Bumi bergetar, bukan karena gempa yang mengguncang,
Namun karena isak tangis yang tertahan, membentur ruang.
Langit pun kelabu, tak lagi cerah membiru,
Seolah ikut merasakan perihnya setiap pilu.
Angin berhembus membawa serpihan mimpi yang patah,
Bisikan lirih kehilangan, di antara puing berserakan resah.
Jejak kaki kecil tak lagi berlarian di jalanan ramah,
Digantikan sunyi mencekam, menyayat hati yang pasrah.
Tangis bumi untuk Gaza adalah seruan kebangkitan,
Menggema di antara reruntuhan, memanggil nurani yang terlelap zaman.
Menggungah hati yang membeku, oleh dinginnya ketidakpedulian,
Menyentuh jiwa yang terlena, dalam buai kemewahan.
Mari dengarkan getarannya, mari resapi setiap isakannya,
Bukan sekadar berita di layar, namun panggilan jiwa yang terluka.
Tangis bumi untuk Gaza, adalah cermin bagi kita semua,
Tentang arti kemanusiaan yang sesungguhnya, tanpa sekat
dan tanpa jeda.