“Tak Boleh Terpejam”
Uzzaer Ruwaidah (nama panggung)
Tanah berlubang itu, Palestina,
Dentumannya berdegup bak adzan,
Tumbuhkan cinta di reruntuhan,
Keras tak pecah, menganga bak luka bernanah,
Aroma itu, bukanlah wangi ibunda,
Mata nanar simpan musim semi yang mau beranjak hilang,
Duka yang tak habis terludahi perang,
Roman tetap merekah di lorong temaram,
Kau lihat?, outer baja dan bendera itu terbakar,
Tangan tergenggam,
Dua hati masih berani jatuh cinta,
Meski maut menari di tikungan harapan,
Mencintai, diam yang berisik,
Mencium di bawah langit, terus saja mendidih,
Tertindih, bukan sekedar kata,
Ini adalah perlawanan, doa dan darah yang mengalir mendera,
Mata ini masih tertopang,
Waspada akan kemunngkinan,
Tak terasa air itu mengalir begitu saja, di dekapan,
Akan tuntutan tuk tetap terjaga.