanganku di tahun 2023. Tersisa setengah tahun aku berjuang untuk memasuki dunia perkuliahan. Sejak awal masuk SMK, tidak sedikit orang yang mencaci bahwa aku tidak akan bisa berkuliah. Mereka selalu berkata,”Anak SMK tuh peluang lolos ke universitas susah loh, kenapa ngga ke SMA aja?” Perkataan itu seringkali mengusik pikiranku. Mereka berkata seolah-olah tahu apa yang akan terjadi pada masa depan ku.

Sejak hari itu, aku berjanji kepada diriku untuk memperjuangkan masa depanku dan membungkam mulut mereka dengan keberhasilanku. Aku membuat sebuah target untuk mendapatkan nilai rapor yang tinggi selama 6 semester, dan mendapat ranking agar aku bisa masuk sebagai siswa eligible untuk bisa mendaftar SNBP (Seleksi Nasional Berdasar Prestasi). Aku mulai belajar sesuai jadwal yang telah aku buat, rajin mengerjakan tugas sekolah sebelum tenggat waktu, dan belajar bersama teman-teman seperjuanganku.

Selama 6 bulan tersisa, di bulan pertama aku dan teman-temanku berjuang untuk melewati Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) sebagai salah satu syarat lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tiga tipe ujian kami lewati yaitu, siklus akuntansi, MYOB Accounting, dan Ms.Excel. Ujian ini dilaksanakan di akhir bulan selama tiga hari.

Aku biasanya berangkat paling awal dari teman-temanku. Sahabat karibku datang setelahnya, dia adalah teman pertamaku, selalu membantu, dan sering mengingatkanku ketika salah.

Dia menghampiriku dan berkata,”Kamu udah siap belum Nad?”

Lalu akupun menjawab, “Alhamdulillah sudah Put, kamu gimana?”

Diapun menjawab,”Alhamdulillah aku juga sudah siap, setelah semua latihan yang diberikan oleh guru udah kita pelajari, bismillah semoga kita bisa lulus dan berkompeten ya Nad.”

”Aamiin Ya Allah, semoga perjuangan kita membuahkan hasil yang baik ya, Semangat!” Jawabku.

Dengan selalu berpegang pada semangat dan perasaan optimis, kami berhasil melewati ujian ini dengan nilai yang cukup memuaskan. Meskipun Putri sempat mendapat kesulitan, namun dia berhasil mendapat nilai yang tinggi dan kami mendapat predikat sebagai siswa berkompeten.

Di bulan selanjutnya, sekolah mulai mengumumkan siswa eligible. Dengan hati berdebar-debar, aku bersama teman-temanku membuka pengumuman itu.

“Alhamdulillah Ya Allah namaku terdapat diurutan kedua!” seruku kepada teman-temanku.

“Puji tuhan, aku juga lolos guys diurutan pertama!” ucap Kristin Dengan bangga.

Karena semua teman seperjuanganku lolos menjadi siswa eligible. Hari itu menjadi hari yang sangat membahagiakan untuk kami.

Kami mulai mempersiapkan hal-hal untuk mendaftar SNBP dan SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes) seperti pengurusan berkas dan juga pembuatan akun. Selain itu, siswa yang memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) didampingi dalam pembuatan akun untuk selesksi penerima KIP Kuliah. SNBP dibuka pada febuari, dengan penuh kepercayaan diri aku mendaftar di Universitas Gajah Mada sebagai pilihan pertama, dan Universitas Negri Semaran (UNNES) sebagai pilihan kedua dengan pilihan program studi Akuntansi di kedua universitas tersebut. Universitas Gajah Mada adalah universitas impianku.
Setelah selesai mengurus hal yang berkaitan dengan seleksi perguruan tinggi, kami mulai fokus belajar untuk ujian akhir seluruh mata pelajaran. Kami menyiapkan berbagai materi dan ujian praktek yang harus kami penuhi sebagai syarat kelulusan. Ujian ini akan berlangsung di akhir maret hingga awal april.

Saat pertengahan ujian di bulan maret, pengumuman SNBP bisa diakses melalui web. Saat itu di bulan Ramadhan pukul 15.00 WIB, kondisiku sedang demam dan baru bangun tidur setelah pulang dari ujian. Dengan posisi di ruang tamu bersama keluargaku tanpa abiku karena beliau masih bekerja, aku membuka pengumuman SNBP didampingi ummiku.

Aku berkata pada ummiku,”Mi, gimana kalau aku ngga lolos?”

lalu ummiku menjawab,”Insya Allah, jika memang itu takdirmu pasti tidak akan melewatkanmu Nak.”

Dengan membaca basmalah aku mulai membuka pengumuman tersebut. Ternyata takdir berkata lain, aku mendapat warna merah sebagai tanda bahwa aku tertolak di SNBP 2023. Tanpa bisa dicegah air mataku berlomba-lomba mengalir diikuti raungan hati yang tidak terima dengan rasa kecewa ini. Aku menangis tersedu-sedu dipelukan ummiku

”Mi, rasanya sakit sekali,” ungkapku pada ummiku.

Ummiku berkata, “Ikhlas nak, Allah pasti punya jalan lain, masih banyak jalan yang bisa kamu coba untuk berkuliah.” Beliau menenangkanku dengan memeluk dan mengelus punggungku.

Hari itu menjadi hari yang cukup buruk bagiku. Meskipun aku bersiap secara matang, namun ternyata hasilnya tak sesuai dengan ekspektasiku. Aku takut bertemu orang-orang saat aku keluar rumah. Dan apa yang aku takutkan terjadi, saat bertemu mereka, berbagai pertanyaan mereka lontarkan begitu saja, “Nadia mau lanjut kuliah atau kerja?” “Gimana hasil SNBP-nya?” “Kuliahnya mau di kampus mana?” Pertanyaan-pertanyaan itu mengusik hati dan pikiranku, aku malu dan sempat menyesali pilihan yang aku buat sebagai anak SMK. Tak hanya aku, teman-teman seperjuangankupun mendapat hasil merah.

Namun, dari kegagalan ini memulihkan kembali semangat kami untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur tes atau sebut saja SNBT. Waktu kami untuk belajar SNBT hanya tersisa singkat saja. Kami fokus menyelesaikan ujian praktik dan ujian sekolah hingga di awal bulan April.

Setelah semua ujian-ujian sekolah berakhir, kami mendaftar SNBT bersama-sama di ruang BK. Kami berkonsultasi kepada guru BK terkait peluang universitas dan program studi yang bisa kami ambil. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk memilih Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai pilihan pertamaku dan Universitas Veteran Yogyakarta (UPN) sebagai pilihan keduaku dengan tetap memperjuangkan program studi Akuntansi yang aku minati.

Pada tanggal 9 April, aku bersama putri dan satu temanku, bernama Kristin pergi ke Jogja untuk melakukan survei kelas ujian SNBT di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kami bertiga pergi dengan naik motor karena jarak Klaten ke Jogja cukup dekat hanya sekitar 1 jam. Setelah selesai kami memilih untuk singgah di Gacoan dan Keraton Jogja untuk refreshing sebelum kami ujian. Sebagai sarana menghibur diri dan siap untuk berjuang kembali dalam ujian kami.

Tepat pada tanggal 11 April pukul 06.30, kami telah sampai di UNY. Meskipun kami berbeda ruangan, setidaknya kami berada di jam yang sama. Ujian dimulai pukul 07.30, aku berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan ujian kali ini. Banyak pertanyaan yang ternyata cukup sulit untuk aku selesaikan. Pukul 11.30, aku dan teman-temanku selesai mengerjakan dan kami bertemu di depan gedung FMIPA. Kami bertiga kemudian makan dan solat di dekat UNY dan bercerita mengenai soal ujian yang kami kerjakan.

“Gimana Put menurutmu soalnya tadi?” Tanyaku.

“Menurutku soal tadi tuh hot banget Nad, aku ragu kalau aku akan diterima lewat jalur ini.” Putri dengan keraguannya.

“Gapapa put, bismillah aja, walaupun aku juga merasa ragu karena menurutku juga soal tadi cukup sulit, kalau kamu gimana tin?” Tanyaku pada Kristin.

“Kayaknya aku mau coba mendaftar di Sanata Dharma deh Nad, buat jaga-jaga kalau aku engga keterima, karena aku juga ga boleh gapyear sama orang tuaku.” Jawab Kristin.

“Oh iya Nad, kenapa kita ga coba aja daftar di Universitas Ahmad Dahlan lewat jalur beasiswa, kebetulan kata saudaraku disana buka banyak jalur beasiswa.” Ajak putri.

“Universitas Ahmad Dahlan tu yang mana put? Aku ga tau hehe, tapi gapapa yuk coba-coba aja, yang penting jangan sampai kita menyerah untuk kegagalan yang kita dapat ya guys” Jawabku.

Dari situ kami berdua mulai mencari-cari informasi mengenai pendaftaran jalur beasiswa KIP di Universitas Ahmad Dahlan. Jalur ini ternyata dibuka saat gelombang terakhir pada bulan juli. Sembari menunggu, kami mencoba mendaftar Beasiswa PBU UGM dengan memenuhi semua persyaratan pada web yang ada. Kami memanfaatkan peluang-peluang yang ada agar kami tidak menyesal suatu saat nanti. Ada nasib yang harus kami rubah, ada keluarga yang harus kami banggakan, ada orangtua yang semakin hari semakin tua, dan mewujudkan mimpi untuk membahagiakan orangtua menjadi salah satu motivasi diriku sendiri untuk terus berjuang.

Hari pelepasan pun tiba, meskipun tidak ada wisuda, sekolah kami tetap mengadakan pelepasan untuk siswa kelas 12. Pada acara tersebut, diumumkan siswa lulusan terbaik sesuai dengan jurusannya. Satu tahun yang lalu, saat aku menyaksikan kakak kelas yang menjadi lulusan terbaik, aku berkata pada diriku sendiri,”satu tahun lagi aku yang akan berdiri disitu.” Tak disangka-sangka, namaku disebut sebagai siswa lulusan terbaik dengan NIM paling tinggi dengan rekap rangking 1 di 4 semester terakhir. Dari situ aku percaya, bahwa usaha apapun yang kita lakukan tak akan berakhir sia-sia. Hal yang perlu kita lakukan hanyalah percaya terhadap proses.

Bulan Juni pengumuman hasil SNBT, hasilnya tidak sesuai harapanku. Aku kembali terpukul akan kegagalan, kekecewaan terasa begitu mendalam, dalam benakku,”Mi, anakmu gagal lagi.” Aku berpura-pura baik-baik saja didepan semua orang, senyum palsu selalu aku tebar kepada mereka. Kabar buruk kembali menghampiri, aku kembali ditolak oleh beasiswa PBU UGM. Tak apa, aku sadar kehidupan tak selalu berjalan lurus, tidak semua yang aku inginkan akan terwujud begitu saja, karena aku tahu Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuannya.

Aku dilarang berputus asa dari rahmat dan kasih sayang Allah. Masih ada satu kesempatan untuk mendaftar di Universitas Ahmad Dahlan. Sembari menunggu dibukanya pendaftaran, aku membantu kakakku untuk mengajar les tahfidz. Selain itu, aku juga mengajar TPA dan menjadi pengurus kajian remaja di desaku. Aku bersyukur dan menikmati segala hal yang datang kepadaku. Bulan Juli pun tiba, Aku dan Putri mulai mengikuti seleksi berkas beasiswa KIP Universitas Ahmad Dahlan. Berbagai syarat telah aku penuhi dan aku tetap berjuang untuk program studi Akuntansi yang aku inginkan.

Setelah menunggu sebulan, akhirnya pengumuman seleksi berkas. Alhamdulillah aku dan Putri lolos seleksi berkas dan menjadi bagian 100 orang dari 1000 orang yang mendaftar. Setelah itu dilanjut untuk ujian akademik dan TOEFL secara online melalui web yang kami dapat dari UAD. Dengan tekad yang kuat, aku menjawab setiap soal dengan penuh keyakinan. Waktu berjalan begitu cepat, dan akhirnya, ujian pun berakhir.

Aku menunggu dengan harapan yang tak pasti, seraya berdoa agar pintu ini dapat terbuka bagiku. Beberapa minggu kemudian, kabar yang tak terduga datang. Aku diterima di kampus swasta tersebut dengan beasiswa penuh. Bahagia itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Meskipun awalnya aku mengalami kegagalan di ujian masuk perguruan tinggi negeri, ternyata kehidupan memberikan kesempatan baru yang bahkan lebih baik.

Dengan hati yang penuh syukur, aku memulai perjalanan kuliahku di kampus swasta tersebut. Di sana, aku tidak hanya mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan diri melalui berbagai UKM dan program-program pengembangan minat dan bakat.

Berkat keberhasilan dan perjuanganku, masa depan yang lebih bahagia pun semakin terbentang di hadapanku. Beasiswa ini bukan hanya sekadar pembuka pintu untukku, tetapi juga menjadi motivasi agar aku terus bekerja keras dan memberikan kontribusi positif dalam setiap langkahku.

Setiap kisah memiliki kurva takdirnya sendiri, dan kegagalan tidak selalu berarti akhir dari segalanya. Bagi saya, kegagalan itu hanyalah tiket menuju pintu yang lebih baik dan peluang yang lebih besar. Dengan bersyukur atas keberhasilan di kampus swasta, aku melangkah maju menuju masa depan yang cerah dan penuh harapan.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *