Berdasarkan penelitian dari Research Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), ditemukan bahwa sekitar 70 persen remaja SMP-SMA di Indonesia mengeluarkan uang dalam kisaran Rp30.000 hingga Rp200.000 per minggu untuk membeli rokok. Temuan ini diungkap pada Sabtu (16/12/2023), melalui penelitian berjudul “Hubungan Pembelian Rokok Eceran dengan Frekuensi, Intensitas, dan Inisiasi Merokok di Kalangan Remaja: Sebuah Studi Metode Campuran di Indonesia.”
Studi tersebut juga menyebutkan bahwa sebagian besar pelajar mengalokasikan sejumlah besar uang jajannya, bahkan melebihi separuhnya, untuk membeli rokok eceran. Merujuk pada perilaku ini, dapat disimpulkan bahwa pembeli rokok eceran pada remaja berada pada tahap eksperimen. Faktanya, pembelian rokok mencapai setengah dari rata-rata pengeluaran per kapita mingguan penduduk Indonesia pada bulan Maret 2023.
Kebiasaan merokok pada remaja SMP-SMA ternyata berkaitan erat dengan tahap eksperimen dalam pergaulan. Olivia Herlinda, Chief of Research and Policy CISDI, menjelaskan bahwa konsumsi rokok batangan terkait dengan tahap eksperimen yang dapat membawa pelajar menuju kebiasaan menjadi pecandu rokok.
Hasil penelitian CISDI menunjukkan bahwa pembelian rokok secara ecer umumnya dilakukan oleh remaja yang baru mencoba merokok atau yang sudah memiliki kebiasaan merokok, baik secara rutin maupun dengan konsumsi hingga 5 batang per hari.
Menanggapi temuan tersebut, Olivia menyatakan, “Dengan model cara merokok ini, dapat dikatakan konsumsi rokok batangan berhubungan dengan tahap eksperimen pada remaja SMP-SMA, sebuah tahapan yang mengarahkan seseorang menjadi pecandu dan rutin merokok.”
Selain tingginya konsumsi rokok, temuan CISDI juga menyoroti bahwa pembelian rokok secara berulang membuat remaja SMP-SMA menghabiskan uang dalam rentang 30 ribu hingga 200 ribu rupiah setiap minggu. Penelitian melibatkan wawancara dengan 49 remaja SMP-SMA yang mengakui mendapatkan rokok di warung terdekat dengan harga seribu rupiah per batang.
Kondisi ini dapat berbahaya, mengingat uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan makanan, pendidikan, atau kegiatan positif, malah digunakan untuk pembelian rokok yang tidak memberikan manfaat. Oleh karena itu, perlu upaya lebih lanjut untuk menghentikan kebiasaan merokok pada remaja SMP-SMA, termasuk pendekatan-pendekatan pencegahan yang melibatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat.