Konsep homeostasis psikis adalah upaya individu untuk tetap menjaga kondisi internal yang rileks dan stabil, tanpa terganggu oleh rasa tidak nyaman. Menurut teori psikodinamika, ketika seseorang menghadapi pengalaman traumatis atau stres ringan yang mengancam keseimbangan mentalnya, ia sering kali menggunakan cara-cara tertentu untuk bertahan. Salah satu cara tersebut disebut regresi, yaitu kembali ke tahap perkembangan atau kebiasaan yang lebih awal dan terasa lebih aman.
Dalam kasus ini, area kelisanan atau pola perilaku yang berkaitan dengan mulut menjadi tempat utama terjadinya regresi. Esai ini berupaya mempelajari bagaimana perilaku berkaitan dengan mulut berfungsi sebagai bentuk regresi, sehingga individu dapat sementara waktu mencapai keseimbangan psikis sebagai respons terhadap gangguan stabilitas yang terjadi.
Kekuatan-kekuatan yang mengatur keseimbangan dalam komunikasi bisa dipahami dengan mempertimbangkan bagaimana makna kata berubah-ubah tergantung pada konteks dimana kata itu digunakan, dan berbagai makna yang muncul dalam teks aslinya. Budaya tertulis memiliki kamus yang dibuat, di mana tanggal perubahan makna bisa dicatat dalam definisi resmi. Kata-kata dalam budaya tertulis memiliki lapisan makna yang sebagian besar tidak relevan dengan makna sehari-hari yang saat ini kita kenal. Kamus justru menyebabkan adanya perbedaan makna yang tidak sejajar.
Budaya lisan tidak memiliki kamus dan hanya mengalami sedikit perbedaan
makna. Makna setiap kata dikuasai oleh apa yang disebut Goody dan Watt (1968: 29) sebagai “pengesahan makna langsung”, yaitu melalui situasi nyata di mana kata itu digunakan pada saat dan tempat tertentu. Pikiran lisan tidak tertarik pada definisi (Laura, 1976: 48-99). Makna kata selalu diperoleh dari lingkungan nyata, yang berbeda dengan kamus. Di sini, makna tidak hanya ditentukan oleh kata-kata lain, tetapi juga termasuk gerakan tubuh, nada suara, ekspresi wajah, dan seluruh konteks kehidupan manusia di mana kata itu diucapkan.
Untuk tahu mengapa keluhan mulut jadi cara mengatasi trauma, kita harus tahu dulu apayang terjadi di tubuh saat terjadi trauma ringan. Saat seseorang mendapat berita buruk atau mengalami kejutan fisik, bagian otak yang bertugas mengenali bahaya, yaitu amigdala, akanmengambil alih. Bagian otak yang mengatur keputusan dan kontrol, yaitu korteks prefrontal, jadikurang mampu bekerja. Tubuh mengeluarkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Sistemsaraf simpatis aktif, membuat tubuh bereaksi dengan cara melawan, kabur, atau berdiri diam.
Dalam situasi seperti ini, homeostasis rusak. Jantung berdebar cepat, napas menjadi pendek, dan perasaan aman yang biasa dirasakan hilang. Individu merasa “terpisah” dari dirinya sendiri. Logika yang biasa digunakan untuk berpikir jemih sering kali tidak mampu
menenangkan kekacauan biokimia ini. Mengatakan “tenang saja, ini hanya hal kecil” pada diri sendiri sering kali tidak membantu karena bahasa logika tidak bisa masuk ke dalam pikiran yang sedang panik. Di saat seperti ini, mekanisme pertahanan bawah sadar mulai bekerja, dan cara yang paling mudah digunakan adalah regresi.
Sigmund Freud menggambarkan regresi sebagai proses di mana ego kembali ke tahap pertumbuhan sebelumnya ketika seseorang menghadapi tekanan yang terlalu berat. Tahap perkembangan psikoseksual yang pertama adalah tahap oral, yang berlangsung dari usia 0 hingga 18 bulan. Mengapa seseorang bisa kembali ke tahap ini? Karena bagi bayi manusia, mulut merupakan pusat dari dunia sekitamya
Melalui mulut, bayi mendapatkan makanan untuk bertahan hidup dan perhatian kasih sayang dari ibu, yang memberikan rasa nyaman. Menyusui bukan hanya sekadar makan, tetapi juga pengalaman menyentuh yang membuat bayi merasa aman, hangat, dan tenang. Mulut adalah tempat pertama yang dikenal manusia sebelum ia belajar berbicara, berpikir, atau mengerti aturan-aturan sosial.
Oleh karena itu, ketika orang dewasa mengalami trauma ringan dan merasa tidak berdaya perasaan yang sangat mirip dengan rasa tidak berdaya yang dialami bayi-memori tubuh mengingatkan kita kembali pada solusi yang paling dasar namun efektif stimulasi oral. Ini adalah upaya bawah sadar untuk mengingat kembali perasaan aman yang pernah kita rasakan saat berada dalam perlindungan penuh dari ibu atau pengasuh.
Kelisanan bukan hanya tentang menghantarkan (intake), tapi juga tentang mengeluarkan (output). Ini adalah sisi lain dari koin regresi oral yang sering dilupakan: verbalisasi secarapaksa. perlu diketahui bahwa regresi oral ini, dalam kasus trauma ringan yang sehat, bersifat sementara. la berfungsi sebagai bentuk bantuan darurat. Mekanismenya bekerja seperti ini: Trauma terjadi Tingkat stres meningkat tajam Regresi oral aktif (misalnya makan, berbicara, atau merokok)→ Rasa cemas berkurang karena stimulasi saraf vagus dan rasa tenang secara psikologis Otak bagian depan kembali aktif Keseimbangan dalam tubuh tercapai.
Orang biasanya merasa “malu” atau kembali sadar. Mereka mungkin menyadari bahwa Mereka berbicara terlalu banyak atau makan cokelat terlalu banyak. Perasaan ini menunjukkan Bahwa ego seseorang kembali mengambil alih. Regresi sudah selesai melakukan tugasnya.
tanpa fase mundur sementara ini, seseorang mungkin tetap terjebak dalam kondisi keadaan yang terlalutegang, yang justru lebih buruk bagi kesehatan mental dalam jangka panjang.
kelisanan setelah mengalami trauma ringan perlu dipahami ulang. Ini bukan hanya soal kegagalan mengendalikan diri, tetapi juga merupakan strategi adaptasi yang dalam, baik secara biologis maupun psikologis. Mulut, sebagai pintu masuk pertama kehidupan, tetap menjadi tempat terakhir yang kita gunakan untuk berlindung ketika badai kehidupan datang, melalui makanan yang membuat tenang atau ucapan yang diucapkan, kita melakukan perjalanan singkat ke masa lalu, ke masa bayi ketika rasa aman selalu terjamin, untuk mengumpulkan kekuatan.. Setelah baterai emosional terisi kembali melalui mekanisme ini, barulah kita siap untuk melangkah maju lagi, menghadapi kenyataan, dan memulihkan keseimbangan diri secam menyeluruh. Regresi dalam hal ini adalah langkah mundur yang memungkinkan kita untuk melompat maju kembali.







