Ia Tak Pernah Benar-Benar Pulang

Ia berjalan pelan

Dari rumah ke sekolah
Seperti air yang tahu ke mana harus mengalir
Meski tak pernah dijanjikan lautan

Tak ada yang tahu
Bahwa sepatu tuanya pernah mengantar ribuan langkah kecil
Menuju pagi yang sama
Menuju bangku-bangku yang menunggu
Dengan sunyi yang setia

Ia bukan siapa-siapa
Hanya seseorang yang menghafal nama anak-anak
Lebih baik daripada ia menghafal doanya sendiri
Sebab di antara suara-suara yang tumbuh
Ia menitipkan dirinya
Sedikit demi sedikit

Hingga habis

 

Ia tak punya piala dan panggung
Tapi lihat
Di mata anak-anak itu
Namanya bertahan lebih lama daripada angka-angka sejarah

 

Dan jika suatu hari ia tak datang lagi
Kelas akan tetap dimulai
Tapi udara akan terasa kehilangan
Sebuah suara yang tak pernah keras
Namun selalu membuat pagi jadi lebih utuh

 

Ia tak pernah benar-benar pulang
Sebab sebagian dirinya
Sudah tinggal di halaman buku yang dibuka anak-anak
Di tahun-tahun yang belum datang

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *