Di balik mata anak yang tak sempat bermain
Tersimpan reruntuhan lagu-lagu yang diredam
Tak ada layang-layang menari di langit
Hanya dentum yang mengoyak musim kanak
Ia tak mengenal warna selain abu dan merah
Tak hafal dongeng selain nama-nama syuhada
Satu-satunya taman yang ia kenal
Kuburan kecil di bawah pohon zaitun tua
Rumah-rumah yang runtuh bukan lagi berita
Melainkan huruf-huruf pertama dalam alfabet luka:
A – Adzan yang tersendat di sela ledakan
B – Bom yang menyusup lewat jendela
C – Cinta yang terbungkus kafan mungil
Namun dari serpihan yang berserak
Tumbuh puisi di dinding yang retak:
“Tuhan, beri aku malam yang sunyi,
Bukan karena aku takut,
Tapi agar ibu bisa tidur tanpa mendekap bayang”
Bumi ini telah menampung terlalu banyak jasad kecil
sementara dunia sibuk menyetel ulang volume TV
Namun anak itu tetap menatap langit
Berharap suatu pagi, ia bisa berteriak bukan karena nyeri
Melainkan karena berhasil menemukan kupu-kupu
445 Responses
Bagus sekali puisinya.
Ya Allah keren sekali
Puisi ini menyentuh dengan dalam melalui gambaran tragis masa kecil yang dirampas oleh perang, menghadirkan kontras tajam antara dunia anak-anak yang seharusnya ceria dengan kenyataan pahit yang dipenuhi abu, darah, dan kehilangan. Diksi yang digunakan sangat kuat dan puitis, menghadirkan imaji yang hidup—dari layang-layang yang tak sempat terbang hingga alfabet luka yang menggantikan dongeng. Simbol-simbol seperti pohon zaitun, adzan yang tersendat, dan TV yang sibuk menyiarkan ketidakpedulian dunia memperkaya makna puisi ini. Penutupnya yang lirih namun penuh harapan, tentang seorang anak yang ingin berteriak bukan karena nyeri, melainkan karena menemukan kupu-kupu, menjadikan puisi ini tak hanya sebagai ratapan, tetapi juga sebagai doa yang lirih untuk masa depan yang lebih damai.
Puisi ini menggambarkan pedihnya masa kecil yang direnggut perang dengan bahasa yang puitis dan menyentuh. Simbol-simbol kuat dan kontras antara luka dan harapan membuat puisinya singkat, padat, namun sangat mengena.
Puisi ini singkat tapi sangat menyentuh, menggambarkan penderitaan anak di tengah perang dengan bahasa yang indah dan penuh makna. Setiap barisnya mengajak kita merenung, sekaligus menyimpan harapan di tengah luka.
semua cinta untuk palestine💖
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh makna. Bahasa yang digunakan sederhana tapi kuat, menggambarkan penderitaan anak-anak di daerah konflik dengan sangat jelas. Imaji tentang layang-layang, bom, dan kupu-kupu memberikan kontras yang tajam antara dunia anak-anak yang seharusnya ceria dengan kenyataan yang kelam. Penutupnya indah dan penuh harapan.
Puisi ini sangat kuat secara emosional dan penuh makna. Imaji-imaji yang Anda gunakan—seperti “alfabet luka” dan “puisi di dinding yang retak”—sangat orisinal dan menyayat hati. Tema penderitaan anak di tengah konflik ditampilkan dengan cara yang puitis namun tetap menghantam nurani. Meski gelap, ada harapan tipis yang Anda sisipkan di akhir, membuat puisinya tidak jatuh pada keputusasaan total.
Secara keseluruhan, ini adalah puisi yang tajam, berani, dan menyentuh.
Keren
Diksinya bagus
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh makna. Menggambarkan dengan indah namun pilu tentang anak-anak yang kehilangan masa kecil karena perang. Kata-katanya sederhana tapi menggugah hati. Terima kasih sudah menuliskannya. 🙏
Good luck
Puisi ini begitu menyayat hati, menggambarkan pilu masa kecil yang terampas oleh perang dengan bahasa yang sederhana namun dalam. Imaji tentang layang-layang yang digantikan dentuman, alfabet luka, dan doa sunyi untuk sang ibu benar-benar menyentuh nurani. Meski penuh luka, puisi ini tetap menyimpan secercah harapan—sebuah jeritan lirih yang menginginkan dunia yang lebih damai untuk anak-anak.
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh makna. Dengan kata-kata yang sederhana, berhasil menggambarkan penderitaan anak di tengah perang, tapi tetap menyisakan harapan yang indah di akhir.
Puisi ini sangat kuat, menyayat, dan penuh makna. Dengan bahasa yang puitis namun lugas, ia mengangkat suara anak-anak di wilayah konflik yang kehilangan masa kecil mereka. Imaji seperti “alfabet luka” dan “kuburan kecil di bawah pohon zaitun” begitu kuat dan menghantam rasa. Baris akhirnya memberi harapan kecil di tengah tragedi, membuat puisi ini tak hanya menyedihkan, tapi juga manusiawi dan penuh harap. Sebuah karya yang menyuarakan kemanusiaan dengan lirih namun tegas.
Puisi ini menggambarkan luka anak-anak di tengah perang dengan cara yang menyentuh dan penuh harapan.
Puisi ini begitu kuat dan menggugah, menyuarakan derita anak-anak di tengah perang dengan bahasa puitis yang lirih, namun tetap menyalakan harapan di balik reruntuhan.
Puisi ini menyampaikan penderitaan anak-anak di tengah perang dengan sangat menyentuh dan puitis. Setiap baitnya menggambarkan betapa kerasnya dunia yang mereka hadapi—masa kecil yang hilang, tawa yang diganti dentuman, dan alfabet luka yang menggantikan cerita dongeng. Meski sarat kesedihan, puisi ini tak kehilangan harapan; harapan sederhana seorang anak untuk bisa melihat langit dengan damai dan menemukan kupu-kupu, bukan ketakutan. Sebuah karya yang dalam, menyayat, dan mengajak pembaca untuk lebih peduli.
Puitis, menyentuh, pedih, harap, kuat.
Puisi ini mengajarkan bahwa di balik luka terdalam, harapan tetap bisa tumbuh dalam senyap.
👍👍👍👍
Puisi ini menyuarakan jeritan sunyi yang sering luput dari perhatian dunia—jeritan anak-anak yang kehilangan masa kecilnya akibat perang dan kekerasan. Dengan diksi yang indah namun memilukan, penyair berhasil menggambarkan betapa pahitnya kenyataan yang harus mereka hadapi, mulai dari kehilangan ruang bermain hingga menjadikan duka sebagai bagian dari alfabet kehidupan. Meski begitu, di balik puing-puing dan bayang-bayang kehilangan, puisi ini tetap menyalakan lentera harapan, memperlihatkan bahwa bahkan di tengah reruntuhan, doa dan mimpi kecil masih mampu hidup. Sebuah karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggugah nurani.
Puisi ini menghadirkan potret getir kehidupan anak-anak di wilayah konflik dengan cara yang begitu halus namun menghentak. Setiap larik menyiratkan kehilangan, ketakutan, dan kehancuran yang menggantikan tawa masa kecil. Bahasa yang digunakan begitu puitis namun tajam, mampu menggugah kesadaran tentang betapa tidak adilnya dunia bagi mereka yang bahkan belum sempat mengenal arti bermain. Namun di balik kelamnya suasana, terselip harapan yang lembut—sebuah doa polos agar ibunya bisa tidur dengan tenang, dan harapan sederhana untuk menemukan kupu-kupu. Inilah kekuatan puisi: menjadikan luka sebagai pelajaran, dan harapan sebagai pelita di tengah gelap.
“Wih, puisi ini bener-bener ngena banget, ya. Kayak ngasih kita lihat sisi gelap masa kecil yang sering nggak kita pikirin, tapi tetap ada harapan manis di balik semua itu. Bikin mikir dan baper sekaligus, serius deh!”
Gila, puisinya ngebakar hati banget! Bayangin aja, anak-anak harus ngerasain susahnya hidup kayak gitu, padahal masa kecil harusnya seru. Tapi tetep, ada harapan yang ngasih vibe positif, bikin mewek tapi juga semangat. Respect banget buat yang bikin!
Puisi ini adalah cermin dari realita yang tak ingin kita lihat—kehilangan masa kecil yang seharusnya penuh tawa, namun berganti dengan deru ledakan dan duka yang mendalam. Dengan bahasa yang puitis namun lugas, puisi ini menggugah kesadaran kita akan penderitaan anak-anak yang terperangkap dalam konflik, sekaligus mengajak kita untuk tetap menaruh harapan di tengah gelapnya dunia. Sebuah karya yang bukan hanya menyentuh hati, tapi juga memanggil nurani untuk bertindak dan peduli.
Woi, puisi ini bener-bener meledak di hati, bro! Anak-anak yang harusnya main layang-layang malah disuguhi ledakan dan duka? Gila, tuh kata-kata ngebentur banget! Tapi yang keren, di balik segala kelam, masih ada harapan manis yang nyelip, kayak kupu-kupu kecil yang mau terbang. Puisi ini bukan cuma sedih, tapi juga ngajak kita semua buat gak cuma diem doang, tapi bangkit dan peduli! Mantul banget
Bro, puisi ini ngena banget kayak tendangan maut! Anak kecil harusnya happy main, ini malah ‘duduk’ di reruntuhan dan alfabet luka. Tapi yang epic, harapan masih nyala, kayak lampu kecil di tengah gelap—bikin hati cenat-cenut sekaligus ngasih semangat buat gak nyerah. Ini karya keren yang bikin lo mikir dalam-dalam, bukan cuma baca doang!
Puisi ini menyajikan gambaran yang sangat kuat tentang penderitaan anak-anak di tengah konflik, dengan bahasa yang penuh makna dan imaji yang tajam. Melalui kontras antara kehilangan masa kecil dan harapan yang tersisa, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak kemanusiaan dari perang sekaligus menumbuhkan empati dan kesadaran akan pentingnya kedamaian. Sebuah karya yang berhasil menyampaikan pesan kemanusiaan secara mendalam dan menggetarkan hati.
Puisi ini dengan indah menggambarkan luka dan harapan anak-anak di tengah konflik, mengajak kita merenung tentang arti kemanusiaan dan pentingnya perdamaian.
Mengharukan 😞😞😞
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh makna, mampu menggambarkan duka sekaligus harapan dengan cara yang indah dan kuat.
Puisi ini adalah karya yang luar biasa karena mampu menyampaikan pesan sosial yang sangat penting dengan bahasa yang puitis dan penuh emosi. Setiap bait mengajak kita untuk memahami penderitaan anak-anak di tengah konflik, sekaligus mengingatkan betapa pentingnya empati dan perdamaian. Sebagai guru, saya melihat puisi ini sangat efektif untuk membuka wawasan dan melatih kepekaan siswa terhadap realitas kehidupan yang kompleks. Puisi ini bukan hanya soal kata-kata indah, tapi juga tentang bagaimana kita bisa belajar menjadi manusia yang lebih peduli dan bijaksana.
Terharu bacanya.
Puisi di atas menggambarkan penderitaan anak-anak yang tumbuh di tengah konflik dengan cara yang sangat menyentuh dan penuh makna. Bahasanya puitis namun lugas, membawa pembaca merasakan kehilangan, luka, dan harapan dalam satu tarikan napas. Melalui simbol-simbol sederhana seperti layang-layang, huruf, dan kupu-kupu, puisi ini menyuarakan jeritan kemanusiaan yang sering terabaikan. Sebuah karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggugah kesadaran sosial pembacanya.
Puisi ini menyayat hati, menghadirkan luka dan harapan dengan bahasa yang lembut namun menggugah.
Puisi ini menyentuh, penuh luka, harapan, dan makna kemanusiaan. Semoga menang.
👍👍👍👍
Sabe palestine
Sedih sih… tapi dunia tetap scroll ke bawah
Terharu bacanya
Keren kak
Bagus diksinya
Puisi ini adalah jerit lirih dari sebuah realitas yang terlalu sering diabaikan—dunia anak-anak yang tumbuh di tengah reruntuhan perang. Ia menyentuh pembaca dengan kesenyapan yang tajam, bukan lewat amarah, melainkan kepedihan yang dikemas dalam metafora-metafora yang begitu halus namun menghantam.
Setiap baitnya menghadirkan kontras tragis antara apa yang seharusnya dimiliki seorang anak—tawa, warna, taman, kupu-kupu—dengan apa yang justru menjadi keseharian mereka—ledakan, abu, jenazah kecil, dan mimpi-mimpi yang patah. Baris seperti **“Huruf-huruf pertama dalam alfabet luka”** dan **“Cinta yang terbungkus kafan mungil”** begitu puitis namun memilukan, memperlihatkan bagaimana kekerasan bahkan membentuk bahasa awal yang dikenali anak.
Penutup puisi ini sangat kuat secara emosional. Harapan kecil seorang anak—bukan untuk mainan atau permen, melainkan **malam yang sunyi agar ibunya bisa tidur**—menjadi titik klimaks empati. Ini bukan sekadar puisi; ini adalah doa, protes diam, dan pengingat keras akan kemanusiaan yang terluka.
Secara keseluruhan, puisi ini menyampaikan kritik sosial dan kemanusiaan dengan cara yang lembut tapi mengguncang. Ia tidak berteriak, tapi membuat kita terdiam lama.
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh makna. Menggambarkan kehidupan anak-anak di tengah perang dengan kata-kata yang sederhana tapi kuat. Imajinasi seperti “kuburan kecil di bawah pohon zaitun” atau “alfabet luka” membuat kita ikut merasakan duka dan harapan mereka. Meski sedih, puisinya tetap indah dan penuh empati.
Wah, puisi ini benar-benar nggak main-main bikin hati langsung diremas. Tapi jujur ya, ini tuh semacam tamparan halus buat dunia yang sibuk ngurus notifikasi tapi cuek sama suara anak-anak yang harusnya lagi main petak umpet, bukan petak bom. Anak kecilnya sampe minta malam sunyi biar ibunya bisa tidur? Duh, dunia, kamu ngapain aja sih selama ini?
Dan bagian “alfabet luka” itu… ya ampun, siapa yang kepikiran ngajarin A-B-C pakai bom dan kafan? Dark banget, tapi real banget. Ini puisi kayak lagi nyentil orang-orang yang lebih peduli sama volume TV daripada volume ledakan di luar sana. Julid-nya sih: kenapa harus anak-anak yang selalu jadi korban, sementara yang punya kuasa malah sibuk debat tanpa solusi?
Puisi ini lebih jujur dari berita jam 7 malam. Anak-anak kehilangan masa kecil, tapi dunia malah sibuk cari filter terbaik buat unggahan duka. Estetik, tapi nihil aksi. Ironi kekinian banget.
Serius deh, kenapa anak kecil sampai lebih akrab sama suara dentuman daripada suara tawa? Dunia ini udah rusak banget. Tapi ya, asal feed Instagram tetap rapi dan coffee shop buka, semua ‘baik-baik saja’ kan?
Hebat banget sih, bisa bikin puisi seindah ini dari situasi seburuk itu. Tapi sedihnya, indahnya cuma di kata-kata. Nyatanya, anak-anak kayak di puisi ini masih terus dihitung cuma sebagai ‘kerugian sipil’ di laporan perang
Bayangin aja, alfabet mereka bukan A untuk apel tapi A untuk adzan yang tersendat. Dunia udah kebalik. Tapi ya, kita masih sibuk debat trending topic yang berubah tiap dua jam. Patah sih, tapi pura-pura gak lihat udah jadi gaya hidup
Oh, jadi ini puisi? Lucu ya, anak kecil di puisi ini bisa bikin puisi dari reruntuhan, sementara netizen dewasa bikin drama dari notif centang biru. Beda prioritas emang
Kasihan anak itu… bukan karena dia hidup di zona perang, tapi karena dia hidup di dunia yang lebih peduli sama outfit selebgram daripada suara ledakan di rumahnya.
Layang-layang diganti bom, taman diganti kuburan. Keren sih, dunia kita ini — berhasil nyetak generasi yang hafal nama syuhada sebelum bisa baca buku cerita. Salut
Bumi udah kebanyakan jasad kecil, katanya. Tapi TV kita? Sibuk naikkin volume buat acara gosip. Dunia: tempat di mana empati dikalahkan rating.
Puisi ini indah sekaligus menggugah. Kata-katanya lembut, tapi pesannya sangat kuat. Mengajak kita untuk lebih peduli pada nasib anak-anak yang kehilangan masa kecilnya karena konflik.
Indah, memilukan, dan penuh harapan di saat yang sama. Puisinya seperti pelukan bagi mereka yang hidup dalam luka, dan tamparan lembut bagi dunia yang terlalu sering menutup mata.
Puisi ini bukan cuma karya sastra, tapi juga bentuk kepedulian yang nyata. Cara penulis menyampaikan penderitaan anak-anak dengan kelembutan membuat kita tak bisa cuek begitu saja.
Bahasanya puitis, tapi maknanya sangat nyata. Imaji seperti “alfabet luka” dan “kafan mungil” sangat kuat, bikin pembaca langsung merenung. Ini puisi yang bicara lebih dari sekadar kata.
Sangat menyentuh dan penuh empati. Puisinya berhasil menggambarkan kepedihan tanpa berteriak, tapi justru karena itu terasa lebih dalam. Ada harapan kecil di balik kesedihan yang besar.
Puisi ini menyuarakan suara anak-anak yang terperangkap dalam dunia dewasa yang kejam. Ini bukan hanya seruan kemanusiaan, tapi juga undangan untuk melihat, mendengar, dan bertindak. Di tengah reruntuhan dan abu, penyair mengajak kita untuk tidak mematikan empati.
Bagus dan sangat menyayat puisinya
Puisi ini menggugah nurani, sederhana namun sarat makna mendalam.
Puisi ini pilu, puitis, dan menyuarakan harapan di tengah derita.
Puisi ini menelusuk hingga ke relung jiwa, menghadirkan potret luka masa kecil yang dirampas oleh perang, namun tetap menyisakan harapan kecil yang begitu tulus dan mengharukan.
Puisi ini sangat menyentuh. Penyair menggambarkan penderitaan anak-anak yang hidup di tengah perang dengan kata-kata yang kuat dan penuh makna. Anak yang seharusnya bermain dan belajar, justru akrab dengan suara bom dan kehilangan.
Gambaran seperti “kuburan kecil di bawah pohon zaitun tua” dan “Cinta yang terbungkus kafan mungil” membuat kita sadar betapa kejamnya dunia bagi mereka.
Di akhir puisi, harapan kecil tentang bisa menemukan kupu-kupu memberi sedikit cahaya—meski luka begitu dalam, anak itu tetap punya mimpi.
Sederhana tapi sangat menggugah.
Puisi ini menggambarkan kehidupan anak-anak yang tumbuh di tengah perang dengan sangat menyayat hati. Tidak ada keceriaan masa kecil—yang ada hanya suara ledakan, puing-puing rumah, dan duka.
Bahasa yang digunakan sederhana tapi kuat. Kita bisa merasakan kesedihan anak itu, terutama saat ia hanya ingin malam yang sunyi agar ibunya bisa tidur.
Di balik semua kepedihan, terselip harapan kecil: ingin berteriak karena menemukan kupu-kupu, bukan karena sakit. Puisi ini singkat, tapi meninggalkan kesan yang dalam.
Puisi ini menggambarkan kehidupan anak-anak yang tumbuh di tengah perang dengan sangat menyayat hati. Tidak ada keceriaan masa kecil—yang ada hanya suara ledakan, puing-puing rumah, dan duka.
Bahasa yang digunakan sederhana tapi kuat. Kita bisa merasakan kesedihan anak itu, terutama saat ia hanya ingin malam yang sunyi agar ibunya bisa tidur.
Di balik semua kepedihan itu terselip harapan kecil: ingin berteriak karena menemukan kupu-kupu, bukan karena sakit. Puisi ini singkat, tapi meninggalkan kesan yang dalam.
Puisi ini singkat tapi sangat menyentuh. Menggambarkan anak yang kehilangan masa kecil karena perang. Penuh luka, tapi tetap ada harapan.
Puisi ini menggambarkan penderitaan anak di tengah perang. Bahasanya sederhana tapi penuh makna. Sedih, namun tetap ada harapan kecil di akhirnya.
Puisi ini menyayat hati. Anak yang seharusnya bermain justru hidup dalam ketakutan. Tapi di tengah duka, ada harapan yang lembut.
Puisi ini menyayat tapi indah—menggambarkan kehilangan masa kecil dengan cara yang begitu dalam dan puitis. Simbolisme alfabet luka sangat kuat, dan harapan kecil di akhir memberi napas di tengah duka. Terima kasih telah menulisnya
Puisi ini begitu menyentuh. Lirik dan simbolismenya kuat, membuat kita merenung tentang masa kecil yang dirampas perang.
Dalam kata-kata sederhana, puisi ini berhasil menggambarkan luka yang dalam. Sedih, tapi penuh harapan.
Menyayat tapi penuh makna. Anak-anak yang kehilangan masa kecilnya pantas didengar, dan puisi ini jadi suara itu.
Puisi yang hening tapi mengguncang. Setiap baitnya bicara tentang kehilangan yang tak seharusnya terjadi.
Puisi ini mengajarkan kita bahwa di balik reruntuhan, masih ada harapan kecil yang ingin terbang seperti kupu-kupu.
Penuh luka, tapi juga penuh doa. Puisi ini seperti suara yang selama ini terpendam di balik berita.
Indah dan memilukan. Anak itu mungkin fiksi, tapi ceritanya nyata di banyak sudut dunia.
Sederhana tapi menghantam hati. Mengingatkan kita untuk tidak menutup mata terhadap penderitaan yang tak bersuara
Puisi ini bicara pelan, tapi terasa seperti jeritan. Penuh luka yang tak terlihat mata, tapi terasa di hati.
Menggetarkan. Anak yang tak sempat bermain seolah hadir di antara bait-baitnya.
Bait demi bait seperti potret kehidupan yang hancur—tapi tetap ada seberkas cahaya di ujungnya.
Keren mr
Sangat menyentuh hati
Sangat menarik sekali
Puisi ini menghadirkan kontras yang memilukan antara masa kanak-kanak dan kenyataan perang, menyuarakan luka yang senyap namun mendalam, sambil menyelipkan harapan yang rapuh namun tetap hidup di tengah kehancuran.
Puisi ini sederhana tapi menggugah, menyuarakan luka dan harapan anak di tengah kehancuran.
Puisi ini singkat namun kuat, menggambarkan derita dan harapan anak dengan bahasa yang menyentuh.
Puisi ini lirih tapi tajam, menyampaikan duka dengan keindahan yang menyayat.
ChatGPT
Memori tersimpan penuh
Anda bilang:
Beri komen pada puisi dibawah ini
Di balik mata anak yang tak sempat bermain
Tersimpan reruntuhan lagu-lagu yang diredam
Tak ada layang-layang menari di langit
Hanya dentum yang mengoyak musim kanak
Ia tak mengenal warna selain abu dan merah
Tak hafal dongeng selain nama-nama syuhada
Satu-satunya taman yang ia kenal
Kuburan kecil di bawah pohon zaitun tua
Rumah-rumah yang runtuh bukan lagi berita
Melainkan huruf-huruf pertama dalam alfabet luka:
A – Adzan yang tersendat di sela ledakan
B – Bom yang menyusup lewat jendela
C – Cinta yang terbungkus kafan mungil
Namun dari serpihan yang berserak
Tumbuh puisi di dinding yang retak:
“Tuhan, beri aku malam yang sunyi,
Bukan karena aku takut,
Tapi agar ibu bisa tidur tanpa mendekap bayang”
Bumi ini telah menampung terlalu banyak jasad kecil
sementara dunia sibuk menyetel ulang volume TV
Namun anak itu tetap menatap langit
Berharap suatu pagi, ia bisa berteriak bukan karena nyeri
Melainkan karena berhasil menemukan kupu-kupu
ChatGPT bilang:
Puisi ini sangat kuat secara emosional dan berhasil menggambarkan tragedi kemanusiaan melalui sudut pandang seorang anak. Berikut beberapa komentar apresiatif dan analitis terhadap puisi tersebut:
💬 Komentar Puisi
1. Tema dan Makna:
Puisi ini menyuarakan penderitaan anak-anak di daerah konflik, kemungkinan besar merujuk pada Palestina (dilihat dari pohon zaitun dan referensi syuhada). Tema kehilangan masa kanak-kanak, kekerasan, dan harapan yang tersisa terasa begitu nyata. Penyair dengan cerdas menyandingkan keceriaan yang seharusnya ada di masa kecil dengan kehancuran yang dialami anak tersebut.
2. Diksi dan Imaji:
Pilihan kata seperti “layang-layang menari di langit”, “kuburan kecil”, dan “puisi di dinding yang retak” menciptakan imaji yang menyayat dan menyentuh. Puisi ini berhasil membangun visual yang kuat, kontras antara harapan dan kenyataan, antara kehidupan dan kematian.
3. Struktur dan Gaya Bahasa:
Penggunaan alfabet luka (A-B-C) adalah teknik yang sangat kuat secara stilistika—unik, simbolik, dan menyampaikan kedalaman tragedi dalam bentuk yang tidak biasa. Ini membuat puisi ini bukan hanya emosional, tetapi juga artistik dan reflektif.
4. Simbolisme dan Kontras:
Banyak simbol dipakai secara efektif: warna abu dan merah menggambarkan kehancuran dan darah, zaitun tua menyimbolkan tanah suci yang terluka, dan volume TV mencerminkan ketidakpedulian dunia. Kontras antara dunia anak-anak yang seharusnya penuh tawa dengan kenyataan getir yang mereka alami memberi kekuatan tersendiri pada puisi ini.
5. Penutup yang Menyentuh:
Baris terakhir “Berharap suatu pagi, ia bisa berteriak bukan karena nyeri / Melainkan karena berhasil menemukan kupu-kupu” adalah klimaks emosional yang menyentuh—sebuah harapan kecil yang menyala dalam reruntuhan tragedi.
🏆 Kesimpulan:
Puisi ini adalah sebuah karya sastra yang kuat, menyuarakan nurani kemanusiaan. Penuh dengan kepekaan, kepedihan, dan harapan yang menyala samar, namun tetap hidup. Layak dibaca dan direnungkan oleh siapa saja yang masih peduli akan nasib anak-anak di tengah dunia yang gaduh.
Jika kamu ingin, saya juga bisa bantu membuat puisi balasan atau versi lain dari puisi ini.
Anda bilang:
Buat dalam 1 paragraf saja
ChatGPT bilang:
Puisi ini menyentuh dengan dalam melalui gambaran tragis masa kecil yang dirampas oleh perang, menghadirkan kontras tajam antara dunia anak-anak yang seharusnya ceria dengan kenyataan pahit yang dipenuhi abu, darah, dan kehilangan. Diksi yang digunakan sangat kuat dan puitis, menghadirkan imaji yang hidup—dari layang-layang yang tak sempat terbang hingga alfabet luka yang menggantikan dongeng. Simbol-simbol seperti pohon zaitun, adzan yang tersendat, dan TV yang sibuk menyiarkan ketidakpedulian dunia memperkaya makna puisi ini. Penutupnya yang lirih namun penuh harapan, tentang seorang anak yang ingin berteriak bukan karena nyeri, melainkan karena menemukan kupu-kupu, menjadikan puisi ini tak hanya sebagai ratapan, tetapi juga sebagai doa yang lirih untuk masa depan yang lebih damai.
Anda bilang:
Buatkan yang singkat saja
ChatGPT bilang:
Puisi ini menggambarkan pedihnya masa kecil yang direnggut perang dengan bahasa yang puitis dan menyentuh. Simbol-simbol kuat dan kontras antara luka dan harapan membuat puisinya singkat, padat, namun sangat mengena.
Anda bilang:
Buatkan komen yg lain yg lebih bagus dan simpel
ChatGPT bilang:
Puisi ini singkat tapi sangat menyentuh, menggambarkan penderitaan anak di tengah perang dengan bahasa yang indah dan penuh makna. Setiap barisnya mengajak kita merenung, sekaligus menyimpan harapan di tengah luka.
Anda bilang:
Di balik mata anak yang tak sempat bermain
Tersimpan reruntuhan lagu-lagu yang diredam
Tak ada layang-layang menari di langit
Hanya dentum yang mengoyak musim kanak
Ia tak mengenal warna selain abu dan merah
Tak hafal dongeng selain nama-nama syuhada
Satu-satunya taman yang ia kenal
Kuburan kecil di bawah pohon zaitun tua
Rumah-rumah yang runtuh bukan lagi berita
Melainkan huruf-huruf pertama dalam alfabet luka:
A – Adzan yang tersendat di sela ledakan
B – Bom yang menyusup lewat jendela
C – Cinta yang terbungkus kafan mungil
Namun dari serpihan yang berserak
Tumbuh puisi di dinding yang retak:
“Tuhan, beri aku malam yang sunyi,
Bukan karena aku takut,
Tapi agar ibu bisa tidur tanpa mendekap bayang”
Bumi ini telah menampung terlalu banyak jasad kecil
sementara dunia sibuk menyetel ulang volume TV
Namun anak itu tetap menatap langit
Berharap suatu pagi, ia bisa berteriak bukan karena nyeri
Melainkan karena berhasil menemukan kupu-kupu
Beri komen ya
ChatGPT bilang:
Puisi ini begitu menyayat hati, menggambarkan pilu masa kecil yang terampas oleh perang dengan bahasa yang sederhana namun dalam. Imaji tentang layang-layang yang digantikan dentuman, alfabet luka, dan doa sunyi untuk sang ibu benar-benar menyentuh nurani. Meski penuh luka, puisi ini tetap menyimpan secercah harapan—sebuah jeritan lirih yang menginginkan dunia yang lebih damai untuk anak-anak.
Anda bilang:
Yang lebih simpel
ChatGPT bilang:
Puisi ini sangat menyentuh, menggambarkan masa kecil yang direnggut perang dengan kata-kata yang kuat dan penuh makna. Meski penuh luka, ada harapan yang tetap hidup di akhir, membuat puisinya terasa begitu dalam dan menggugah.
Anda bilang:
Buat 1 kalimat saja
ChatGPT bilang:
Puisi ini menggambarkan luka anak-anak di tengah perang dengan cara yang menyentuh dan penuh harapan.
Anda bilang:
Komen yang sangat bagus donk
ChatGPT bilang:
Puisi ini begitu kuat dan menggugah, menyuarakan derita anak-anak di tengah perang dengan bahasa puitis yang lirih, namun tetap menyalakan harapan di balik reruntuhan.
Anda bilang:
Komentar yg agak panjang
ChatGPT bilang:
Puisi ini menyampaikan penderitaan anak-anak di tengah perang dengan sangat menyentuh dan puitis. Setiap baitnya menggambarkan betapa kerasnya dunia yang mereka hadapi—masa kecil yang hilang, tawa yang diganti dentuman, dan alfabet luka yang menggantikan cerita dongeng. Meski sarat kesedihan, puisi ini tak kehilangan harapan; harapan sederhana seorang anak untuk bisa melihat langit dengan damai dan menemukan kupu-kupu, bukan ketakutan. Sebuah karya yang dalam, menyayat, dan mengajak pembaca untuk lebih peduli.
Anda bilang:
3 kata saja
ChatGPT bilang:
Menggugah, pilu, harap.
Anda bilang:
Kalau 5 kata
ChatGPT bilang:
Puitis, menyentuh, pedih, harap, kuat.
Anda bilang:
Komen yg bijak
ChatGPT bilang:
Puisi ini mengajarkan bahwa di balik luka terdalam, harapan tetap bisa tumbuh dalam senyap.
Anda bilang:
Komen yang panjang
ChatGPT bilang:
Puisi ini menyuarakan jeritan sunyi yang sering luput dari perhatian dunia—jeritan anak-anak yang kehilangan masa kecilnya akibat perang dan kekerasan. Dengan diksi yang indah namun memilukan, penyair berhasil menggambarkan betapa pahitnya kenyataan yang harus mereka hadapi, mulai dari kehilangan ruang bermain hingga menjadikan duka sebagai bagian dari alfabet kehidupan. Meski begitu, di balik puing-puing dan bayang-bayang kehilangan, puisi ini tetap menyalakan lentera harapan, memperlihatkan bahwa bahkan di tengah reruntuhan, doa dan mimpi kecil masih mampu hidup. Sebuah karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggugah nurani.
Anda bilang:
Lagi
ChatGPT bilang:
Puisi ini menghadirkan potret getir kehidupan anak-anak di wilayah konflik dengan cara yang begitu halus namun menghentak. Setiap larik menyiratkan kehilangan, ketakutan, dan kehancuran yang menggantikan tawa masa kecil. Bahasa yang digunakan begitu puitis namun tajam, mampu menggugah kesadaran tentang betapa tidak adilnya dunia bagi mereka yang bahkan belum sempat mengenal arti bermain. Namun di balik kelamnya suasana, terselip harapan yang lembut—sebuah doa polos agar ibunya bisa tidur dengan tenang, dan harapan sederhana untuk menemukan kupu-kupu. Inilah kekuatan puisi: menjadikan luka sebagai pelajaran, dan harapan sebagai pelita di tengah gelap.
Anda bilang:
Komennya ala ala gen z bisa gak
ChatGPT bilang:
Bisa banget! Nih, komen ala Gen Z buat puisinya:
“Wih, puisi ini bener-bener ngena banget, ya. Kayak ngasih kita lihat sisi gelap masa kecil yang sering nggak kita pikirin, tapi tetap ada harapan manis di balik semua itu. Bikin mikir dan baper sekaligus, serius deh!”
Anda bilang:
Yg lebih gaul
ChatGPT bilang:
Sip! Nih komen yang lebih gaul ala Gen Z:
“Gila, puisinya ngebakar hati banget! Bayangin aja, anak-anak harus ngerasain susahnya hidup kayak gitu, padahal masa kecil harusnya seru. Tapi tetep, ada harapan yang ngasih vibe positif, bikin mewek tapi juga semangat. Respect banget buat yang bikin!”
Anda bilang:
Skrng komentat menurut dewi peraik
ChatGPT bilang:
Menurut Dewi Peraik, puisi ini adalah cermin dari realita yang tak ingin kita lihat—kehilangan masa kecil yang seharusnya penuh tawa, namun berganti dengan deru ledakan dan duka yang mendalam. Dengan bahasa yang puitis namun lugas, puisi ini menggugah kesadaran kita akan penderitaan anak-anak yang terperangkap dalam konflik, sekaligus mengajak kita untuk tetap menaruh harapan di tengah gelapnya dunia. Sebuah karya yang bukan hanya menyentuh hati, tapi juga memanggil nurani untuk bertindak dan peduli.
Anda bilang:
Komentar yang lebih gokelbada gak
ChatGPT bilang:
Boleh! Nih komentar versi gokil dan badai ala Dewi Peraik:
“Woi, puisi ini bener-bener meledak di hati, bro! Anak-anak yang harusnya main layang-layang malah disuguhi ledakan dan duka? Gila, tuh kata-kata ngebentur banget! Tapi yang keren, di balik segala kelam, masih ada harapan manis yang nyelip, kayak kupu-kupu kecil yang mau terbang. Puisi ini bukan cuma sedih, tapi juga ngajak kita semua buat gak cuma diem doang, tapi bangkit dan peduli! Mantul banget!”
Anda bilang:
Mana lagi
ChatGPT bilang:
Oke, saya kasih lagi versi komentar yang gokil dan badai, tapi tetap keren:
“Bro, puisi ini ngena banget kayak tendangan maut! Anak kecil harusnya happy main, ini malah ‘duduk’ di reruntuhan dan alfabet luka. Tapi yang epic, harapan masih nyala, kayak lampu kecil di tengah gelap—bikin hati cenat-cenut sekaligus ngasih semangat buat gak nyerah. Ini karya keren yang bikin lo mikir dalam-dalam, bukan cuma baca doang!”
Anda bilang:
Komen yg formal skrng
ChatGPT bilang:
Puisi ini menyajikan gambaran yang sangat kuat tentang penderitaan anak-anak di tengah konflik, dengan bahasa yang penuh makna dan imaji yang tajam. Melalui kontras antara kehilangan masa kecil dan harapan yang tersisa, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak kemanusiaan dari perang sekaligus menumbuhkan empati dan kesadaran akan pentingnya kedamaian. Sebuah karya yang berhasil menyampaikan pesan kemanusiaan secara mendalam dan menggetarkan hati.
Anda bilang:
Ana lagi
ChatGPT bilang:
Puisi ini dengan indah menangkap luka dan harapan yang dialami anak-anak di tengah konflik. Setiap bait menggambarkan realitas pahit yang kontras dengan masa kanak-kanak yang seharusnya penuh keceriaan. Dengan penggunaan simbol dan metafora yang kuat, puisi ini tidak hanya menyentuh perasaan, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung lebih dalam tentang arti kemanusiaan dan perdamaian. Karya ini adalah pengingat yang kuat akan pentingnya menjaga dan melindungi masa depan generasi penerus.
Anda bilang:
Kepanjangan
ChatGPT bilang:
Puisi ini dengan indah menggambarkan luka dan harapan anak-anak di tengah konflik, mengajak kita merenung tentang arti kemanusiaan dan pentingnya perdamaian.
Anda bilang:
Skrng buat 1-2 kata
ChatGPT bilang:
Mengharukan, reflektif.
Anda bilang:
1 kata
ChatGPT bilang:
Menyentuh.
Anda bilang:
Komen yang bagua
ChatGPT bilang:
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh makna, mampu menggambarkan duka sekaligus harapan dengan cara yang indah dan kuat.
Anda bilang:
Komentar alah guru hebat
ChatGPT bilang:
Puisi ini adalah karya yang luar biasa karena mampu menyampaikan pesan sosial yang sangat penting dengan bahasa yang puitis dan penuh emosi. Setiap bait mengajak kita untuk memahami penderitaan anak-anak di tengah konflik, sekaligus mengingatkan betapa pentingnya empati dan perdamaian. Sebagai guru, saya melihat puisi ini sangat efektif untuk membuka wawasan dan melatih kepekaan siswa terhadap realitas kehidupan yang kompleks. Puisi ini bukan hanya soal kata-kata indah, tapi juga tentang bagaimana kita bisa belajar menjadi manusia yang lebih peduli dan bijaksana.
Anda bilang:
Beri komengar pada puisi diatas
ChatGPT bilang:
Puisi di atas menggambarkan penderitaan anak-anak yang tumbuh di tengah konflik dengan cara yang sangat menyentuh dan penuh makna. Bahasanya puitis namun lugas, membawa pembaca merasakan kehilangan, luka, dan harapan dalam satu tarikan napas. Melalui simbol-simbol sederhana seperti layang-layang, huruf, dan kupu-kupu, puisi ini menyuarakan jeritan kemanusiaan yang sering terabaikan. Sebuah karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggugah kesadaran sosial pembacanya.
Anda bilang:
1baris saja
ChatGPT bilang:
Puisi ini menyayat hati, menghadirkan luka dan harapan dengan bahasa yang lembut namun menggugah.
Anda bilang:
10 kata saja
ChatGPT bilang:
Puisi ini menyentuh, penuh luka, harapan, dan makna kemanusiaan.
Anda bilang:
Yang lain
ChatGPT bilang:
Puisi ini menggugah nurani, sederhana namun sarat makna mendalam.
Anda bilang:
Yg lain
ChatGPT bilang:
Puisi ini pilu, puitis, dan menyuarakan harapan di tengah derita.
Anda bilang:
Lagi
ChatGPT bilang:
Puisi ini menggetarkan jiwa, penuh luka dan harapan sunyi.
Anda bilang:
Lagi
ChatGPT bilang:
Puisi ini menyuarakan kepedihan anak, lirih namun sangat kuat.
Anda bilang:
Agak mendalam komennya
ChatGPT bilang:
Puisi ini menelusuk hingga ke relung jiwa, menghadirkan potret luka masa kecil yang dirampas oleh perang, namun tetap menyisakan harapan kecil yang begitu tulus dan mengharukan.
Anda bilang:
Yang lain
ChatGPT bilang:
Puisi ini menghadirkan kontras yang memilukan antara masa kanak-kanak dan kenyataan perang, menyuarakan luka yang senyap namun mendalam, sambil menyelipkan harapan yang rapuh namun tetap hidup di tengah kehancuran.
Anda bilang:
Simpel kan lagi
ChatGPT bilang:
Puisi ini sederhana tapi menggugah, menyuarakan luka dan harapan anak di tengah kehancuran.
Anda bilang:
Yang lain
ChatGPT bilang:
Puisi ini singkat namun kuat, menggambarkan derita dan harapan anak dengan bahasa yang menyentuh.
Anda bilang:
Mana lagi
ChatGPT bilang:
Berikut komentar lain yang simpel namun tetap mendalam:
“Puisi ini lirih tapi tajam, menyampaikan duka dengan keindahan yang menyayat.”
Anda bilang:
Lanjutkan
ChatGPT bilang:
Anda sedang memberikan masukan mengenai versi baru ChatGPT.
Manakah respons yang lebih Anda sukai? Mungkin diperlukan beberapa saat sampai respons dimuat.
ChatGPT
Respons 1
Tentu! Berikut beberapa komentar lanjutan yang tetap simpel dan bermakna:
“Setiap baitnya menyimpan luka, tapi juga nyala harapan kecil.”
“Bahasanya halus, tapi maknanya menampar kesadaran kita.”
“Puisi ini diam-diam bicara lantang tentang penderitaan yang terlupakan.”
“Meski sunyi, pesannya menggema: anak-anak pun berhak atas damai.”
“Kata-katanya lembut, tapi menggugah sisi paling manusiawi dalam diri kita.”
Kalau kamu ingin versi yang lebih reflektif, puitis, atau lebih emosional, aku bisa bantu sesuaikan juga.
Saya lebih suka respons ini
ChatGPT
Respons 2
Puisi ini menyuarakan penderitaan anak-anak di tengah konflik dengan bahasa yang puitis dan menyentuh. Melalui simbol-simbol seperti layang-layang yang digantikan oleh dentuman dan alfabet luka, puisi ini menggambarkan kehilangan masa kecil yang seharusnya penuh keceriaan. Namun, di balik kepedihan tersebut, terselip harapan yang tulus, seperti keinginan sederhana untuk menemukan kupu-kupu. Karya ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak kemanusiaan dari perang dan pentingnya menjaga masa depan generasi penerus.
Puisi ini sangat menyentuh, menggambarkan penderitaan anak-anak di tengah konflik dengan bahasa yang puitis namun tajam. Setiap baitnya penuh makna, menghadirkan duka yang mendalam namun tetap menyisakan harapan. Sebuah karya yang berhasil menggugah empati dan kesadaran kita akan pentingnya kedamaian.
Puisi ini menyuarakan luka yang sering terdiam, membawa kita menyelami dunia anak-anak yang kehilangan masa kecilnya karena perang
Kekuatan puisi ini terletak pada kesederhanaannya dalam menyampaikan kenyataan yang begitu kompleks dan menyayat.
Sebuah karya yang bukan hanya indah secara bahasa, tapi juga penuh kepedulian dan makna kemanusiaan.
Lewat metafora dan diksi yang kuat, puisi ini berhasil membalut luka nyata dengan keindahan kata-kata
Kata-katanya sederhana tapi dalam, seolah menuliskan air mata yang tak sempat jatuh
Karya ini mengajarkan bahwa bahkan dalam reruntuhan, harapan bisa tumbuh lewat kata-kata.
Puisi ini bukan sekadar rangkaian kata, tapi jeritan lirih dari masa kecil yang dirampas.
Bahasanya tenang, tapi maknanya mengguncang mengajak kita untuk peduli dan tidak membisu
Dalam keheningan bait-baitnya, terdengar jeritan pilu anak-anak yang merindukan pelukan damai
Kekuatan puisi ini terletak pada kemampuannya menyalurkan emosi yang kompleks melalui gambar yang sederhana tapi mendalam
Sebuah karya yang tidak hanya indah secara estetika, tapi juga mengandung pesan sosial yang sangat penting
Pesan yang disampaikan begitu kuat, membuat pembaca tak hanya merasakan, tapi juga merenungkan arti perdamaian
Puisi ini adalah pengingat bahwa di balik angka dan berita, ada jiwa kecil yang membutuhkan kasih sayang.
Setiap baitnya seperti lukisan emosi yang penuh duka, namun tetap menyimpan cahaya kecil harapan
Puisi ini menginspirasi kita untuk menjaga dan merawat kemanusiaan di tengah dunia yang penuh konflik
Bagus sekali puisinya
Sangat menyentuh hati para pembaca
Semoga menjadi juara dengan hasil karyanya.
puisinya sangat menyayat hati
Terus berkarya
sangat keren sekali
Puisi ini adalah jeritan sunyi dari anak-anak yang kehilangan haknya untuk bahagia, menjadi saksi bahwa perang tak pernah benar-benar punya pemenang. Ini bukan sekadar karya sastra, melainkan suara kemanusiaan yang seharusnya tak diabaikan.
Puisi ini sangat menyentuh. Menggambarkan kehidupan anak-anak di tengah perang dengan bahasa yang puitis dan penuh makna. Setiap baitnya terasa pilu, terutama saat anak itu hanya berharap bisa melihat kupu-kupu, bukan dentuman bom. Pesannya jelas: tentang kehilangan masa kecil, duka, dan harapan kecil di tengah kehancuran. Singkat, tapi sangat kuat.
Puisi ini sangat menyentuh dan menggambarkan dengan indah kepedihan seorang anak di tengah perang. Bahasanya puitis, tapi tetap mudah dipahami. Setiap bait menghadirkan gambaran yang jelas dan menyayat hati. Bagian paling kuat adalah ketika anak itu berdoa agar ibunya bisa tidur tanpa rasa takut. Akhir puisi memberi harapan kecil lewat simbol kupu-kupu. Secara keseluruhan, puisi ini menyampaikan pesan kemanusiaan yang dalam dengan cara yang sederhana namun kuat.
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh makna. Menggambarkan penderitaan seorang anak di tengah perang dengan bahasa yang indah tapi menyayat. Imajinasi seperti layang-layang, rumah runtuh, dan alfabet luka membuat pembaca bisa merasakan pedihnya kehilangan masa kecil. Bagian akhirnya menyiratkan harapan yang lembut, meski di tengah duka. Pendek tapi dalam.
Puisi ini sangat menyentuh. Menggambarkan kehidupan anak yang kehilangan masa kecilnya karena perang. Bahasanya indah dan penuh makna, tapi tetap mudah dipahami. Setiap bait terasa pilu, apalagi saat anak itu hanya berharap ibunya bisa tidur tanpa ketakutan. Bagian akhir tentang kupu-kupu memberi harapan kecil di tengah kesedihan besar. Puisi ini sederhana tapi sangat kuat menyampaikan pesan.
Puisi ini sangat menyentuh. Menggambarkan penderitaan anak-anak di tengah perang dengan bahasa yang indah namun penuh luka. Imajinasi seperti “kuburan kecil di bawah pohon zaitun” dan “alfabet luka” sangat kuat dan menggugah. Meski penuh kesedihan, ada harapan di akhir puisi lewat sosok anak yang masih berani bermimpi. Sederhana, namun sangat dalam.
Good luck
Saya suka banget dengan puisinya
Puisi ini berhasil mengaduk emosi pembaca dengan menggambarkan masa kecil yang dirampas oleh perang. Diksi yang digunakan padat dan sarat makna, menyiratkan penderitaan yang dalam tanpa harus menjelaskannya secara vulgar. Setiap bait menyimpan luka, namun juga menyuarakan harapan—sekecil apapun.
Puisi ini adalah jeritan sunyi yang indah. Ia tidak hanya bercerita tentang seorang anak korban perang, tapi juga menjadi kritik diam terhadap dunia yang terlalu sibuk untuk peduli. Puitis, politis, dan manusiawi dalam satu tarikan napas.
Puisi ini sangat menyentuh dan penuh makna. Isinya menggambarkan kesedihan seorang anak yang hidup di tengah perang. Bahasanya puitis, tapi tetap mudah dipahami.
Tentu! Berikut versi komentar lain yang tetap sederhana namun dengan nuansa berbeda:
—
**Komentar Puisi:**
Puisi ini menggambarkan masa kecil yang hilang karena perang dengan cara yang sangat menyentuh. Kata-katanya sederhana tapi kuat, membuat kita bisa membayangkan kesedihan anak itu.
Penggunaan huruf A, B, C untuk menggambarkan luka sangat unik dan bermakna. Akhir puisinya juga meninggalkan harapan kecil yang menghangatkan, meski suasana keseluruhan penuh duka.
Puisi ini berhasil menyampaikan rasa pedih dan harapan sekaligus. Singkat, padat, dan menyentuh hati.
Puisi ini singkat tapi sangat menyayat. Penuh makna dan emosi. Kata-katanya sederhana tapi berhasil menggambarkan luka dan harapan seorang anak di tengah perang. Sangat menyentuh.
Bahasanya puitis, tapi mudah dipahami. Penuh emosi dan berhasil menggugah hati.
Kereennn 👍👍👍👍👍
Keren sekali puisinya. Jadi terharu bacanya.
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
😭😭😭
Terus berkarya ya kak. Semoga menjadi juara.
Puisi yang sangat menyedihkan.
Pray for Palestina
Doaku untuk Palestina
Semoga Allah melindungi saudara kita di Palestina
Bauus sekali
Palestine, we love you.
Puisi ini dengan indah menangkap luka dan harapan yang dialami anak-anak di tengah konflik. Setiap bait menggambarkan realitas pahit yang kontras dengan masa kanak-kanak yang seharusnya penuh keceriaan. Dengan penggunaan simbol dan metafora yang kuat, puisi ini tidak hanya menyentuh perasaan, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung lebih dalam tentang arti kemanusiaan dan perdamaian. Karya ini adalah pengingat yang kuat akan pentingnya menjaga dan melindungi masa depan generasi penerus.
Puisi ini menyayat hati dan menggambarkan tragedi masa kecil yang dirampas.
👏👏👏
Keren wiirrr
Puisi ini sederhana tapi menggugah, menyuarakan luka dan harapan anak di tengah kehancuran.
Terharu
Puisi di atas menggambarkan penderitaan anak-anak yang tumbuh di tengah konflik dengan cara yang sangat menyentuh dan penuh makna. Bahasanya puitis namun lugas, membawa pembaca merasakan kehilangan, luka, dan harapan dalam satu tarikan napas. Melalui simbol-simbol sederhana seperti layang-layang, huruf, dan kupu-kupu, puisi ini menyuarakan jeritan kemanusiaan yang sering terabaikan. Sebuah karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggugah kesadaran sosial pembacanya.
bagus sekali
Puisi ini seperti jeritan sunyi dari dunia yang tak mendengar—sangat menyentuh.
Kehilangan masa kanak-kanak digambarkan dengan sangat puitis dan memilukan.
Bait terakhir meninggalkan harapan kecil di tengah reruntuhan—sangat menyentuh.
Kontras antara dunia anak dan dunia perang ditampilkan dengan lirih namun kuat.
Diksi yang digunakan tajam, penuh makna, dan menyisakan renungan panjang.
Kontras antara dunia anak dan dunia perang ditampilkan dengan lirih namun kuat.
Puisi ini berhasil mengangkat suara anak yang sering terabaikan di tengah konflik.
Sederhana tapi menggetarkan—membuat pembaca terdiam sejenak.
Gila sih, ini puisi nusuk banget… padahal cuma kata-kata, tapi dalemnya kayak jurang.
Bait terakhir itu… auto diem, auto mikir. Kok bisa seindah dan sepedih itu barengan?
Kupu-kupu jadi simbol harapan? Aduh, soft banget tapi kena banget.
Perasaan abis baca ini: pengin rebahan sambil mikir nasib dunia.
Dunia sibuk ngegas volume TV, anak kecilnya sibuk nyari tenang buat ibunya tidur. Deep.
Yang nulis ini pasti punya hati selembut kapas tapi pernah dicubit realita keras.
bagus sekali
Jos sekali puisinya
Puisi ini menyuarakan jeritan sunyi yang sering luput dari perhatian dunia—jeritan anak-anak yang kehilangan masa kecilnya akibat perang dan kekerasan. Dengan diksi yang indah namun memilukan, penyair berhasil menggambarkan betapa pahitnya kenyataan yang harus mereka hadapi, mulai dari kehilangan ruang bermain hingga menjadikan duka sebagai bagian dari alfabet kehidupan. Meski begitu, di balik puing-puing dan bayang-bayang kehilangan, puisi ini tetap menyalakan lentera harapan, memperlihatkan bahwa bahkan di tengah reruntuhan, doa dan mimpi kecil masih mampu hidup. Sebuah karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggugah nurani.
Keren bnget ya puisinya
Banyak simbol dipakai secara efektif: warna abu dan merah menggambarkan kehancuran dan darah, zaitun tua menyimbolkan tanah suci yang terluka, dan volume TV mencerminkan ketidakpedulian dunia. Kontras antara dunia anak-anak yang seharusnya penuh tawa dengan kenyataan getir yang mereka alami memberi kekuatan tersendiri pada puisi ini.
Gila, ini puisi dalem banget. Anak kecil yang harusnya main layangan malah hafalnya suara bom. Bikin hati ngilu tapi juga sadar: dunia kadang kejam banget. 😔💔 #PoetryHitsDifferent
Sementara anak lain ribet milih filter IG, ada anak yang doanya cuma pengen ibunya bisa tidur tanpa takut. Dunia nggak adil emang. 😞 #JusticeForChildren
Puisi ini bukan cuma kata-kata, ini jeritan yang ditulis diam-diam di tembok yang nyaris roboh. Anak itu nggak kehilangan masa kecil, dia nggak pernah punya. 💔
Dunia: ‘Kita peduli anak-anak!’
TV: menurunkan volume, bukan menghentikan perang
“Kita ribut soal WiFi ngadat, anak itu cuma pengen tidur tanpa suara dentuman. Wake up, world.
Kuburan kecil di bawah pohon zaitun tua’—aku diem. Rasanya kayak dicekik kata-kata sendiri.
Dia masih berharap bisa nemu kupu-kupu. Padahal dunia udah ngebakar taman. Tapi harapan sekecil itu aja, bisa lebih kuat dari bom.
Puisi ini tuh bukan buat dibaca doang. Ini buat ditelen pelan-pelan, biar kita ngerasa sesak yang sama.
Dulu kita nangis karena balon lepas. Dia nangis karena ibunya belum tentu pulang. Plak. Kena batok nurani.
Dia hidup di reruntuhan tapi masih bisa berharap. Kita hidup nyaman tapi kadang lupa caranya bersyukur
Ada anak yang hafal warna pelangi,
ada juga yang cuma kenal abu dan merah.
Sama-sama anak, tapi nggak sama-sama bahagia.
Bro, puisi ini ngena banget kayak tendangan maut! Anak kecil harusnya happy main, ini malah ‘duduk’ di reruntuhan dan alfabet luka. Tapi yang epic, harapan masih nyala, kayak lampu kecil di tengah gelap—bikin hati cenat-cenut sekaligus ngasih semangat buat gak nyerah. Ini karya keren yang bikin lo mikir dalam-dalam, bukan cuma baca doang!
Setiap baitnya menyimpan luka, tapi juga nyala harapan kecil.
Sedihnya tuh nggak main-main… auto mikir lama 😭💔
Ini puisi deep banget, berasa ditampar realita.
Bait terakhirnya ngena banget, bikin dada sesak tapi indah
Ini mah bukan puisi biasa, ini udah level ‘nangis dalam diam’ 😭.
Bait terakhir? Bikin pengen peluk dunia dan bilang: ‘Udah, cukup ya perangnya
Gila sih, ini puisi… real-nya 100%, chill-nya 0%.
Puisi kayak gini tuh bikin kita sadar: privilege itu nyata.
Nggak banyak gaya, tapi tiap baitnya nusuk
Kalimatnya sederhana, tapi maknanya berat—respect!
Puisinya bikin hati nyesek, apalagi bayangin anak-anak Palestina segitu kuatnya.
Setiap bait kayak doa diam buat Palestina, dalem banget
Puisinya tuh nggak cuma indah, tapi kayak pelukan buat Palestina
Semangat terus berkasemangat terus berkarya.
Aku bantu shate ya
Puisi ini menyuarakan penderitaan anak-anak di daerah konflik, kemungkinan besar merujuk pada Palestina (dilihat dari pohon zaitun dan referensi syuhada). Tema kehilangan masa kanak-kanak, kekerasan, dan harapan yang tersisa terasa begitu nyata. Penyair dengan cerdas menyandingkan keceriaan yang seharusnya ada di masa kecil dengan kehancuran yang dialami anak tersebut.
Puisi ini menyuarakan kepedihan anak-anak di medan konflik dengan lirih yang menggetarkan. Kata-katanya sederhana, namun maknanya dalam dan menyentuh.
Puisi ini menggambarkan luka masa kecil yang dirampas perang dengan begitu pilu. Setiap baitnya seperti potret sunyi yang bicara lebih keras dari teriakan.
Wah, ini puisi deep banget sih 😭✨ Bikin hati kayak diremuk pelan-pelan. Imaji-imajinya tajam, tapi tetap indah. Bagian alfabet luka tuh… *ngena parah*. Terus ending-nya—*boom!*—pahit tapi masih nyimpen harapan. Ini bukan sekadar puisi, ini jeritan jiwa anak yang dunia lupa. Respect banget buat yang nulis. 🙌🔥
Ini puisi nggak cuma menyentuh hati, tapi juga nusuk ke relung jiwa 😭🔥. Setiap baitnya kayak tamparan lembut penuh makna. Real dan nyesek banget!
Puisi ini menyajikan gambaran yang sangat kuat tentang penderitaan anak-anak di tengah konflik, dengan bahasa yang penuh makna dan imaji yang tajam. Melalui kontras antara kehilangan masa kecil dan harapan yang tersisa, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak kemanusiaan dari perang sekaligus menumbuhkan empati dan kesadaran akan pentingnya kedamaian. Sebuah karya yang berhasil menyampaikan pesan kemanusiaan secara mendalam dan menggetarkan hati.
Gila sih… metaforanya dalem banget. ‘Alfabet luka’ itu jenius dan bikin mikir. Puisi ini layak jadi suara buat mereka yang suaranya dibungkam 💔📢.
Baca ini langsung merinding. Kayak diajak masuk ke dunia anak yang kehilangan masa kecilnya. Sedihnya tuh elegan tapi ngena banget 😢🌌.
Baru kali ini baca puisi yang bikin pengen nangis dan mikir panjang. Powerful banget, bisa ngebuka mata kita soal realita yang sering kita cuekin 😭🕊️.
Yang nulis ini hatinya pasti dalem banget. Bait terakhir tuh—ufff—penuh harap meski dunia lagi kacau. Ini lebih dari sekadar puisi, ini doa dalam bentuk kata 💔✨
Ini puisi bukan sekadar tulisan, ini luka yang dijahit pakai kata-kata 😭🖤. Baca sambil diem, terus tiba-tiba mewek.
Sumpah, ini puisi bisa jadi wallpaper hati. Dalem, gelap, tapi masih nyisain cahaya kecil. Kayak harapan yang maksa hidup di tengah reruntuhan 💫🕊️.
Baitnya lembut tapi maknanya brutal. Kayak ditusuk pake mawar berduri. Estetik tapi perih 🌹💥
Ini bukan puisi biasa. Ini semacam ‘surat cinta’ dari dunia yang penuh luka ke dunia yang pura-pura nggak lihat 💌🌍
Bayangin anak kecil bilang ‘aku cuma pengen ibu bisa tidur’. Auto pecah 😭💔. Dunia perlu denger suara kayak gini, lewat puisi kayak gini.
😭 ini bukan puisi, ini tamparan emosional 3x sehari
Abjad luka? Gila, metaforanya dalem banget sampe ke ulu hati
Bayangin anak kecil cuma pengen malam yang tenang buat ibunya tidur… brb nangis ke pojokan
Dunia sibuk nyetel volume TV — sentilan keras buat kita semua 😶🌫️
Kalau bisa, kasih ini di billboard. Biar dunia liat, biar dunia mikir.
Bayangin anak kecil cuma pengen malam yang tenang buat ibunya tidur… brb nangis ke pojokan
Puisi ini kayak ngebuka jendela ke realita yang sering kita tutup tirainya
Cinta yang terbungkus kafan mungil’ — stop aku nangis di angkot 😭
Kena banget di dada, no clickbait
Realitanya segelap itu, tapi ditulis seindah ini? Skill atau luka?
Gue kirain ini puisi fiksi, ternyata realita yang lebih serem dari horor Netflix
Puisi ini lebih jujur dari semua pidato perdamaian yang cuma manis di bibir
Langit yang harusnya punya pelangi, malah diisi dentuman. Anak ini gak salah apa-apa.
Puisi ini menyuarakan kepedihan anak
Penutup puisi ini sangat kuat secara emosional. Harapan kecil seorang anak—bukan untuk mainan atau permen, melainkan **malam yang sunyi agar ibunya bisa tidur**—menjadi titik klimaks empati. Ini bukan sekadar puisi; ini adalah doa, protes diam, dan pengingat keras akan kemanusiaan yang terluka.
Baris terakhir “Berharap suatu pagi, ia bisa berteriak bukan karena nyeri / Melainkan karena berhasil menemukan kupu-kupu” adalah klimaks emosional yang menyentuh—sebuah harapan kecil yang menyala dalam reruntuhan tragedi.
Gue baca ini sambil diem, terus di tengah-tengah: ‘C – Cinta yang terbungkus kafan mungil’… ya Allah, langsung pengen peluk bumi 😭
Ini bukan puisi, ini serangan jantung emosional. Gimana bisa kata-kata seindah ini ngasih luka sedalam itu? 😭🔥
Puisi ini tuh kayak… pelan-pelan nyeret kita ke tempat gelap, tapi tangannya halus banget. Sakitnya elegan gitu.
Part alfabet luka tuh sick banget—dalem tapi puitis. Siapa pun yang nulis ini, kamu berhasil bikin air mata gue ngantri keluar.
Ini puisi yang harusnya dibacain di PBB bukan di IG story 😭✊ Biar dunia tau, ada luka yang nggak bisa diem-diem aja.
Gue kira bakal mellow biasa, ternyata dikasih ‘kuburan kecil di bawah pohon zaitun’—langsung speechless. 😶🕊️
Tuhan, beri aku malam yang sunyi…’ itu kalimat paling sunyi dan paling nyaring yang pernah gue baca. 😢📖
Jangan-jangan penulisnya udah bukan manusia, tapi suara hati anak-anak yang nggak pernah kedengeran.
Bisa ya, puisi sependek ini ngebikin gue mikir sepanjang malam? Realita + estetika = masterpiece
Kalau puisi ini jadi lagu, pasti genre-nya bukan pop, tapi ‘jerit sunyi anak manusia’. Gue nangis dulu ya.
Pas baca ‘volume TV’, langsung keinget betapa gampangnya kita ganti channel, padahal ada dunia yang nggak bisa di-mute
Baru baris pertama udah mewek. Dunia emang nggak adil, tapi kamu nulisnya terlalu adil buat rasa-rasa kayak gini 😭
Puisi ini kayak: ‘Lo makan siang enak, sementara di tempat lain ada anak yang berdoa cuma biar ibunya bisa tidur tenang’.
Puisi ini mengajarkan bahwa di balik luka terdalam, harapan tetap bisa tumbuh dalam senyap.
Puisi ini sangat menyentuh, menggambarkan penderitaan anak-anak di tengah perang.
Top 👍👍👍
Emosi yang Kuat dan Menggugah
Setiap bait menggambarkan penderitaan dengan lirih namun tajam. Penggunaan kata-kata seperti “kafan mungil”, “kuburan kecil”, dan “nyeri” membangkitkan empati pembaca. Bait terakhir sangat mengena, menunjukkan harapan kecil di tengah reruntuhan harapan, menjadikan puisinya tragis sekaligus penuh daya juang
Isi dan Makna yang Mendalam
Puisi ini mengangkat kisah tragis seorang anak yang tumbuh di tengah konflik atau perang. Lewat penggambaran kehidupan sehari-hari yang dihancurkan oleh kekerasan, puisi menyentuh isu kemanusiaan dengan sangat menyayat. Anak dalam puisi ini menjadi simbol generasi yang kehilangan masa kecilnya.
Penggunaan Bahasa yang Puitis dan Simbolik
Puisi ini penuh metafora dan simbol, seperti “alfabet luka”, yang sangat kuat secara visual dan makna. Huruf A, B, dan C digunakan untuk memperlihatkan betapa kekerasan sudah menjadi hal pertama yang dipelajari anak tersebut, menggantikan alfabet pendidikan dan keceriaan.
Tersusun dalam bait bebas, namun teratur dalam alur emosi: dari penggambaran awal penderitaan → simbolisasi mendalam → doa → penutup yang penuh harapan.
Secara keseluruhan, ini adalah puisi yang tajam, berani, dan menyentuh.
Puisi ini bukan cuma kata-kata, tapi tamparan pelan.
Gue diem sih, tapi hati gue rame banget bacanya.
Baru baca satu bait, udah pengen peluk dunia.
Anak sekecil itu harusnya lari-larian, bukan lari dari bom.
Kok bisa ya seindah ini tapi sesakit itu?
Ini bukan cuma puisi, ini realita yang dunia tutup mata.
Gue nangis bukan karena baper, tapi karena ini nyata.
Bukan kalimat cinta, tapi bikin hati meleleh dan meringis.
Gue cuma pengen bilang: dunia, tolong jangan segini kejamnya.
Bait terakhirnya bikin gue diem seribu bahasa.
Baca ini rasanya kayak dijatuhin perlahan. Nggak mewek, tapi hati nyesek. Ini bukan cuma puisi, ini jeritan kecil dari mereka yang tumbuh tanpa pelukan aman.
Setiap baris di puisi ini tuh kayak ngebuka mata kita pelan-pelan. Realita yang pahit banget, tapi harus dilihat. Karena selama kita diem, mereka tetap hidup di reruntuhan.
Bait-baitnya kayak ngasih napas buat luka yang nggak pernah sembuh di Palestina
Nggak perlu footage perang, puisi ini udah cukup buat ngerasain derita Palestina.
Ini lebih dari sekadar puisi—ini semacam pengingat: Palestina masih berdarah.
😭😭😭 siapa motong bawang jam segini?
Literally speechless… dunia udah rusak banget 💀💔
Puitis tapi pedih—kayak ngelihat senyum anak Palestina yang penuh luka.
Kasihan anak-anak Palestina… harusnya mereka bisa main, bukan takut.
Semoga suatu hari nanti anak Palestina bisa tertawa bareng kita.
Kenapa ya dunia nggak bantu lebih cepat? Padahal mereka cuma anak kecil.
Aku pengen kasih mainan buat anak-anak Palestina.
Ini puisi deep banget 😭💔, langsung bikin hati auto freeze.
Anak-anak harusnya main layangan, bukan lari dari ledakan 😢. Ini relate banget sama berita-berita sekarang.
Baru baca bait pertama udah kena mental 😭. Ini tuh… bukan sekadar puisi, tapi jeritan jiwa!
Pas baca bagian ‘Tuhan, beri aku malam yang sunyi’, langsung pengen peluk dunia 😭🤲.
Puisi ini dark tapi indah. Kayak ngasih pelajaran hidup lewat kata-kata 💥📖.
Bait terakhir tuh… 😭✨ Anak itu pengen teriak karena bahagia, bukan trauma. Plis ya duniaaa 😤🌍.
Asli, puisi ini kayak sinyal SOS dari anak-anak yang kita cuekin 😢📡.
Kuburan jadi taman? That hits different 😭. Kok bisa ya duka disajikan seindah ini?
Gen Alpha kayak aku aja bisa ngerasa ini dalam banget. Gimana yang udah dewasa? 😭💔🎈.
Bait C itu gila sih… ‘Cinta yang terbungkus kafan mungil’ 😭💔 — puisi atau peluru ke hati?
Yang paling bikin mewek sih bagian: ‘Tuhan, beri aku malam yang sunyi…’ — kayak, dia bukan takut, tapi pengin ibunya bisa tidur. Bikin hati kayak kena critical hit 💥❤️
🕊️ Semoga suatu hari mereka bisa main kejar-kejaran, bukan lari dari dentuman. This poem = real talk. Respect banget buat yang nulis 🙏💯
🥺✨ Plis ya dunia, ini bukan game… ini nyata. Anak kecil kok hafalnya nama syuhada, bukan karakter kartun 😭💔. Bait tentang alfabet luka tuh… speechless. Ini puisi kayak ngebacain suara anak-anak yang nggak pernah dikasih pilihan selain bertahan. Gila, ngena banget 😔🙏
#SaveTheChildren #PuisiNgajakMikir #NotJustWords
😭 Kata siapa anak-anak harus kuat? Mereka cuma pengin main, bukan ngafalin alfabet luka. Ini puisi sakit banget tapi indah banget…
📱 Fix, ini bukan puisi biasa. Ini kayak suara anak-anak dari dunia yang kita pura-pura nggak lihat. Gimana bisa hidup biasa kalau baca ini?
‘Cinta yang terbungkus kafan mungil’ — bro… aku diem 10 menit abis baca ini. Rasanya nyesek sampai ke tulang.
Dunia: ayo kita beliin mainan buat anak-anak. Anak-anak di sini: ‘aku cuma pengin ibu bisa tidur.’
Puisi ini bukan cuma teks. Ini doa, ini jeritan, ini kenyataan yang harus kita dengerin. Dunia udah terlalu bising buat denger tangis mereka.
Puisi ini bukan cuma teks. Ini doa, ini jeritan, ini kenyataan yang harus kita dengerin. Dunia udah terlalu bising buat denger tangis mereka.
🎮 Mereka bukan karakter game yang respawn kalau mati. Mereka nyata, dan puisi ini bikin aku mikir 1000x.
👀 ‘Tak mengenal warna selain abu dan merah’ — gila, itu baris paling epic dan sedih. Anak-anak harusnya gambar pelangi, bukan lihat reruntuhan.
🧠 Aku baca ini sekali, tapi isinya muter di kepala terus. Kayak trauma yang numpuk jadi puisi. Respect tinggi buat penulisnya 🙏🔥
Meskipun berjudul “di balik mata anak”, puisi ini kurang menyelami batin atau cara pandang anak itu sendiri—semuanya disampaikan dari luar, bukan dari dalam jiwanya.
Puisi ini sangat kuat menyentuh perasaan pembaca, terutama lewat gambaran nyata tentang trauma dan penderitaan anak-anak di tengah konflik. Penggunaan simbol seperti “mata anak yang tak sempat bermain” dan “kuburan kecil di bawah pohon zaitun tua” membuat suasana begitu pilu dan mengharukan.
Bahasa yang dipilih sangat puitis dan padat makna. Imaji seperti “huruf-huruf pertama dalam alfabet luka” dengan A, B, C yang dijelaskan secara simbolis sangat kreatif, memberi dimensi baru terhadap pengalaman dan kesedihan yang dialami anak-anak dalam puisi ini.
Alur puisi ini mengalir dengan baik dari penggambaran duka, simbol-simbol luka, hingga harapan yang tersisa. Struktur yang terbangun rapi membuat pembaca mudah mengikuti cerita sekaligus merasakan beban emosi yang disampaikan secara intens.
Penutup puisi yang menggambarkan dunia “sibuk menyetel ulang volume TV” sangat kritis terhadap ketidakpedulian dunia terhadap tragedi yang dialami banyak anak. Pesan ini tersampaikan dengan halus tapi kuat, mengajak pembaca untuk lebih peka dan peduli.
Puisi ini berhasil menunjukkan kontras tajam antara kenyataan kelam yang dihadapi dan harapan kecil yang terus hidup, seperti harapan anak itu untuk berteriak karena bahagia menemukan kupu-kupu, bukan karena rasa sakit. Ini memberi dimensi optimisme yang lembut dalam konteks penderitaan.
Tema anak-anak korban perang atau konflik adalah tema yang berat, namun sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini. Penulis berhasil menyampaikan sisi kemanusiaan dari isu ini tanpa menjadi terlalu eksplisit atau retoris, justru dengan kelembutan puisi yang menusuk.
Bahasa yang digunakan sederhana tapi kuat. Kita bisa merasakan kesedihan anak itu, terutama saat ia hanya ingin malam yang sunyi agar ibunya bisa tidur.
Memyala puisinya.
Wah ini deep banget 😭😭 langsung kepikiran anak-anak Gaza 💔
Puisi ini bikin aku diem sebentar… kayak nyesek tapi indah 😢🕊️
Cinta yang terbungkus kafan mungil’… aduh, itu line-nya nancep parah 😭🔥
Kok bisa sih kata-katanya sedalam ini 😭 puisi tapi rasanya kayak dokumenter 😭📺
Literally speechless… ini bukan puisi biasa, ini jeritan kecil yang dunia cuekin 💔🌍
Kupu-kupu di akhir puisi itu hope banget… kayak ada cahaya di tengah horor 😭🦋
😭😭 ini bukan puisi, ini jeritan hati anak yang dikhianati dunia.
Langit udah kebanyakan peluru, kapan bisa diisi layangan dan tawa lagi?
A–B–C versi mereka tuh bukan alfabet sekolah, tapi alfabet luka. Gila, dalem banget.
Cinta yang terbungkus kafan mungil’… BRB nangis di pojokan
Puisi ini kayak tamparan keras buat yang masih cuek sambil scroll-scroll TikTok.
Bumi udah terlalu sempit buat jasad anak-anak, tapi TV masih sibuk nyari rating.
Baru baca 3 baris udah pengen peluk semua anak di zona perang. Plis, dunia, stop. 🥺
Kalau ini dibacain di kelas, seisi ruangan auto diem. Respect the poet.
Kupikir ini bakal jadi puisi biasa… ternyata jadi pengingat kemanusiaan. ✊
keren sekali kak
😭😭 ini sih deep banget, langsung masuk ke hati kayak lagu galau jam 2 pagi.
Bait ‘Cinta yang terbungkus kafan mungil’… bruh, itu nancep banget. Speechless.
Real talk: dunia emang kadang cuek, tapi puisi ini bikin kita nggak bisa pura-pura gak tau.
Aesthetic-nya gelap tapi meaningful. Ini bukan cuma puisi, ini suara yang kita harus dengerin.
Mau nangis tapi juga mau screenshot buat jadi caption. Too powerful to ignore.
Gen Z approved: ini puisi bukan cuma tentang perang, tapi tentang kemanusiaan yang diremukkan.
Yang nulis ini pasti punya jiwa sepeka hujan. Makasih udah jadi juru bicara anak-anak itu 😭
Bait terakhir itu… ngena banget. Harapannya sederhana tapi dalemnya nggak ketulungan
Tolong ini dijadiin mural digital di mana-mana. Biar semua orang baca, biar nggak lupa.
Tolong ini dijadiin mural digital di mana-mana. Biar semua orang baca, biar nggak lupa.
Dunia butuh lebih banyak puisi kayak gini, yang nggak cuma estetik, tapi juga punya nurani.
Ini sih bukan puisi, ini jeritan hati yang dilukis pakai kata.” 😭🖤
Bayangin anak sekecil itu udah hafal alfabet luka, sementara kita di sini ngeluh sinyal lemot.” 💔📴
Gue cuma bisa bilang: respect. Ini puisi yang bikin diem sejenak, terus mikir panjang.
Baru baca bait pertama aja udah berasa ditonjok realita. Bukan puisi biasa, ini pengingat.” 👊🕊️
Zaitun tua, kafan mungil, retakan dinding… ini imagery-nya gila banget sih. Puitis dan tragis.” 🎭📜
Langsung pengen peluk anak itu. Tapi sadar, dia ada di dunia yang kita sering tutup mata darinya.” 🧸🌍
Puisi ini bukan buat dilike doang, tapi buat direnungin. Ini bukan fiction, ini kondisi. 📣🧠
Gue ulang-ulang baca bait ‘Bumi ini telah menampung terlalu banyak jasad kecil’ dan masih merinding. 😢🌒
Mood puisi ini tuh kayak… film dokumenter yang nggak bisa lo skip. Pahit tapi penting. 🎥🖤
Please, jangan biarin puisi kayak gini tenggelam. Share, print, bacain di kelas. Biar kita semua sadar.
Ini puisi, tapi rasanya kayak tamparan halus yang bikin kita nggak bisa tidur nyenyak.
Bait tentang alfabet luka tuh… asli, genius tapi pedih. Gimana bisa seindah itu dan sesakit itu sekaligus?
Tuhan, beri aku malam yang sunyi’ — itu bukan doa biasa, itu suara anak yang udah terlalu sering bangun karena perang.” 🌌🕊️
Tema kemanusiaan sangat kuat – puisi ini menggambarkan penderitaan anak di daerah konflik dengan cara yang lirih dan menyayat, menyuarakan suara yang sering terabaikan.
Simbolisme yang mendalam – penggunaan unsur seperti “layang-layang”, “kuburan kecil”, dan “pohon zaitun tua” memiliki muatan simbolik yang kuat, membangun citra kehilangan dan harapan secara bersamaan.
Kritik sosial yang tajam namun puitis – kalimat “sementara dunia sibuk menyetel ulang volume TV” adalah sindiran halus namun pedih pada ketidakpedulian global terhadap tragedi kemanusiaan.
Religi dan kemanusiaan berpadu paduan – penyebutan adzan, syuhada, dan doa pada Tuhan memperkuat konteks religius sekaligus universal nilai kemanusiaan.
Diksi yang presisi dan menyayat – kata-kata seperti “reruntuhan”, “dentum”, “terbungkus kafan mungil” membangun lanskap tragis secara efektif.
Imaji visual sangat kuat – pembaca bisa membayangkan kehancuran dan kesedihan yang dialami anak dalam bait-bait puisi ini.
Kontras yang menyentuh – antara hal-hal seharusnya indah dalam masa kanak-kanak (layang-layang, taman, kupu-kupu) dengan kenyataan pahit yang dialami tokoh.
Personifikasi halus dan bermakna – “Tumbuh puisi di dinding yang retak” memberi kehidupan pada kehancuran dan menunjukkan harapan di tengah kesedihan.
Struktur alfabet luka sangat kreatif – mengurutkan luka dengan huruf A–C adalah bentuk tipografi yang unik, menjadikan luka sebagai pelajaran pertama bagi anak.
Dialog batin yang kuat – bait doa “Tuhan, beri aku malam yang sunyi…” menunjukkan kedalaman psikologis anak secara intim.
Rima dan irama bebas namun mengalir – meski tidak berpola ketat, irama dalam setiap bait terasa ritmis dan menyatu secara emosional.
Empati yang tercipta sangat dalam – puisi ini mengajak pembaca merasa dan bukan hanya membaca, terutama melalui sudut pandang anak.
Emosi yang tumbuh secara progresif – dari penggambaran suasana hingga klimaks doa anak, pembaca dibawa mendaki kurva perasaan yang menyentuh.
Akhir yang penuh harapan dalam luka – meski puisi penuh derita, harapan kecil pada kupu-kupu di akhir memberi ruang bagi cahaya.
Puisi ini “melihat” lebih dari yang tampak – tidak hanya mengungkap luka fisik, tetapi juga luka psikologis dan batiniah seorang anak korban perang.
Teknik juxtaposition yang efektif – membandingkan antara hal yang ideal dengan realita tragis memberikan efek kontras yang menghantam emosi.
Tidak ada baris yang mubazir – setiap kalimat punya bobot makna, tidak terasa ada baris yang hanya pengisi.
Puisi yang bisa berdiri sebagai monolog teater – kekuatannya dalam suara dan emosi membuat puisi ini sangat cocok dibacakan dalam forum teater atau pertunjukan seni kemanusiaan.
Judul implisit yang kuat – meski tidak disebutkan secara eksplisit, judul dapat diambil dari frasa di tengah atau akhir puisi, misalnya “Malam yang Sunyi” atau “Alfabet Luka”, yang menyiratkan keseluruhan makna.
Bahasa puitis yang tidak berlebihan – keindahan bahasanya tidak mengaburkan makna, justru memperkuat kejujuran emosi.
Penggunaan enjambemen terasa alami – pemenggalan baris terasa pas, membantu pembaca mencerna setiap makna secara perlahan dan dalam.
Metafora halus namun menghantam – misalnya “alfabet luka” menyiratkan bahwa trauma sudah menjadi bahasa pertama sang anak.
Tidak menggurui, hanya menyuguhkan – puisi ini tidak berpretensi mengajarkan, namun justru menyadarkan lewat kesunyian dan kepedihan.
Puisi ini sangat sinematik – dapat dengan mudah divisualisasikan seperti cuplikan film atau dokumenter kemanusiaan.
Suara anak sangat autentik – meski ditulis oleh orang dewasa, suara batin anak terasa nyata, tidak dibuat-buat atau dramatis secara berlebihan.
Trauma anak digambarkan dengan puitis namun menyayat – puisi menyuarakan trauma masa kecil dengan gaya bahasa yang tidak eksplisit, namun membekas.
Penggunaan ‘tidak sempat bermain’ membuka kesedihan sejak awal – baris pembuka ini langsung menempatkan pembaca pada ruang kehilangan mendalam.
Doa menjadi bentuk harapan sekaligus luka – harapan anak bukan untuk dirinya, tapi agar ibunya bisa tidur. Ini membangun empati sangat kuat.
Emosi kolektif dalam suara pribadi – suara satu anak mewakili ribuan atau jutaan anak lain di situasi serupa.
Referensi lokal yang kuat namun universal – misalnya “pohon zaitun tua” dan “adzan” menunjukkan konteks Palestina atau Timur Tengah, namun tetap menyentuh siapa pun dari latar budaya mana pun.
Kuburan sebagai taman, taman sebagai kenangan – pembalikan makna ini menyiratkan betapa rusaknya dunia anak tersebut.
Syuhada disebut bukan sebagai pahlawan, tapi sebagai dongeng pahit – ini memberikan ironi tajam terhadap realitas yang dijalani anak-anak di zona konflik.
Penempatan “bom” dan “cinta” dalam satu rangkaian alfabetik memperlihatkan absurditas perang – seolah hal-hal yang seharusnya tak berdekatan, kini jadi biasa berdampingan.
kerennya
bagus puisinya
Puisi ini menyuarakan luka kolektif yang dirasakan oleh anak-anak korban perang, terutama di wilayah-wilayah rawan konflik. Anak dalam puisi ini menjadi simbol kepolosan yang dirampas, masa kecil yang tercuri, dan harapan yang dipaksakan untuk tetap hidup di tengah kehancuran.
Setiap bait menggambarkan ironi: kanak-kanak yang tak bermain, taman yang berupa kuburan, alfabet yang diawali dengan kata-kata tentang kehancuran. Ini menciptakan efek kejut yang kuat secara emosional, mengaduk kesadaran pembaca atas realitas tragis yang sering diabaikan.
Gaya bahasa puisi ini sangat puitis, namun tetap tajam dan menyayat. Penggunaan diksi seperti “abu dan merah”, “kafan mungil”, dan “alfabet luka” menunjukkan pemilihan kata yang cermat dan simbolik. Citra visualnya kuat: rumah runtuh, pohon zaitun tua, kupu-kupu yang dicari—semuanya menciptakan lanskap yang penuh kontras antara kekerasan dan harapan.
Penggunaan alfabet sebagai struktur metaforis di bagian tengah sangat menyentuh. “A – Adzan yang tersendat”, “B – Bom”, “C – Cinta dalam kafan” memperlihatkan bagaimana hal-hal mendasar dalam hidup seorang anak telah digantikan oleh kekerasan dan kehilangan.
Puisi ini berhasil menyuarakan kepedihan dengan lirih namun menggugah.
Penggunaan diksi seperti “alfabet luka” sangat kuat dan simbolik.
Gambaran kontras antara masa kanak dan perang terasa sangat menusuk.
Metafora “puisi di dinding yang retak” memperlihatkan harapan dalam keterpurukan.
Struktur puisi mengalir alami dan puitis tanpa kehilangan makna sosialnya.
Larik tentang adzan dan bom membangun ironi yang menyayat.
Penutup puisi menyentuh dan memberikan harapan yang sederhana namun kuat.
Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung, bukan sekadar mengagumi keindahan kata.
Pemilihan simbol seperti pohon zaitun dan kupu-kupu memperkaya makna.
Puisi ini memiliki kekuatan emosional dan daya empati yang tinggi.
Setiap bait terasa seperti jeritan diam seorang anak yang kehilangan masa kecilnya.
Puisi ini menciptakan lanskap luka tanpa harus bersuara keras.
Kombinasi antara keindahan bahasa dan tragedi menjadikan puisinya sangat menyentuh.
Tema perang anak-anak disampaikan dengan sangat manusiawi dan puitis.
Nada puisinya tenang tapi menyimpan duka yang dalam.
Kalimat “Bumi ini telah menampung terlalu banyak jasad kecil” mengguncang hati.
Ada kekuatan sunyi dalam harapan sang anak yang tetap menatap langit.
Penggambaran alfabet luka sangat kreatif dan memilukan.
Puisi ini seperti doa dalam bentuk luka yang belum sempat sembuh.
Ini puisi? Fix bikin hati auto buffering.
Diksi kayak gini tuh… ngena banget, langsung masuk ke hati.
“Alfabet luka”? Mindblowing sih itu. Deep parah.
Puisi ini vibes-nya: sedih tapi elegan.
Nggak ada kupu-kupu, yang ada cuma trauma. 😭
Siapa yang nulis? Kok bisa relate banget sama dunia yang chaos.
Baris terakhir tuh… soft tapi nyilet.
Kalau puisi bisa viral, ini sih layak FYP.
Realita dibungkus estetika. Respect!
Ini bukan puisi biasa. Ini kayak lukisan luka pakai kata.🔥
Bacanya sambil senyum tipis tapi hati remuk.
Nggak nangis sih… cuma mata berair random aja.
Larik “kuburan kecil di bawah pohon zaitun”… itu sad tapi cantik banget.
Kata-katanya tuh, kalem tapi efeknya brutal.
Kayak lagi scroll puisi, eh tiba-tiba dihantam perasaan.
Ini puisi cocok jadi voice over film dokumenter perang. Legit.
Estetiknya gelap, tapi meaningful banget.
Plot twist: anak kecilnya lebih kuat dari dunia.
Plot twist: anak kecilnya lebih kuat dari dunia.
Puisi ini menusuk hati—menggambarkan duka anak-anak di wilayah konflik dengan sangat puitis dan tajam.
Penggunaan alfabet luka (A–B–C) sangat orisinal. Simbol-simbol itu menyentuh sisi terdalam dari realitas tragis yang sering kita abaikan.
Wah, sepertinya penyair ini sangat terobsesi dengan kata ‘runtuh’, ya. Runtuh rumah, runtuh musim, jangan-jangan inspirasi juga ikut runtuh
Puisi ini kayak nyalain berita malam sambil baca buku puisi—cuma bedanya, berita malam lebih jujur nggak pura-pura puitis.
Alphabet luka? Serius? Kedengaran seperti tugas PR anak SMA yang pengin keliatan dalem tapi malah kebanyakan gaya.
C – Cinta yang terbungkus kafan mungil? Dramatis sih, tapi udah terlalu sering dipakai di puisi bertema perang. Klise alert!
Dinding yang retak bisa numbuhin puisi? Kalau gitu, tembok rumah tetangga yang retak-retak itu udah jadi antologi dong
Ini puisi atau pengumuman duka? Dari awal sampai akhir nadanya flat mendung, pembaca pengin nangis bukan karena sedih, tapi karena capek.
Menjadi suara anak yang tak bermain itu mulia, tapi jangan sampai bikin pembaca merasa diseret ke lumpur kemurungan tanpa jeda
Bait-baitnya sok kontemplatif, tapi efeknya malah kayak caption IG aktivis wannabe yang baru kelar nonton film dokumenter
Puisi ini bukan hanya indah, tapi juga menampar nurani — pelan tapi dalam.
Rima halusnya menusuk seperti serpihan bom — diam-diam menghancurkan.
Bahasanya sederhana tapi maknanya sesak, kayak baca koran perang sambil makan sarapan.
keren dan sangat menyentuh puisinya.
diksinya bagus sekali
Perpaduan antara estetika dan tragedi dalam puisi ini bener-bener bikin merinding.
Tiap baitnya seperti doa yang ditulis dari reruntuhan—pilu dan penuh harap.
bagus pak
Simbolisme dalam alfabet luka itu jenius—ngena banget dan bikin mikir lama.
Puisi ini membuktikan bahwa keindahan bisa lahir dari kehancuran.
Ternyata puisi bisa lebih tajam dari berita di prime time.
Ini bukan puisi untuk dibaca sekali—ini puisi yang mengendap, seperti luka yang tak kunjung sembuh.
Membaca ini rasanya seperti ditampar pakai selimut debu dan air mata.
Wah, puisi ini kayak nonton berita sambil ngedengerin musik klasik — tragis tapi estetik.
Menggugah dan menghantui – Setiap larik terasa seperti luka yang belum sempat sembuh, menggambarkan realitas anak-anak di wilayah konflik dengan kejujuran yang menusuk hati.
Simbolisme yang kuat – Metafora seperti “alfabet luka” dan “puisi di dinding yang retak” begitu puitis namun sangat tajam, membuktikan bahwa keindahan bisa lahir dari penderitaan.
Penuh empati dan kemarahan yang diam – Tidak ada teriakan, tapi justru dalam kesunyian puisi ini, pembaca bisa merasakan jeritan paling nyaring.
Narasi anak yang kehilangan masa kecilnya – Baris “tak mengenal warna selain abu dan merah” menjadi potret nyata hancurnya dunia bermain dan polosnya anak-anak.
Doa yang sederhana, namun menyayat – Permintaan anak agar ibunya bisa tidur tanpa dihantui bayang menjadi bagian paling menyentuh dalam puisi ini.
Puisi sebagai bentuk perlawanan senyap – Meski tanpa amarah yang eksplisit, puisi ini menjadi bentuk protes yang sangat kuat terhadap ketidakadilan dan ketidakpedulian dunia.
Kritik sosial tersirat – Kalimat tentang dunia yang hanya ‘menyetel ulang volume TV’ menyindir kelalaian dan kebisuan global atas tragedi kemanusiaan.
Bahasa yang sangat visual dan sinematik – Setiap bait seperti adegan film dokumenter, memperlihatkan kekejaman perang dari sudut mata seorang anak.
Kekuatan kontras – Antara harapan dan kenyataan, antara puisi dan bom, antara kupu-kupu dan dentum ledakan—menjadikan puisi ini penuh ketegangan emosional.
Akhir yang penuh harapan lirih – Meski luka begitu dalam, masih ada langit dan kupu-kupu dalam bayangan anak itu—menyisakan secercah harapan di tengah reruntuhan.
Potret perang dari sudut mata anak – Puisi ini berhasil menggambarkan konflik bukan dari politik atau ideologi, melainkan dari luka batin seorang anak kecil yang kehilangan hak paling mendasarnya: bermain dan merasa aman.
Doa sebagai puisi terakhir anak-anak korban perang – Bait doa menjelang akhir puisi terasa sangat otentik, seperti suara asli seorang anak yang hanya ingin malam yang tenang untuk ibunya.
Puisi ini memilukan dan penuh luka yang diam-diam berteriak—sebuah potret kekejaman yang dirasakan anak-anak di wilayah konflik.
Diksi “alphabet luka” begitu kuat dan orisinal, menyampaikan betapa penderitaan menjadi bahasa pertama yang dipelajari anak itu.