Buka Matamu…

Di tanah yang menanam nyawa, bukan benih,

pagi menjelma nyeri yang tak selesai diseduh.

Kabut tak lagi dingin, tapi menghitam,

mengambang di atas ranjang tanpa tubuh.

 

Langit tak menurunkan hujan,

melainkan suara retak dari jerit sunyi.

Dinding-dinding berbisik nama yang hilang,

pada malam yang menolak tidur kembali.

 

Ada anak kecil menggambar pelangi di pasir,

dengan jari yang gemetar, namun percaya.

Di matanya, peluru adalah bintang jatuh,

dan doa adalah pintu menuju cahaya.

 

Seorang ibu mendekap udara,

karena yang dicari tak sempat pulang.

Ia menjahit hari-harinya dari sobekan berita,

menyulam harap pada luka yang terulang.

 

Ini bukan sekadar tentang perang,

tapi tentang hak yang diinjak diam.

Tentang hidup yang tak sempat mekar,

dan kebenaran yang dikurung dalam reruntuhan.

 

Dan kau, yang jauh dari bara,

masih bisa menjadi cahaya.

Cukup satu kata yang jujur,

untuk mengguncang dunia yang pura-pura buta.

Tagar:

Bagikan postingan

2 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *