Dan rembulan pun kini masam
sisa-sisa belai yang kau tanggalkan
lekat, aromanya pekat, menyayat
terasa aku dihujam batu berduri;
duri dari mulutmu.
Kering kerontang dikuras sendu
makin ringkih, aku dipalu
ternyata, kelaparan kasihmu;
kasih paling mempesona
yang tercipta dari sukma
Lalu aku menua dengan kebisuan perihal rindu
bersama puluhan lembar tulisan yang berbicara;
dalam polos kertas
mensejarahkan puing cinta
yang sempat tersemai indah di altar dadaku
Di Sudut kota, Di Tengah sawah, Di Kursi rumah
pada sepi, pada hingar
aku merapal namamu
Sumenep, 24 Agustus 2023