Hembusan nafas buana tertiup pada hitungan tiga;
Areola terbuka, meniti satu-persatu penghuni selain diri ini;
Pikiran mengabu, nihil harap maupun ucap;
Persona itu selalu tidak mengindahkan presensi dirinya sendiri;
Yang dipertuan telah meninggalkan mahkota dan ratunya.
Bintang bertabur di angkasa, separuh bulan menyoroti lorong-lorong jalanan;
Indahnya konstelasi tidak mengubah intervensi realita yang menekan jiwanya;
Ruang tidur tidak lagi diisi, sang penghuni enggan berdiam jadi memutuskan untuk pergi;
Tiga belas malam semestinya menjadi yang dinanti tak pernah terjadi;
Hening di malam melepas pagi yang indah untuk menyala;
Dua puluh dua dinding kedewasaan ditiup Tuhan beserta kesuka-dukaan;
Adiksi pelita menjadi candu untuk membuat hidupnya terang-benderang;
Yang terus membakar, yang terus berpijar.