Serpihan Jannah Yang Gugur di Gaza

 

Langit mendengar dan menyaksikan takbir di tengah dentuman,

dalam kepungan asap, anak kecil menghafal Al-Fatihah dengan tekun.

Tembok retak merekam zikir yang tidak terputus,

malam berbalut doa, tidak sekedar tangis yang membius.

 

Darah yang mengalir, bagaikan seribu saksi kesyahidan,

menghidupkan tanah yang mengungkapkan Asmaul Husna dalam setiap kesempatan.

Gaza, tempat yang tidak sekedar disebut sebagai tanah yang retak,

engkau bagaikan mimbar kedamaian, dalam nafas yang tidak kenal lelah.

 

Jari-jari kecil mencengkeram serpihan sajadah,

seakan enggan pergi dari Baitullah yang terbelah.

Matanya memandang langit, mendambakan bulan ramadhan,

namun yang kini hadir adalah derita, bukan pengharapan.

 

Gugur satu demi satu bintang ketika shubuh sunyi tiba,

beriring tangisan ibu bernada syahdat dalam doa.

Merangkul putera-puterinya dengan cinta rahman dan rahim,

meyakinkan bahwa Jannah menanti dibalik di balik setiap duka yang dalam.

 

Ada rudal yang membumihanguskan rumah, tempat cinta tumbuh di sana,

namun adhan selalu bergema di balik reruntuhan tembok yang nyaris sirna.

Serpihan Jannah tak akan lenyap ditelan abu,

karena ia berpihak pada hati yang menghamba dan mengadu.

 

Hai Gaza, tanah yang diberkati Allah dalam Sabda,

kami kirimkan shalawat dan salam dengan penuh cinta.

Sabar dan kuatkanlah diri wahai serpihan Jannah yang gugur,

Allah mengukir namamu dengan tinta emas di Lauhal Mahfudz yang makmur.

 

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *