Secerca Asa, Guru Menyapa

Perlahan sinar asa tercurah

Dari bilik jembatan yang goyah

Terdengar gemuruh bisik

Suara anak yang berisik

 

Kehidupan malam seakan tersingkap

Oleh ribuan kaki yang sigap menyergap

Tas ransel yang sobek menahan beban

Seakan menjerit tanpa harapan

 

Dilorong ruang yang sunyi

Terdapat kenangan yang tersembunyi

Terisak suara tangis dan tawa

Tersisa dibilik kolong-kolong meja

 

Ada beribu harapan yang tertaut

Namun sering redup dan tak bergelut

Bukan salah sang guru yang membisu

Namun tumbal oknum berdarah biru

 

Catatan dan coretan menjadi cerita

Hasil jerih payah mencerdaskan anak bangsa

Namun, tak ada daya dan terkadang sia-sia

Menyapa dalang kenyataan didepan mata

 

Suasana lorong kelas yang sendu

Menandakan adanya jarak yang jauh

Antara kemewahan oligarki dan kesengsaraan guru

Semua melayang terbang, mana ada yang mau cemburu

Tagar:

Bagikan postingan

2 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *