TANAH YANG MERINTIH

Di sana, langit tak lagi biru,

Puing bangunan berserakan dimana-mana.

Asap mengganti senja yang pudar,

Nama mereka, seiring waktu kian dilupakan.

 

Kau mendengarnya? Suara itu…

Bukan azan, bukan juga lagu,

Tetapi dentuman yang memecah mimpi,

Tangis yang tak sempat tuntas.

 

Diantara reruntuhan, tangan kecil mencuat,

Menggapai cahaya yang tak kunjung sampai.

Bunga-bunga tumbuh disela peluru,

Akarnya menghujam dalam luka.

 

Tidak kah kau lihat?

Bumi ini menangis lewat retakan tembok,

Menggenggam debu sebagai saksi,

Mereka sedang menulis sejarah,

Di tanah yang bersimbah darah,

Dengan nafas terakhir yang tak mau menyerah.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *