Surat Cinta Untuk Gaza
oleh Fatihah
Apalah jiwaku ini?
Yang tak lain hanyalah bayang-bayang tak tahu budi di antara
cahaya pengorbananmu.
Sedang engkau, berjuang seorang diri menentang duka dalam bara.
Apalah rinduku ini?
Yang kian hari kian merapuh,
terbelenggu di dasar samudra, berbatas jarak dan waktu yang tak terjembatani.
Apalah ragaku ini?
Hanya seonggok daging di punggung kapal usang berkarat,
dimakan asin ombak di tepian lautan.
Tiada kemudi, tiada arahnya.
Kesakitanmu dan masa kelaparanmu,
lirih tangismu menembus langit-langit pengharapanku yang
tiada berkesudahan, menyentak urat nadiku, mengguncang relung hatiku,
dan kemudian menikam jantungku—seperti mata tombak tak berbelas kasihan.
Tetapi ada lebih daripada itu, lebih daripada sekadar yang aku tahu.
Engkau adalah pedihnya segala kepedihan, derita dari segala penderitaan.
Saat jeritanmu kian lenyap bersama kepulan asap hitam yang
membumbung tinggi di udara—aku hanya jasad tiada gunanya.
Aku tahu… kepenatan dan kesakitan yang aku tanggung ini tak ada apa-apanya,
tak sebanding dan tak akan pernah sama dengan kesengsaraanmu. Aku tahu!
Sering kali aku diimpit rasa bersalah yang menjadi-jadi,
melepuh di dadaku—apabila aku sadar
aku masih berdiri di ambang kehancuranmu dalam kenistaan dunia.
Gazaku… percaya dan percayakanlah:
segala perihmu adalah bahagianku pula.
Tubuhku yang tiada berdaya dan cinta yang
senantiasa kusebut-sebutkan dalam doaku,
mengembara di kesenyapan malam nan muram—
adalah tanda bahwa hamba ikut terhempas jua.
Maka ampunilah aku, janganlah engkau murka terhadap diriku.
Kemelaratan batinku telah merenggutku.
Aku telah ditimpa hukum atas diriku.
Maafkanlah aku, janganlah lagi hukum aku di hadapan Ilahi nanti.
Kasihanilah aku, yang bahkan telah kehilangan nyawa di dalam hidupku sendiri,
oleh sebab menanggung rasa tak berdayaku kepada engkau yang kucintai.
Dan bilamana surat ini tak sempat sampai kepadamu,
telah kutitipkan kepada semesta alam di lubuk hatimu.
Segala pengharapanku tiada lain hanyalah doa nan tak henti kusembahkan,
agar dikaruniakan kepadamu kemenangan yang dekat itu.
Moga-moga engkau tahu, cinta ini…
cinta yang diam-diam bersemayam, tak lekang di masa,
meski tubuhku yang terbujur kaku ini akanlah tinggal tulang belulangnya sahaja.
Yang telah bertahun-tahun lamanya telah ditenggelami oleh air matanya sendiri.
Sepenuh-penuhnya cinta untukmu, dan akan kubawa hingga
liang lahat mengatup tubuhku yang fana.
Serang, 28 Mei 2025
3 Responses
Baguuss bangett
Please… ini menyentuh hati banget.
Gak kuat nahan air mata kalau udah inget gaza palestina..
Semoga kemerdekaan segera terwujud..
Sending you warm hugs 🧡