SURAT PRIBADI SEBUAH MASTERPIECE

Entah apa sebabnya hari ini terasa lebih panas daripada hari-hari lainnya. Memang beredar kabar viral di media sosial bahwa saat-saat ini bertepatan dengan peristiwa dimana matahari beredar tepat diatas garis katulistiwa atau biasa disebut Equinox.  Tapi menurutku hal ini karena hari Rabu ini merupakan hari yang begitu spesial buat kami, ya kami siswa Madrasah Aliyah Bukit Pinang dengan mata pelajaran pilihan Ilmu Pengetahuan Alam. Bagaimana tidak, hampir semua mata pelajaran yang berhubungan dengan pilihan kami berkumpul jadi satu bak reuni akbar lintas angkatan yang sudah puluhan tahun tak bersua.

Aku dan teman sebangku ku bukanlah termasuk jajaran cerdik pandai apalagi masuk dalam level jenius di kelas ini. Ibarat dalam makanan maka kami berdua hanyalah remahan peyek. Tidak seperti diriku yang merasa berat akibat dimasukkan di kelas ini, Edi terlihat menikmati perannya sebagai peserta didik dari kelas terpandang. Fakta pun terungkap, ternyata remaja bertubuh kurus tinggi, berambut ikal dan bermata sedikit sipit ini adalah seorang yang memiliki sifat rela menerima dan merasa cukup namun salah dalam penerapannya, karena ia hanya meniru hasil pekerjaan teman-temannya.

Aku adalah salah satu mangsa empuk untuk menjalankan aksi plagiasinya. Sudah tak terhitung lagi banyaknya tugas, PR, atau ulangan harianku yang ia jadikan bahan rujukan. Yang membuat hatiku sakit serasa terluka dan kemudian disiram dengan air garam adalah karena acapkali Edi memperoleh nilai yang lebih tinggi dariku. Maka akupun membuat sebuah resolusi mesikipun tidak diucapkan dimalam tahun baru. Akan kuhentikan semua ini karena terbukti merugikan buatku.

“Eh, Arif, apakah kamu sudah mengerjakan PR FIsika?”

“Belum,” jawabku singkat.

“Ah, masa sih?, biasanya kamu kan rajin kalau ada PR dari pak Muji”, selidik Edi.

“Nih, coba lihat sendiri.”

“Payah kamu!, kata Edi sambil berlalu dan mencoba bertanya kepada teman lainnya.

Sejak hari itu Edi sudah tak lagi menjadikanku sebagai rujukan utama aksinya. Teman-temanku yang lain juga sudah mengambil langkah yang sama denganku. Pelan tapi pasti, hampir semua temanku di kelas XI A sudah tak sudi dijadikan mitra menyontek buat si Edi. Hubungan parasitisme ini sudah tak bisa lagi untuk dipertahankan dan harus dibubarkan demi prestasi dan masa depan kami nanti.

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa kami sadari tibalah 2 jam pelajaran terakhir yang merupakan hiburan kami hari itu. Ditengah serbuan bidang studi yang menguras pikiran dan tenaga kami hadir Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pamungkas di Rabu yang nyaris kelabu.

Memang dalam tradisi Bahasa Inggris, Miss Farah sang pendidik tak pernah mengadakan ulangan khusus seperti mata pelajaran lainnya. Ibu yang menyejukan jika dipandang ini berkeyakinan bahwa ulangan hanya menghasilkan nilai yang berada dibawah garis kelayakan. Karena rezim yang bernama Kriteria Ketuntasan Minimal untuk Madrasah kami adalah tujuh puluh delapan, yang merupakan mission impossible untuk dicapai oleh sebagian besar peserta didik. Selain itu, tingkat integritas dari hasil ulangan harian pada umumnya masih dipertanyakan. Sehingga beliau memutuskan untuk mengganti nilai ulangan harian dengan nilai keterampilan berbahasa seperti menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

Setelah mengucapkan salam, bertanya kabar, melakukan chit-chat sebentar beliau kemudian langsung meriviu pelajaran sebelumya sambil disertai tanya jawab singkat untuk memastikan bahwa kami paham atau minimal masih ingat dengan materi surat pribadi. Kemudian dengan sigap beliau menuliskan beberapa kalimat di papan tulis.

Choose one of the following topics, and then write down your own personal letter.

  1. Tell your parents that you are going to have semester test and ask for their prayer.
  2. Tell your high school teacher that you are a successful person now.
  3. Tell your friend that a K-Pop singer will visit your school soon.

 

Satu hal yang memudahkan bagi kami dalam pelajaran ini adalah diperbolehkannya penggunaan semua sumber daya yang bisa membantu. Ada satu saja syarat yang diajukan oleh Miss Farah sebagai konsekuensi atas kemudahan yang diberikan, yakni harus asli dan belum pernah dibuat oleh orang lain di dunia ini, dan yang paling penting adalah tidak boleh ada kesamaan dalam pengerjaan. Karena jika kedapatan kesamaan yang identik maka yang bersangkutan akan diberi tugas baru, dikerjakan di ruang guru, dan dengan tingkat kesulitannya tak perlu ragu.

Berbagai ekspresi terlihat unik buat diriku. Seperti si Ayu, yang duduk paling belakang dekat kumpulan sapu dan alat – alat kebersihan lainnya. Ia terlihat berkaca-kaca ketika Miss Farah mendekatinya. Ternyata ia memilih untuk menuliskan surat buat orang tua tercinta yang tinggal di kampung halaman di ujung utara Kalimantan berbatasan dengan negeri jiran Malaysia. Dalam suratnya, Ayu merangkaikan kepingan-kepingan rindu yang berserakan dihatinya kepada kedua orang yang paling disayanginya itu. Ia menceritakan bahwa saat ini ia dalam keadaan baik di perantauan, dan tak lupa doa dari orang tua yang diharapnya sebagai bekal menempuh ujian sekolah sebelum waktunya ia bisa pulang kampung. Kontras sekali dengan si Nabila yang duduk bersebelahan dengannya. Nabila terlihat ceria mendapat tugas menulis surat. Bagaimana tidak, Nabilia memilih tema ketiga yang menceritakan bagaimana girangnya ia akan kedatangan penyanyi dari negeri gingseng yang mungkin wajahnya sudah tidak original lagi itu. Lain lagi dengan Edi, awalnya ia tampak gelisah karena inilah kali pertama buatnya mengerjakan sebuah tugas yang menuntut kerja keras dirinya sendiri. Tapi setelah melihat tema kedua yang kupilih akhirnya ia pun mem-beo. Sempat terpikir olehku bahwa si Edi bukan hanya ikut memilih tema yang sama tapi ia juga akan menulis hal yang serupa pula denganku. Alhamdulillah, hari ini ia mendapat hidayah, karena ia berusaha menulis sebuah surat buat Pak Supri, sang guru olahraga. Di dalam surat itu Edi mengucapkan banyak terima kasih kepada beliau karena atas jasa beliaulah sekarang ia sudah menjadi pemain sekaligus kapten timnas U-20 yang sudah diimpikannya sejak lama.

Tepat jam setengah empat, diiringi oleh suara bel kamipun menyerahkan tugas kami. Tampak jelas senyum puas mengembang di bibir Edi, karena mungkin tugas surat pribadi inilah yang menjadi sebuah hasil jerih payah dirinya sendiri selama catatan sejarah hidupnya berjibaku dengan semua tugas dan pekerjaan rumah lainnya. Jika pekan depan Miss Farah membagikan hasil tugas ini pastilah Edi akan mendokumentasikannya dengan rapi, karena ini merupakan sebuah mahakarya yang layak disaksikan dan diceritakan kembali buat anak cucunya kelak. Dari sini dapat kuambil hikmahnya bahwa ternyata berperilaku jujur itu membanggakan dan kita pasti bisa selama mau berusaha.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *