Gaza tanah luka yang tak pernah lelah, Langitmu kelam tapi, tapi jiwamu megah. Anakmu berlari di antara puing, Dengan dada kosong hati genting. Ketika datang membawa deru, Tak ada peluk, hanya debu dan pilu. Namun engkau tak tunduk pada derita, Langkahmu maju demi cinta dan cita. Bom jatuh seperti hujan yang pekat, Tapi semangatmu tetap kuat. Tangan-tangan kecil mengangkat batu, Menulis harapan di tengah abu. Tiada selimut selain keyakinan, Tiada pelindung selain keteguhan. Tiap tangis jadi doa di udara, Menggema dalam jiwa yang membara. Gaza perjuanganmu bukan sia-sia, Kau ajarkan dunia arti setia. Meski dunia tutup mata dan telinga, Engkau bersuara dalam sunyi yang hampa. Luka bukanlah hal yang asing lagi, Tapi kau rawat dengan hati yang suci. Bahkan saat tak ada roti di piring, Cintamu pada hidup terus membasahi sanubari. Aku menulis bukan karena kasian, Tapi karena kau pantas jadi teladan. Dalam gelap kau nyalakan cahaya, Dalam perang, kau peluk makna. Surat ini ku tulis dengan gemetar, Karena perjuanganmu sungguh besar. Gaza, kau Cinta yang paling jernih, Dalam derita kau tetap bersih.
