Senandung Jendela Kamar
Karya: Malihatun Nikmah, S.Pd.
Wiya ibuku, suaramu alun mengkidung
mengkilap di kening neon-neon lampu
marambat di tanjung malam yang syahdu
Reranting bertebar diretak cahaya bulan
melukis berkas wajahmu yang tabah seusai
mengulang bacaan fatihahku dalam sajadah
pada bibir yang saling bertautan
Daun berayun menatap bulan yang limbung,
memutar kembali langkah kasihmu
Gemintang menyulam gemerlap cintamu pada
mata yang tak sempat berkedip
Dalam rapal do’a,
kutanami bunga-bunga
Dan kusirami hujan air mata
agar ia mekar sendiri
Wiya, kujenguk kau di tubuh tahajjud ini
Sambil kukirimkan sepiring do’a yang
melangit bersamaan safari kelelawar
menuju daun siwalan sebelum fajar muncul
Wiya, jangan kau tanyakan
betapa bersedihnya aku usai Tuhan
mencabut nafasmu di ba’da subuh itu
Seberapa besar ayah, aku, dan kakak-kakakku kehilanganmu?
Wiya yang lelap dan sangat lelap
Setiap aku membuka jendela kamar yang pernah kau tempati
bertahun-tahun itu, aku sengaja menyimpan kidungmu
dalam kantong-kantong plastik agar kau bisa melihat dan mendengarnya disana