Pelita di Tengah Perbedaan

Di antara lonceng yang berdentang pagi,
Ia melangkah tenang, bersih hati.
Jubah sederhana, sajadah di tas,
Guru Muslim, di kelas penuh variasi ras.

Di dinding tergantung salib dan kitab,
Namun ia tak gentar, tak merasa ganjil.
Karena ilmu tak memilih kulit dan iman,
Ia datang untuk menanam kebaikan.

Setiap pagi ia sapa murid dengan senyum,
Doa dalam hati, tak menggema tapi mendalam.
Dalam tanya jawab, ia tak memaksa arah,
Tapi membuka jendela, agar cahaya masuk ramah.

“Ada banyak jalan menuju damai,” katanya,
“Mari kita saling mengenal, bukan mencela.”
Ia ajarkan angka, huruf, dan kasih,
Bersama dalam ruang yang bersih dari benci.

Saat Ramadan tiba, ia tetap hadir,
Dengan puasa dan semangat yang tak tergilir.
Sambil menjelaskan, sambil menahan lapar,
Ia contohkan arti sabar yang benar.

Murid-muridnya menyapa dengan tulus,
“Selamat berpuasa Pak,” dengan senyum manis.
Dan ia tahu telah tumbuh benih toleransi
memenuhi seluruh hati

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *