Merayakan Urban
Karya: Karina Dwi Anjarsari
Berabad-abad sudah berlalu
Hanya ada desir angin menyusup kalbu
Sepanjang waktu
Menghisap udara tanpa titik temu rindu
bersamamu,
Adalah definisi merayakan hidup kala itu
Dengan kalimat patah-patah seperti peta
Mengapa masih saja merasa hilang arah?
Seakan tak bisa damai tanpa suara gaduh
bianglala,
Jangan menjadi munafik bagi hal belum pasti
Terlebih berganti topeng penuh arti
Sungguh diri tidak menguasai ilmu
Apalagi membaca tata buku masa lalu
Lalu bagaimana dengan rencana masa depan?
Sekadar spekulasi keinginan atau angan-angan
bulan,
Semua berjalan secara perlahan
Suasana pun menanting
Mengentalkan kabut lewat lubang-lubang dinding
Jangan terlalu mencintai, Sayang.
Hingga melupa dekapan laut hening
bangsring,
Ini bukan solusi terang
Tuhan, tolong beri rumah cukup nyaman
Di Surabaya kota pahlawan
Demikian akhir rasa saling kehilangan
Di samping kecewa akan
berjauhan,
Agar mengerti kalimat cinta milik, Tuan.
Sekarang waktunya pulang
Menghabiskan malam bersama para bintang
Cerita di atas hanya secuil pengalaman seseorang
Sekarang jauh dari kata menyimpang bahkan
membungkam,
Kenangan manis paling dalam
Alangkah indah jika bersama
Merajut asa penuh bahagia
Bukan hanya duduk hina
Karena elang sedang berburu
Mengawasi dari segala penjuru
Siap menerkam saat mereka mau
Resolusiku di tahun dua ribu dua puluh empat
S E S K U S terbalik menjadi beberapa part
Ayah bangga, ibu gembira, keluarga merapat
Oh waktu, percepatkan doa dan harapan
Untuk menyekap omongan
orang lain,
Terima kasih, Urban.
Telah merayakan
Atau bahkan aku sendiri yang merayakan