Terpenjara di Tanah Sendiri

Kala itu, sekelompok orang datang ke rumahmu
Meminta pertolonganmu, meminta keadilan dan haknya kepadamu
Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak juga mendapat perlindungan darimu
Kau pun menyambutnya dengan sukarela, menganggapnya seperti saudaramu sendiri
Kau jamu mereka, kau layani mereka agar mereka merasa nyaman berada di rumahmu

Hingga mereka benar-benar merasa nyaman
Namun, kenyamanan itu membuatnya menjadi tamak dan tidak tahu diri
Mereka rampas rumahmu, mereka rampas kebahagiaanmu
Bahkan, mereka merampas nyawa keluargamu
Dengan dalih bahwa “ini adalah tanah nenek moyang kami”

Kebahagiaan yang dahulu kau rasakan, kini menjadi sulit dirasakan
Kenyamanan yang dahulu kau dapati, kini berubah menjadi ketakutan tiada henti
Kau mengungsi dari tanahmu sendiri, kau kelaparan di dalam rumahmu sendiri
Makanan, air, dan kebutuhan pokok lainnya mereka habiskan tak tersisa
Hingga kekuasaan berada di tangan mereka

Tiada lagi canda tawa di ruang keluarga, tiada lagi kegembiraan menyambut hari raya
Hanya ada kesedihan yang menyelimuti dan suara-suara mengerikan yang mengiringi
Tempat tinggalmu kini sudah seperti penjara terbuka bagi dirimu sendiri
Kau terkungkung dalam lingkaran penderitaan, kesengsaraan, dan ketidakamanan
Namun, tak ada sedikitpun rasa simpati yang mereka berikan untukmu

Wahai saudaraku, Palestina!
Sungguh berat penderitaan yang kau rasakan
Membayangkannya saja kami tak sanggup
Namun, kau tetap tangguh berdiri di atas tanahmu sendiri meskipun dunia tak lagi peduli
Kau tetap tersenyum kepada dunia seakan berkata bahwa “aku bisa bertahan”

Wahai saudaraku, Palestina!
Tak banyak yang dapat kami lakukan untukmu
Hanya doa dan sedikit rezeki yang kami sisihkan untukmu
Semoga, kebahagiaan dan kebebasan kembali kau dapatkan
Merdeka saudaraku, Palestina!

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *