Gelembung di Bawah Kelopak Mata Ayah
Karya: Diani Kramer
Terik itu mengingatkanku pada kering tanganmu.
Kedutan pada keriput tanganmu sejalur pembuluh vena,
sebagai navigasi mimpiku.
Kembang kempis napasmu yang berat itu,
dipenuhi rongga-rongga harap tentangku.
Kepuh di bawah matamu bekerja keras untuk menahan setiap tangis yang tak kau perkenankan hadir dihadapanku.
Aku dan tangismu kerap bermain petak umpet, dan ia selalu memenangi permainan.
Ayah, apa kita sedang bermain tebak-tebakan.
Aku menebak kau menjawab.
Kau tiada aku kalah.
Pada rindu yang memekik, kau pergi dengan seuntai pamit.
Sesak ini mencekik.
Ayah, apa bumi berotasi lebih cepat dari biasanya? Aku berpusing di atasnya.
Rebah, gaya gravitasi mengiringi, sungai itu mengalir.
Merakit mimpi, ku sudah buta arah.
Seperti hulu tak memiliki hilir, kumpulan cerita ini tak bertepi.
Kosong tempat pengaduan.
Rindu ini tak memiliki tujuan lagi,
ia menguap bersama residu pada angin.
Ayah, suatu malam ku kultuskan kau dalam doa remuk redam ini menyerta.