Pendidikan karakter telah menjadi fokus utama dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk di sekolah-sekolah yang menerapkan kurikulum internasional seperti International Baccalaureate (IB) dan Cambridge. Meskipun kedua kurikulum tersebut telah dikenal dengan standar akademis yang tinggi, integrasi pendidikan karakter ke dalam sistem pembelajaran mereka menghadirkan tantangan sekaligus peluang yang menarik untuk dikaji.
Implementasi yang Kompleks
Sekolah-sekolah berkurikulum internasional di Indonesia menghadapi tugas yang tidak mudah dalam mengintegrasikan pendidikan karakter. Mereka harus menyeimbangkan tuntutan kurikulum internasional dengan kebijakan pemerintah Indonesia mengenai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 Regulasi ini menekankan pengembangan lima nilai karakter utama: religiositas, integritas, nasionalisme, kemandirian, dan gotong royong, yang harus diimplementasikan secara menyeluruh dalam proses pembelajaran dan aktivitas sekolah.
Namun, menggabungkan dua pendekatan yang memiliki dasar filosofi berbeda—yakni nilai-nilai lokal dengan nilai-nilai global—bukanlah perkara mudah. Kurikulum internasional biasanya bersifat netral terhadap budaya dan menekankan pada pengembangan individu secara global, sedangkan pendidikan karakter versi nasional lebih mengakar pada identitas bangsa, budaya, dan nilai-nilai luhur lokal. Hal ini menciptakan dinamika yang cukup menantang dalam proses perencanaan kurikulum, pelaksanaan di kelas, hingga evaluasi pembelajaran
Keunikan Pendekatan Kurikulum Internasional
Meskipun begitu, kurikulum internasional sebenarnya tidak sepenuhnya mengesampingkan pendidikan karakter. Kurikulum IB, misalnya, telah memiliki kerangka kerja yang kuat dalam pengembangan karakter melalui IB Learner Profile yang mencakup sepuluh atribut penting: Inquirers, Knowledgeable, Thinkers, Communicators, Principled, Open-minded, Caring, Risk-takers, Balanced, dan Reflective. Atribut-atribut ini dirancang untuk membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan moral.
Sementara itu, kurikulum Cambridge juga menekankan pengembangan karakter melalui pendekatan yang lebih fleksibel dan peka terhadap budaya lokal. Meskipun tidak memiliki kerangka kerja seformal IB, Cambridge memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengadaptasi metode pengajaran mereka dengan konteks lokal. Hal ini menjadi peluang besar bagi sekolah di Indonesia untuk menanamkan nilai-nilai karakter bangsa dalam konteks globalisasi pendidikan.
Tantangan dalam Implementasi
Ada beberapa tantangan signifikan yang dihadapi sekolah berkurikulum internasional dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di Indonesia, antara lain:
- Keragaman Kerangka Pendidikan: Sekolah harus mampu menjembatani perbedaan antara perspektif global yang ditekankan oleh kurikulum internasional dengan nilai-nilai budaya lokal Indonesia. Ketidaksesuaian antara dua kerangka nilai ini bisa menyebabkan kebingungan dalam pengambilan kebijakan sekolah, serta dalam merancang kegiatan pembelajaran yang efektif.
- Kesiapan Guru: Banyak guru yang menghadapi kesulitan dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter lokal ke dalam praktik pengajaran mereka. Ini bisa disebabkan oleh latar belakang pendidikan mereka yang berbeda, atau kurangnya pelatihan yang relevan. Pelatihan yang berkelanjutan dan sistematis sangat diperlukan agar para pendidik dapat menjalankan peran mereka sebagai pembina karakter, bukan sekadar penyampai materi akademik.
- Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat: SSekolah internasional di Indonesia sering kali memiliki komunitas orang tua yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan nasionalitas. Hal ini dapat mempersulit pembentukan visi dan nilai bersama dalam pendidikan karakter. Kurangnya keterlibatan aktif dari orang tua dan masyarakat juga bisa menghambat efektivitas program-program pembinaan karakter yang telah dirancang sekolah.
Strategi dan Solusi yang Diterapkan
Walau penuh tantangan, beberapa sekolah telah menunjukkan keberhasilan dalam mengintegrasikan pendidikan karakter. Contohnya, salah satu sekolah berkurikulum IB di Semarang berhasil mengembangkan pendekatan komprehensif yang mencakup tiga tahap utama: perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Mereka mengembangkan modul pembelajaran yang menyelaraskan nilai-nilai dari IB Learner Profile dengan nilai-nilai PPK. Selain itu, sekolah ini juga melibatkan orang tua melalui kegiatan bersama, pelatihan parenting, dan forum diskusi terbuka tentang pendidikan karakter.
Strategi lain yang mulai banyak digunakan adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), sebuah proses yang mengajak siswa untuk menyelesaikan permasalahan nyata yang berkaitan dengan isu-isu sosial, lingkungan, atau kemanusiaan. Pendekatan ini tidak hanya mendorong penguasaan materi pelajaran, tetapi juga menanamkan empati, kerja sama, tanggung jawab, dan nilai moral lainnya secara alami melalui pengalaman.
Peran Pemerintah dan Dukungan Kebijakan
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengambil sejumlah langkah untuk mendukung implementasi pendidikan karakter di sekolah internasional. Salah satu upayanya adalah menyediakan pelatihan-pelatihan khusus bagi guru dan kepala sekolah tentang pendidikan karakter. Pemerintah juga aktif melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan PPK, meskipun dalam praktiknya, pengawasan terhadap sekolah berkurikulum internasional masih relatif terbatas karena perbedaan status hukum dan kurikulum yang digunakan.
Pemerintah daerah juga memiliki peran penting dalam mendukung inisiatif ini. Dengan membangun kemitraan yang lebih erat antara dinas pendidikan lokal dan sekolah internasional, banyak tantangan dapat diatasi, termasuk dalam hal regulasi, akreditasi, hingga pertukaran praktik baik antar sekolah.
Kesimpulan dan Pandangan ke Depan
Pendidikan karakter di sekolah berkurikulum internasional di Indonesia merupakan aspek yang meskipun kompleks, sangat penting. Sekolah-sekolah ini berada pada posisi strategis untuk menjadi jembatan antara nilai-nilai global dan lokal, membentuk generasi muda yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga berkarakter kuat dan berintegritas.
Keberhasilan implementasi pendidikan karakter akan sangat bergantung pada kemampuan sekolah untuk menyeimbangkan tuntutan kurikulum internasional dengan nilai-nilai lokal Indonesia. Di samping itu, sinergi antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah juga menjadi faktor kunci dalam menjamin efektivitas program-program pembinaan karakter yang diterapkan.
Ke depan, diperlukan lebih banyak penelitian dan pengembangan strategi yang inovatif dan kontekstual untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah internasional. Ini mencakup penyediaan sumber daya pembelajaran yang relevan, pelatihan guru yang adaptif, serta pembentukan komunitas belajar yang inklusif dan kolaboratif. Dengan pendekatan yang tepat, sekolah berkurikulum internasional di Indonesia berpotensi menjadi model pendidikan karakter yang unggul dan berdaya saing global.
5. https://ilkogretim-online.org/index.php/pub/article/view/3716
6. https://ijoerar.net/index.php/ijoerar/article/view/