“Tinta Merah Untuk Gaza”
Karya: Muhamad Thovian Aziz
Kutulis sebuah puisi dengan tinta merah,
Untuk Gaza yang bermandikan nyeri,
Bukanlah sebuah pujian yang mewah,
Tetapi cinta dalam wujud sunyi.
Kupetik luka dari layar berita,
Kusulam rindu dalam kata-kata.
Setiap huruf menjerit hampa,
Menjadi pelita di tanah derita.
Tinta ini berasal dari nurani,
Yang tak sanggup terus diam dan sunyi,
Menyaksikan kezaliman yang terus terjadi,
Di tanahmu yang sabar diuji.
Buka peluru yang ingin kutawarkan,
Tetapi doa dan seruan perdamaian,
Agar dunia membuka kesadaran,
Bahwa hidup layak untuk dipertahankan.
Gaza, engkau bukan sekedar nama,
Engkau lambang perjuangan jiwa.
Tak gentar meski dihantam derita,
Tetap bersinar dalam gulita.
Jika puisiku dapat menjadi pelindung,
Akan kutulis hingga malam menunduk,
Agar setiap bait menjadi peluk,
Untuk hatimu yang terus terhimpit dan tertekuk.
Tinta merah ini adalah peringatan,
Bahwa kemanusiaan bukan sekedar ucapan,
Dan Gaza akan tetap dalam ingatan,
Sebagai lambang cinta dan keteguhan.








6 Responses
Puisi nya bagus kak
Merdeka palestina 🇵🇸
Semangat terus kak dalam membuat puisi nya 🙌
Diksinya bagus kak
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh kekuatan emosional. Setiap baitnya mengalirkan empati dan solidaritas yang mendalam terhadap penderitaan di Gaza. Penggunaan “tinta merah” sebagai simbol nurani dan luka sangat kuat, membentuk gambaran bahwa setiap kata lahir dari rasa pedih yang nyata, bukan sekadar retorika.
Penyair berhasil membangun suasana duka, harapan, dan semangat juang dalam satu tarikan napas.
Puisi ini berhasil memadukan kepekaan sosial dan keindahan sastra secara seimbang. Tema konflik Gaza yang kompleks dibungkus dengan bahasa yang lembut namun penuh daya dorong moral.