Melawat Universitas Negeri Jakarta pada musim Kemarau
Di dalam bus kota, lamunku terseret pada sebuah gedung tinggi
Dan aku basah kuyup,
air mata telah menenggelamkan dunia
Isi kepala yang kubawa dari rumah semakin ribut
Mesin percetakan koran menderu-deru
Gelombang siaran radio bertalu-talu
Berita televisi mendayu-dayu
Belum lagi simpang siur portal media berlomba meramu
: menjejali kabar dunia yang setiap hari mengasami lambungku
Matahari menari-nari tepat di atas ubun-ubun
Menggiring langkahku menuju serambi gedung
Hanya ada dua orang disitu,
aku dan pedagang asongan yang menjual elegi
Rupanya ia adalah mantan penyair
Di bawah pohon palem raja aku duduk bersandar dalam ketabahan
Anak-anak Gaza itu menuangkan air mata ke dalam botol minumku
Suaranya parau, bercerita tanpa gurau
Aku bagai hidup dalam kalimatnya yang miskin kosakata
Orang-orang elite bersepatu bot kulit domba bermain monopoli
Sedangkan anak-anak Gaza menginjak matahari,
dengan bertelanjang kaki
Mereka bersajak dengan mangkuk-mangkuk kosong
Ada juga wajah-wajah karatan sehabis dihembus nuklir
Nafasnya hangat, gelagapan mengeja takdir Tuhan
Bola-bola api di matanya menampar tirai jendela,
Membawa surat duka
Dengkulku gemetar dan jantung semakin bergetar
Kisahnya belum usai, tidak tahu sampai kapan
Sembari menunjuk ke balkon
Pedagang asongan bercerita kisah perempuan berkebaya
Dengan roncean melati di antara sanggul jelita
Tuturnya adalah mantra penyembuh luka
Perempuan itu berbisik memberi tahu namanya Kartini
Persis pada tulisan di bibir balkon
Memelukku dalam gelisah
Mengusap air mata yang masih basah
Di antara tanah kuburan yang masih merah
Parasnya yang teduh
Mengajariku yang kesulitan menulis surat balasan
Pada lembar kertas putih bergaris merah sedikit mendung
Mendikte aksara perlahan lalu dieja berulang
“Habis gelap terbitlah terang”
Sepenggal kalimat itu harus lengkap dan bersemayam
Jangan sampai ada huruf yang tanggal
Menuju rumah rindang di hatimu
Agar tak ada lagi air mata yang tumpah menggenangi semesta
Tertanda: Gedung Raden Adjeng Kartini Universitas Negeri Jakarta
Kepada: Anak-anak Gaza
2 Responses
Akan ada hal indah di akhir cerita kalian gaza*
“habis gelap terbitlah terang”