Ucapan Sakti

“Kita panggil, Juara pertama! Sakti Dirga Mahatma!” seru pembawa acara diikuti sorak-sorai dan tepuk tangan para siswa. Dengan senyuman tipis, Sakti naik ke panggung dan berbaris dengan siswa lain yang masuk tiga besar, ini sudah ketiga kalinya Sakti meraih juara pertama. Setelah mendapatkan piagam dari kepala sekolah, Sakti turun dari panggung lalu bergabung lagi dengan teman-teman sekelasnya.

“Kereen kamu! Salut deh!” Puji sebagian temannya.

“Sakti! Sesekali pinjemin aku otak kamu dong!” rengek Ratna yang selalu saja dapat peringkat lima.

Diantara sekian banyak pujian, tentu tidak semua teman Sakti menyukainya. Ada beberapa teman sekelas yang selalu nyinyir atas prestasi Sakti.

“Halaah, cuma angka di rapor doang bangga! Lo liat aja nanti seberapa berguna rangking lo buat dapet kerja!” Cibir Wisnu –siswa peringkat kedua terbawah­– sementara Sakti hanya tersenyum, menganggap ucapan Wisnu sebagai suara lalat.

“Lo gak tau ya dunia jaman sekarang?! Kerja tuh bukan pake prestasi! Tapi pake orang dalam! The power of orang dalam coii! Privilege! Tau gak lo?!” Timpal Gilang, teman satu geng Wisnu.

“Hahaha! Dia gak ngerti privilege kali!” Wisnu tertawa sementara teman-teman lain menatapnya sinis.

“Kayaknya sih dia baru mikir, ucapan gue bener! Prestasinya gak guna! Hahaha!” Seru Gilang diikuti gelak tawa.

Tak tahan dengan kebisingan, Sakti berdiri dari duduknya untuk pergi ke rooftop.

“Heh! Mau kemana lo?!” tanya Wisnu seraya menghalangi jalan.

“Minggir, mau lewat.” Jawab Sakti.

“Lo gak jawab gue?!” Bentak Wisnu. Sakti hanya mengendikkan bahu.

“Oh, berarti lo setuju kalo prestasi lo itu gak ada gunanya!” ujar Wisnu tatapan merendahkan.

“Gue gak punya orang dalam di sini. Semua guru di sini menilai siswa dengan objektif. Meskipun nanti di dunia kerja gue gak punya orang dalam, setidaknya gue punya rasa percaya diri bahwa gue mampu!” tegas Sakti. “Lo punya orang dalam pas nanti kerja?” lanjut Sakti menatap tajam Wisnu yang hampir saja tidak mampu menjawab.

“A.. ada! Bapak gue punya banyak kenalan manajer!” Jawab Wisnu dengan sombongnya.

“Terus manajer itu mau ngelakuin kerjaan lo?” tanya Sakti membuat Wisnu bungkam.

“Lo diterima kerja sama orang dalam, belum tentu kerjaan lo dibantuin juga sama mereka! Kalo lo gak mampu, buat apa cari kerja?” lanjut Sakti lalu melewati Wisnu yang mematung dikelilingi tawa teman-teman sekitarnya.

“Awas lo Sakti! Liat pembalasan gue nanti!” batin Wisnu dengan tangan terkepal.

Satu tahun kemudian…

“Juara kedua! Wisnu Sukmo Utomo!!”

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *